32

9.7K 175 0
                                    

POV Rengga

Saat ini semua sudah berkumpul diruang pemeriksaan. Mama dan Ibu bergiliran menggendong Amira. Bahkan Papa dan Ayah antusias untuk menggendongnya. Semua tersenyum dan tertawa bahagia.

Sedangkan Aldo sedang tidur disebelah Bella. Dan Ares ada dalam pangkuanku. Aldo memang lebih manja dan rewel daripada Ares. Dia sedari tadi merajuk disisi Mamanya. Ingin dipeluk hingga tertidur. Berniat aku pindahkan, namun Bella mencegah. Hem, memang Aldo sangat mirip denganku, seperti duplikat. Lalu Ares, dia lebih tenang, pendiam seperti Mamanya. Walau kebanyakan wajahku menurun padanya. Tapi dari sifat, sangat dominan ke Bella.

Ketika hari sudah larut, orang tua kami beranjak ke kamar. Aldo dan Ares juga ikut tidur bersama Kakek Nenek nya. Dan Amira sedang menyusu dengan kuatnya. Aku hanya mengamati mereka.

"Mas nggak tidur?" tanya Bella sambil menyelimuti Amira

"Aku ingin menemanimu disini sayang," Ucapku sembari mengusap rambutku.

"Bagaimana dengan Dokter Ani dan Dokter Andre?"

"Andre sudah pulang. Lalu Dokter Ani kembali ke rumah sakit," jawabku. "Andre sebentar lagi juga akan jadi Papa sayang," ucapku menambahkan. Memberikan kabar bahagia Andre.

"Benarkah?" Jawabnya terkejut.

"Iya dia bilang, kalau tidak bisa meninggalkan istrinya terlalu lama sendiri dirumah. Dan katanya, besok dia akan kemari dengan istrinya," kataku memberitahu. Bella mengangguk seraya menepuk pelan pantat Amira.

"Amira sudah tidur sayang. Sini biar Mas pindahin," ujarku meraih Amia. Aku pindahkan ke box bayi disisi ruangan. Setelahnya aku kembali, merebahkan badanku disisi Bella.

"Mas kaget tahu," ujarnya pelan. Lalu meletakkan ponselnya diatas nakas.

"Hubungin siapa si?" tanyaku curiga.

"Biasa Mas. Teman-teman kantor pada heboh liat postingan kamu di IG," jawab Bella tenang.

"Oh Eli dkk. Mereka emang update banget soal berita kayak gini. Mereka mau kesini juga sayang?" tanyaku seraya fokus memperhatikannya.

"Ya. Besok katanya pulang kantor mau kesini. Tika enggak percaya, kalau aku udah lahiran lagi. Padahal si Eli udah tahu kalau aku hamil lagi," Bella menjawab dengan antusias. Setiap pertanyaan yang menyinggung teman-temannya.

"Maaf ya. Karena aku, kamu jadi nggak bisa keluar-keluar sama teman kamu. Maaf sayang," ujarku penuh sesal sambil memeluknya dari samping.

"Apa sih Mas. Meskipun nggak bisa keluar, toh kamu sudah memenuhi segala kebutuhanku," balasnya pengertian. Bella dan semua kebaikannya. Kadang tidak masuk akan di kepalaku.

"Kamu pasti kangen ya, hang out sama teman-teman kamu?" aku bertanya. Memastikan perasaan Bella.

"Kangen si Mas. Cuma lebih kawatir lagi, kalau aku ninggalin anak-anak terlalu lama. Dirumah sendirian dengan pengasuhnya. Aku nggak mau kayak gitu Mas," ucapnya perhatian. Aku cium bibirnya lembut. Lalu tersenyum menatapnya.

"Kenapa kamu sebaik ini hem," ucapku kagum. Sedangkan Bella balas tersenyum lembut.

Selanjutnya kami saling memeluk erat. Sampai aku rasakan nafas teraturnya didadaku. Aku hanya tersenyum semakin mengeratkan pelukanku. Aku berjanji akan berubah lebih baik lagi. Mengatasi hasrat seksualku, agar tidak terus menerus menyakitimu. Ucapku dalam hati.

POV Bella.

Sejak kemarin, aku sudah dipindahkan ke kamar. Walau masih belum dapat beraktivitas secara normal. Karena memang bagian sensitifku masih sakit. Dokter Andre bilang, itu akan menghilang seiring dengan pulihnya kesehatanku.

Aku ikut bahagia, melihat istri Dokter Andre juga akan segera menjadi ibu. Ya, setidaknya Dokter Andre akan merawat istrinya. Bukan selalu berkutat pada pasiennya. Walaupun itu sudah kewajibannya.

Aku sedikit bingung, dengan ekspresi yang ditunjukkan Dokter Andre. Memang terlihat bahagia, terlalu malah. Tetapi disisi lain, aku perhatika dia juga seperti tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari perut Kirana. Yang sudah sedikit menonjol karena mini dressnya. Semoga mereka selalu dilingkupi kebahagiaan.

Di sore hari teman-temanku datang membawa berbagai hadiah. Untunglah Aldo dan Ares tidak mengerti. Jadi tidak terlalu tertarik dengan hadiah tersebut. Teman-temanku juga sangat excited. Dengan rupa Aldo dan Ares yang memang menyerupai Mas Rengga. Memang tak di ragukan gen yang diturunkan olehnya. Begitu mendominasi rupa anak-anakku.

Aku tetap memompa banyak asi untuk mereka. Karena kebutuhan minum mereka. Meskipun minum air putih, mereka tetap lebih suka minum asi. Di kala haus dan sebelum tidur. Sekarang aku sedang menyusui Amira. Yang hisapannya tak kalah kuat dari kakak-kakaknya.

"Amira lapar ya. Baru bangun langsung minta minum," ucapku disela menyusuinya. Didekatku ada Mas Rengga yang siap sedia. Membantuku untuk memantau Amira dan si kembar.

"Ares dan Amira memiliki matamu sayang," ujar Mas Rengga menilai. Yang aku balas dengan senyuman tipis.

"Mereka anak-anak kita, sudah tentu mirip dengan kita Mas," balasku disertai senyum tipis.

"Mereka beruntung memilikimu sebagai Mamanya," ucapnya seraya menatapku. Aku tersenyum lagi, merasakan usapan ringan dirambutku.

Aku sedang memangku Amira, sambil melihat kedua anakku. Mengikuti arahan dari Yoga. Benar, mereka sekarang sedang kelas berenang. Aku lihat mereka sudah pandai melakukan banyak gaya. Mereka memang selalu antusias, jika sudah berhubungan dengan berenang. Walau tetap harus dalam pengawasan.

Aku tetap memperkerjakan Kara dan Andin sebagai pengasuh mereka. Sekaligus membantuku mengurus Amira.

Terkadang Mama dan Ibu bergiliran menginap. Untuk lebih dekat dengan cucuc-cucunya. Tak urung Papa dan Ayah juga ikut. Karena tidak sanggup berjauhan dengan istrinya. Aku senang melihat keromantisan mereka, yang tetap awet hingga saat ini.

Aldo dan Ares, sudah tidak lagi minum asi. Melainkan susu formula, setelah melewati beberapa bujukan. Karena Amira sering kali tidak kebagian jatah asi. Padahal aku sudah menambah porsi makanku. Dan tetap minum vitamin dari Dokter Andre. Tetapi dengan kebutuhan yang semakin bertambah. Aku putuskan untuk menyapih mereka. Akhir-akhir ini setiap weekend. Mereka berdua akan dibawa menginap, dirumah Mama atau Ibu. Jadi berubah sedikit sepi diwaktu akhir pekan.

Kelas berakhir sebelum makan siang. Mereka makan dengan lahap, ketika keduanya aku ambilkan makan. Mereka sudah bisa makan sendiri. Meskipun masih belepotan disana-sini. Tapi aku ikut senang dengan kemandirian mereka. Saat aku sibuk menidurkan Amira. Mereka berdua akan minta makan sendiri pada Kara dan Andin. Jadi aku tidak kawatir, karena mereka sudah paham dengan arti jam makan.

Sejak aku selesai nifas, Dokter Andre menganjurkan pemakaian kontrasepsi. Bila dari kami memang ingin menunda kehamilan selanjutnya. Saat Mas Rengga setuju, sebenarnya aku agak terkejut. Sebab keinginannya untuk mempunyai banyak anak. Aku menyakinkannya. Bahwa aku tidak masalah dan masih sanggup. Namun dia menjawab "Aku ingin menikmati kebersamaan dan liburan dengan anak-anak. Tanpa dikawatirkan keadaan kamu, yang tengah mengandung".

Walau aku agak tersinggung. Karena secara tidak langsung, dia bilang bahwa kandungan ku merepotkannya. Namun dia kembali meyakinkan. 'Bahwa aku butuh pemulihan dan jarak waktu untuk kembali mengandung'. Dia berkata, 'bahwa aku adalah ibu dari anak-anaknya serta istri dan orang yang ia cintai. Bukan obyek penghasil bayi'.

Aku ingin marah, tapi yang dia katakan benar. Bahwa aku butuh waktu istirahat. Dan bukan obyek penghasil anak. Sebenarnya aku sedikit tersentuh, namun dari caranya berbicara yang membuatku jengkel. Berakhirlah aku mendiamkannya seharian. Sampai dia memohon maaf dengan wajah putus asa. Rasakan itu, batinku kesal.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang