19

15.1K 242 5
                                    

POV Rengga

Kurangkul pinggangnya menjaga agar tetap tegak dan seimbang, berjalan perlahan menuruni anak tangga sampai diruang keluarga. Melihat dia diruang kerja tadi jantungku sudah berdetak dua kali lebih cepat takut akan sesuatu yang buruk akan terjadi selama dia berjalan kemari. Walau raut wajahku biasa saja namun kekawatiran itu tetap ada, dalam hati aku bersyukur tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Ini dia pengantin baru kita pa.. yang katanya gak mau diganggu waktunya", ujar mama meledekku.

"Ma...", lalu terdengar tawa mama dan papa yang berusaha menahan tawa. Kutuntun dia menduduki sofa tepat bersebelahan dengan papa dan mama.

"Bagaimana sayang kabarmu?' Tanyanya pada Bella sambil menggenggam tangannya.

"Baik ma, mama dan papa bagaimana kabarnya?"

"Kami juga baik bella", kini papa yang gantian menjawab.

"Bagaimana kandunganmu, ah sudah tidak lama lagi ya bell hem mama dan papa sudah tidak sabar menunggu kelahirannya."

"Kata dokter Andre masih satu atau satu setengah bulan lagi ma."

"Rengga apa kamu sudah menyiapkan segala kebutuhannya?" Tanyanya padaku.

"Sudah ma, tidak perlu kawatir."

"Kamu harus senantiasa menjaga Bella, apalagi diusia kehamilan yang sudah semakin dekat dengan tanggal kelahiran."

"Ya ma, tidak perlu kawatir. Rengga juga bekerja dari rumah kok."

"Baguslah Rengga kalau begitu, nanti akan papa kirimkan asisten untuk membantumu bila perlu."

"Tidak perlu pa, aku masih bisa mengatasinya."

"Dari ukurannya, apakah ini kembar sayang?." Sambil mengelus perut Bella

"Iya ma." Jawab Bella diiringi senyuman.

"Oh pantas, mama sudah curiga dari awal kalian datang menyusul kemari, mama lihat ukuran kandungan bella tidak seperti kandungan dengan satu bayi." Lalu beralih pandang kearah papa. "Pah kita akan segera menimang cucu kembar." Sambil tersenyum senang. Kurasa Bella bergerak gelisah, kuusap punggungnya perlahan.

"Kenapa sayang?" Tanyaku lirih disebelah telinga nya.

"Mereka menendang mas", seiring tangannya yang mengusap perut lalu kuulurkan tanganku yang lain untuk mengusap perutnya, menenangkan bayi-bayi kami.

"Kenapa Rengga, apa terjadi sesuatu?"

"Tidak ma seperti biasa mereka bergerak dengan aktif."

"Ohh mama jadi tidak sabar menunggu kelahiran mereka",

"Sabar ma, kan tidak lama lagi bella juga melahirkan."

"Mama hanya terlalu senang pa." Kudengarkan ocehan mama hanya sesekali menanggapi. Sedangkan bella hanya diam menahan tendangan bayi-bayiku yang kurasa semakin liar bergerak. Kulihat bela mulai berkeringat dan nafasnya pendek-pendek. Aku masih mengusap punggung dan perutnya, lalu kusandarkan kepala bella didadaku meskipun masih ada mama dan papa.

"Kenapa sayang, apakah mereka masih menendang?" Bela hanya mengangguk dengan seulas senyum.

"Rengga panggilkan Andre, mama rasa bella mulai kesakitan."

"Tidak perlu ma, ini sudah biasa terjadi mungkin setelah ini mereka akan lebih tenang." Jawab bella sedikit terbata, aku tahu dia menahan desisan yang biasanya mengiri tendangan bayi-bayi kami.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang