Juki, Zayn, Sahna dan Ubay sangat panik ketika tahu Anna pingsan. Mereka sampai rela tak masuk sekolah. Ah, biarkan saja. Menunggu Anna sadar lama sekali, huh. Penasaran nih apa yang terjadi dengan Anna. Sementara Maminya sedari tadi bungkam tidak mau menceritakan."Aw," ringis Anna memegang pelipisnya. Argh, gila banget Annie melempar Anna sampai terbentur tembok. Bukan kepala doang yang kena, tapi seluruh tubuhnya. Rasanya setiap inci tulang bagaikan patah, remuk. Melihat Mami serta teman-temannya, Anna memperlihatkan wajah kesakitan. Ia harus berpura-pura tidak tahu pertengkaran Mami dan Papi.
"Anna? Kamu sudah sadar?" Mami tanggap memberikan air mineral untuk di minum oleh anak perempuannya itu.
Anna mengangguk kecil lalu ia lekas menerima pemberian gelas berisikan air putih. Apa Mami akan percaya? Setelah menyaksikan kejadian kemarin? "Kalian? Kok bisa disini?" Tanya Anna terheran-heran memandang semua kawannya. Kayaknya hari ini ia tidak masuk sekolah dulu deh mau menormalkan kondisinya dulu.
"Tau lah. Mami Lo memberi tahu kita," sahut Juki yang langsung mendapat senggolan menghakimi dari Sahna dan Zayn. Ngomong biasa aja apa, kayak ngegas. Ditambah ada Mami Anna. Kebiasaan nih Juki harus berguru dulu biar mulutnya tak asal ceplos.
"Anna dari kapan diganggu sama Annie?" Kini Mami percaya karena kejadian tadi malam. Semua barang teracak-acak dan bergeser-geser. Mami sampai lelah membereskannya, serta Anna mendadak terlempar ke ruang tamu bikin Mami panik tatkala putrinya itu pingsan seusai terlempar.
Anna tiba-tiba meneteskan air mata. "Aku gak tau dari kapan, yang pasti Annie sering menganggu Anna. Lebih parahnya lagi Annie itu seperti ingin membunuh saudarinya sendiri," Isak Anna sambil menyeka ingus dan air mata. Beberapa kali Anna mendapat teror, alhasil hidupnya tidak tenang.
Mami mengelus rambut Anna. Kasihan anak perempuannya takut sekali. "Itu benar di lehermu bekas cekikan Annie?" Tanya Mami memandang luka tersebut. Tega sekali Annie berbuat begitu pada saudarinya padahal selama hidup mereka rukun.
"Iya."
Di sisi lain teman-teman Anna hanya terdiam mendengarkan pembicaraan Anna dan Maminya itu. Jadi canggung mau berbicara bar bar kepada Anna. Yaudah, diam aja. Ubay sejak tadi tak bisa diam bergerak-gerak lantaran ponselnya mana? Ia melihat sekitar, tapi hasilnya nihil tidak menemukan gadgetnya.
Hadeh, tambah lagi pikiran karena pertengkaran Mami dan Papi yang mengatakan dukun? Apa sih ya? Menguping di balik pintu memang kurang jelas. Sesaat kemudian Anna peka melihat Ubay yang gelisah karena ponselnya belum dibalikin. "Lo nyari hp?" Mata Anna memerhatikan gerak-gerik Ubay.
Ubay menyengir. "Iya, An. Tulang rusuk gue," sahutnya bikin kesal menyebut 'Tulang Rusuk'. Apa-apaan coba kayak gitu. Aneh Ubay tuh tergila-gila sama game online, dasar!
Udah lah Anna habis mengalami peritiwa yang tak menyenangkan. Sekarang ia memudahkan aja mengembalikan ponsel milik Ubay serta tidak jadi menghapus gamenya. Ia takut Ubay tak mau berteman lagi dengannya. "Ambil di dalam laci meja rias," suruh Anna mengarahkan.
Secepat kilat Ubay melaksanakan. "Sabar, kalah lagi," gumamnya mendengus sembari menatap layar gadget. Mari hamdalah game online tak dihapus oleh Anna. Kini Ubay tenang, damai dan rileks.
Oh iya, Anna teringat omongan Sahlan. Dia bilang kemarin katanya hari ini mau menggali kuburan Annie untuk mengecek jasadnya masih ada atau tidak. "Eh ... sekarang kan? Menggali makam Annie?" Anna bersemangat. Ia harus berusaha mencari keterangan kenapa Annie melompat dari bukit walaupun tubuhnya belum terlalu normal.
"Nah! Lo ingat!" Seru Zayn mejentikkan jari. "Tunggu ... lo kenapa bisa pingsan?" Ia penasaran lantaran belum tahu dan belum bertanya. Gara-gara ada Maminya Anna jadi gimana ya, merasa tidak sopan berbicara bar bar pakai gue---lo. Apalagi Juki mulutnya minta di lakban.
"Gue dilempar sama Annie," jawab Anna seadanya.
"Wah, apa ada puting beli."--- Juki menutup mulutnya. Astaga, hampir aja keceplosan mau bilang ada puting beliung kala itu karena kelakuan Annie hingga membuat seisi rumah berantakan. Mati-matian berbenah, huh. Enak tuh kalau di gaji sebagai pembantu hohoho. Lihatlah Anna memelotot.
"Kalian mau ngapain menggali kuburan Annie?" Mami mencetuskan dengan nada marah.
Baiklah, Anna akan menjelaskan. "Sahlan berkata itu cara paling efektif, Mi, buat mengetahui penyebab Annie terjun dari bukit meskipun gak pantas berbuat seperti itu. Mami mau membantu kita? Please," mohon Anna dengan tangan disatukan. "Mami tega membiarkan Anna diusik terus? Dan kehilangan nyawa?" Sambung Anna.
Mami tampak menimbang-nimbang. Ia tidak mau kehilangan anak satu-satunya. "Eum ... oke, Mami mau." Suara riuh bersorak seketika terdengar dari putrinya dan kawan-kawannya.
'Twin Sister!'
TYPO MERESAHKAN
Siap-siap besok menggali, hihihi👻
Jangan lupa vote + commentnya guys!
Helenahanum
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Sister! [END]
HorrorAnna dan Annie, kami adalah saudara kembar perempuan yang selalu bersama-sama, tapi ada perbedaan dari diri kita yaitu muka. Entah mengapa itu terjadi. Seharusnya kembar berarti sama. Pada suatu hari... Annie tiba-tiba melompat dari bukit tanpa alas...