55

5.8K 115 6
                                    


POV Rengga

Aku beranjak menuju ruang keluarga, untuk menemui Andre. Aku lihat dia tampak menerima telpon dari seseorang. Aku dudukan diriku berhadapan dengannya. Menunggu beberapa saat, sampai Andre selesai dengan telponnya.

"Maaf Ga membuatmu menunggu." Ucapnya seraya menyimpan ponsel ke atas meja.

"Santai saja Dre." balasku menampilkan wajah tenang.

"Jadi mengenai kondisi Bella. Sudah baik, hanya harus tetap diperhatikan istirahat dan asupan makanan. Disamping untuk kebutuhan produksi asinya. Cek up lusa depan, untuk memastikan keseluruhan kondisinya. Nanti akan aku kabari lagi waktunya. Dan jangan lupa terus dampingi dia Ga." aku mengangkat sebelah alis, melihatnya tampak berpikir lain tentangku.

"Kau tidak perlu mengajariku untuk itu Dre."

"Hanya mengingatkan." Dia berkata acuh, sambil mengendikan bahu. Kemudian memasukkan ponselnya dalam tas. Mengantarnya sampai teras rumah utama. Aku berbalik masuk, setelah dia masuk mobil. Aku sudah akan melangkah ke ruang kerja. Sebelum terhenti, ketika melihat bibi tengah membereskan ruang keluarga.

"Bibi tolong antarkan buah-buahan ke kamar nyonya di paviliun melati ya. Bilang dia untuk segera istirahat, tidak perlu menunggu saya. Karena saya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan diruang kerja." Jelasku sebelum melangkah ke ruang kerja.

"Baik tuan."

Setelahnya aku melenggang ke ruang kerja, menyelesaikan banyak dokumen yang sudah menunggu. Aku duduk, mempelajari satu per satu dokumen tersebut. Hingga tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Dan masih ada berkas yang belum aku periksa.

Hah ayo Rengga kamu bisa batinku menyemangati diri sendiri. Lalu melanjutkan kembali aktivitasku. Tengkuk, punggung, mata rasanya pegal. Akibat harus terus berkutat dengan semua ini.

Tepat pukul 5 pagi, aku selesai dengan semua berkas ini. Segera aku hubungi Ria, untuk mengambil berkas-berkas ini terlebih dahulu, sebelum berangkat ke kantor. Karena, aku ingin sedikit memberikan kejutan kepada Bella pagi ini.

Pukul 6 pagi, aku sudah rapi dengan setelan kantor. Aku melangkah menuju paviliun melati. Karena rencana Bella dan anak-anak akan pindah ke rumah utama pagi ini. Aku buka kamar perawatan Bella, menemukannya tengah menyusui Arlan. Aku lihat, sesekali dia membelai pipi gembil Arlan. Sebelum sadar akan kehadiranku. Aku cium pelipisnya singkat, lalu beralih mencium pipi Arlan.

"Selamat pagi sayangnya papa,"

"Mas kapan masuknya?" Tanyanya agak terkejut.

"Baru saja." Menampilkan senyum manisku. "Hari ini jadi pindah kerumah utama kan?" Tanyaku antusias.

"Jadi mas, tapi setelah aku menyusui mereka."

"Kamu sudah sarapan kan sebelum menyusui mereka?"

"Sudah mas, aku juga sudah minum obatku." Jelasnya membuatku tenang.

"Bagus." Bella menatapku meneliti yang aku abaikan sedari tadi.

"Jangan terlalu banyak bekerja sampai lupa waktu Mas." Katanya dengan wajah menyiratkan rasa kawatir.

"Aku tidak akan lupa nasehatmu sayang. Jangan cemas oke." Sudah aku duga, kalau sedikit lingkaran hitam dibawah mataku akan terlihat olehnya. Terlihat dia menghela napas, lalu kembali fokus pada bayi dalam gendongannya. "Aku tahu kamu kawatir padaku, terimakasih untuk itu." Aku berikan kecupan singkat dipuncak kepalanya. Lalu mendongak, ketika mengetahui Sarah mulai mendekat. Diikuti 2 orang lain dibelakangnya, yang menggendong bayi-bayiku.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang