12

21.8K 382 2
                                    

POV Bella

Aku sudah merebahkan diriku dengan posisi senyaman mungkin. Setelah minum obat dan menonton TV, aku beranjak ke kamar. Karena sudah bosan dengan program acara, yang hanya itu-itu saja.

Sambil berbaring miring, aku berselancar dimedia sosial. Walau aku sudah tidak bekerja. Namun aku tidak pernah lepas kontak dengan rekan-rekanku. Hanya untuk bertukar kabar dan tahu keadaan satu sama lain.

Pada semasa kuliah, aku tidak terlalu fokus pada pertemanan. Aku hanya mempunyai beberapa sahabat. Yang sampai kini pun masih suka bertukar kabar lewat media sosial. Saking asiknya, aku sampai tidak sadar kalau Mas Rengga sudah berbaring disampingku.

"Mas sudah selesai?" tanyaku.

"Sudah, kamu sibuk apa sampai Mas panggil nggak menjawab?"

"Maaf Mas," jawabku pelan menghela nafas dia kian mendekat kearahku.

"Sudah minum obat dan vitaminnya?"

"Sudah Mas," jawabku. Dia menegakkan tubuhnya duduk bersandar dikepala ranjang.

"Kenapa Mas?" tanyaku menatapnya.

"Kamu nggak lupa kan, tadi siang Mas pesan apa?" pertanyaannya membuatku berpikir.

"nggak lupa Mas, besok Bella siapin makan siang buat Mas," Dengan cepat dia menyela.

"Bukan itu sayang," jawabnya.

"Emang yang mana Mas?" tanyaku polos. Aku masih berusaha mengingat, percakapan tadi siang dipinggir kolam. Seketika aku ingat. "Mas mau sekarang?" Tanyaku pelan dengan kepala menunduk. Dia perlahan mendekat membawaku duduk dari baringanku.

"Sudah ingat hem?" tanyanya dengan menatapku dalam. Dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban. "Sini sayang deketan ke Mas," titahnya. Aku mendekat perlahan kearahnya.

Kemudian dia mulai melepas dress tipis dan braku. Lalu mulai menghisap buah dadaku bergantian. Seketika kedua tanganku menyangga, agar tubuhku tetap duduk tegak. Sedangkan aku berusaha menahan desahan. Namun meski berusaha aku tahan. Tapi sensaninya tetap tak bisa kutahan.

Kemudian dia memposisikan diriku dipangkuannya. Lalu kedua tanganku mengalung ke lehernya. Dia mencium bibirku lembut dan perlahan. Melumat hingga menghisap dalam. Menahan tengkukku agar dapat memperdalam ciumannya. Sedangkan tangannya yang lain sudah merayap ke intiku, menggodanya dengan lihai.

"Masshh," desahku.

"Ke menu utama sayang,"

Dia lalu menata bantal untuk rebahanku, agar posisiku lebih tinggi. Karena ukuran perutku yang sudah semakin besar dan bulat, maka akan sulit menyeimbangkan. Sedangkan posisi kakiku dibiarkan melebar dan menggantung dipinggir ranjang. Setelahnya aku rasakan juniornya sudah memenuhi intiku.

"Ahkkk pelan Mas," peringatku seraya mengelus bawah perutku.

Lalu dia maju mundur perlahan, dengan tempo pelan. Aku mencengkeran sprei untuk menyalurkan rasa penuh di intiku. Aku yang sudah basah sedari awal. Memudahkan dia untuk bermain lebih cepat.

"Ouhggg..enggg Mas hati-hati," kataku tertahan.

Rasanya aku sudah tidak dapat membedakan nikmat dan sakit. Dia semakin menghentakku kasar tidak mempedulikan rintihanku.

"Ah, ah, ah Mas aku keluar," dia masih saja bermain cepat dan kasar. "Ahkkk .. Mas."

"Kenapa kamu semakin nikmat sayang, arghh..." melanjutkan hujaman kasarnya.

Bergerak dengan tempo cepat. Berusaha meraih ejakulasi pertamanya. Membuatku ikut tersentak seiring dengan gerakannya.

"Huh, uh, ehm," geramku. Merasakan intiku semakin sesak dibuatnya.

Semakin cepat, membuatku memejamkan mata. Merasai hujaman dalamnya. Berkali-kali menyentuh g-spotku. Aku menggeleng pelan. Merasakan gejolak itu kembali datang. Nyeri tapi juga nikmat disaat bersamaan. Aku tak bisa menolak ini.

"Argg sayanghhh," erangnya tertahan.

"Ougghhh, huh, huh. Yah..," jawabku terbata.

Gerakan Mas Rengga menggila. Mencengkram sprai semakin erat. Aku tidak mampu mengeluarkan suara apapun. Kecuali rintihan lirih.

"Massshh, hemmp, huh," panggilku.

Jantungku kian berdetak cepat. Menahan desakan klimaks ini.

"Bersama sayanghhh," katanya cepat.

Intiku, penuh, sesak dan nyeri. Salah satu tanganku memegangi bawa perut. Menahan gerakan gila Mas Rengga. Aku memejamkan mata.

"Arggghh," erang kami bersamaan.

Semburan kuat, memenuhi rahimku. Hingga terasa kembung. Deru napas kami saling bersahutan. Dibarengi detakan jantung yang masih menggila.

Mas Rengga masih menahan tubuhnya diatasku. Memberikan jarak pada perutku agar tidak tertindih. Peluh sama-sama memenuhi tubuh kami. aroma percintaan antara kami masih begitu kuat.

"Sudah ya Mas," pintaku pelan.

"Sayang ini masih satu ronde, ini bukan didapur. Atau sofa dekat kolam, kita bisa bermain lebih lama," katanya menolak permintaanku.

Dia kembali melanjutkan aksinya menghujam intiku keras. Baru sesaat lalu kami klimaks bersama. Dan secepat ini kejantanannya sudah mengeras. Aku menggeliat, menerima hujamannya. Hingga aku tak tahu, ini sudah pelepasanku yang keberapa.

"Mas..." panggilku pelan.

"Sebentar sayang sekali lagi ya. Aku ingin ejakulasi lagi arghhh...arghhh," erangnya. Seiring dengan teriakan-teriakannya.

Selanjutnya, hanya hangat yang aku rasakan memenuhi rahimku. Meski mata sudah tertutup, namun masih aku rasakan dia menciumi seluruh wajahku. Setelah melepas penyatuan kami dan membenarkan posisi tidurku. Mengambil bantal-bantal penyangga itu, kemudian menyelimuti tubuh telanjang kami lalu memelukku.

"I love you, i love you Bella, jangan tinggalkan Mas ya," aku dengar di berbisik tepat disisi telingaku.

Seburuk apapun perlakuannya ketika bercinta. Aku tetap berusaha semampuku mengimbanginya. Dengan keadaanku yang hamil seperti ini. Pelukan hangat ini adalah tempat ternyaman, selain pelukan Ayah dan Ibu.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang