37

9.6K 137 5
                                    

POV Bella

Aku terbangun, dengan tangan kekar melingkari perut. Aku putar tubuhku perlahan, untuk menghadapnya. Aku teringat kemarin. Mas Rengga begitu bersemangat menggagahiku, hingga lupa waktu. Padahal dipagi hari kami sudah melakukannya diranjang. Bahkan berlanjut dikamar mandi. Namun seperti tidak ada lelahnya. Saat pulang dari kantor, dia masih sempat memaksaku untuk mandi bersama. Berakhirlah kami melakukannya lagi. Tetapi dia berhenti, ketika sadar. Bahwa kami masih didalam kamar mandi.

Sebenarnya aku tahu, dia masih begitu bergairah. Tetapi tak aku pedulikan itu. Tubuhku sudah lemas. Bahkan setiap kali kami melakukannya. Selalu berakhir dengan aku yang kesakitan, karena hujamannya.

Aku berusaha bangun. Lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai dengan itu, aku melangkah keluar. Ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan. Aku memakai dress mini sebatas paha, yang begitu pas ditubuhku. Dress ini juga masih dapat menutupi perut besarku dengan sempurna.

Dengan gerakan hati-hati, aku mulai memasak. Karena perutku yang besar, cukup membuatku susah bergerak. Aku tengok jam sudah menunjukkan pukul 7. Aku lepas apron lalu melangkah pelan. Membangunkan Mas Rengga dan anak-anak untuk sarapan.

Aku masuk kamar, mengetahui Mas Rengga sedang mandi. Aku beranjak menyiapkan setelan kantor untuknya. Aku letakan setelan itu diatas ranjang. Yang sudah aku rapikan tadi. Terasa sebuah lengan kekar memelukku dari belakang. Membuatku sedikit terkejut lalu berangsur tenang. Mas Rengga menumpukan dagunya di bahuku.

"Kenapa tidak membangunkan Mas. Ketika kamu sudah bangun hem?" tanyanya manja. Aku tersenyum tipis, sambil mengelus lengannya yang dingin selepas mandi.

"Aku tidak tega membangunkanmu Mas," jawabku.

Perlahan aku lepas pelukannya. Tapi dengan gerakan cepat, dia sudah menarikku hingga bersandar disofa. Wajahnya mendekat, lalu mencium bibirku pelan. Aku membalas ciuman itu mesra. Mengikuti gerakan pelannya. Membelai lalu menggoda rongga mulutku. Aku merangkum rahangnya dengan sebelah tanganku.

Perlahan ciuman itu semakin dalam dan menuntut. Mas Rengga melepaskan ciuman kami. Membalik posisiku hinga membelakanginya. Dengan cepat menyingkap dressku. Sampai perut besarku terlihat. Mengangkat sebelah kakiku. Lalu merasakan benda keras mulai memasukiku.

Sebenarnya aku ingin menolak. Tapi dengan perut besar seperti ini. Aku sudah kesulitan hanya untuk menghindar. Apalagi gerakan Mas Rengga terhitung cepat.

"Ehm," pekikku dengan suara tertahan. Mataku memejam menahan nyeri akibat gerakannya yang tiba-tiba. Kejantanannya masuk semakin dalam. Emm, mmp, desahku. Mencoba menyesuaikan diri secepat mungkin.

Dengan gerakan pelan, dia mulai menggerakkan pinggulnya. Aku mencari pegangan agar untuk menahan pergerakan di belakangku.

"Ahkk, ah, ah, ah argghh," aku mengerang pelan. Menerima orgasme pertamaku. Di saat hamil besar seperti ini, aku memang mudah terangsang.

Lalu Mas Rengga melanjutkan gerakannya. Memompa intiku cepat sampai kami berteriak bersama. "Arghhh, ahkkk, hah, hah," napasku memburu. Badanku masih bergetar akibat pelepasan.

Aku usap perutku lembut, agar mereka tetap tenang. Setelah semua spermanya menyembur sempurna. Mas Rengga melepaskan penyatuan kami perlahan. "Ah, ehm," desahku lirih.

Mas Rengga kembali memakai handuknya. Kemudian membantuku memperbaiki letak dress. Dia membantuku duduk bersandar pada bantalan sofa. Lalu mengecup pipiku sekilas, sebelum berlalu memakai pakaian kerjanya.

Setelah nafasku kembali normal. Aku membantu Mas Rengga memakai dasi. Dia saat aku sedang memakaikannya dasi. Tangannya terus mengusap perut bawahku. Dan sesekali mengusapi pinggangku.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang