48

8.7K 109 1
                                    

POV Bella

Tanganku masih terus mengusap perut bawahku yang nyeri karena aktivitas panasku dengan mas Rengga. Aku mencari posisi senyaman mungkin agar tubuhku bisa rileks sejenak.

"Ssshhhh, ah yang anteng ya sayang." Perutku sudah semakin keras dan mengencang saat kontraksi datang.

Terdengar pintu terbuka lalu mas Rengga duduk disebelahku menyiapkan alat pompa asi. Aku langsung menerima dan mulai memompa asi untuk Amira, dia memang sudah mau 2 tahun namun masih sesekali minum asi karena belum sepenuhnya disapih. Mas rengga menyelimuti tubuh telanjangku hingga sebatas perut lalu beranjak lagi kekamar mandi. Seraya menahan nyeri aku memijat pelan payudaraku agar rasa nyerinya berkurang.

"Hemmm, shhhh sedikit lagi selesai Bella", ucapku menyemangati diri sendiri.

"Cukup sayang, 2 botol itu sudah banyak. Lagipula memang sebelumnya sudah aku minum jadi wajar kalau berkurang."

"Sshhh, iya mas sebentar." Selesai dengan itu mas Rengga meletakkan botol-botol tersebut diatas meja.

POV Rengga

"Sekarang mandi ya sayang, ayo pelan-pelan." Dengan pelan aku tarik dia hingga ke pinggir sofa. Aku lilitkan handuk yang sudah kusiapkan ke tubuhnya yang hanya dapat menutupi sampai bawah pantatnya.

"Mas asinya bagaimana?"

"Biar nanti dibawa pelayan kerumah utama." Dia mengangguk kecil lalu melingkarkan tangannya kepunggungku. Aku membantunya bangkit perlahan lalu menuntunnya hingga kekamar mandi.

"Ehmmm, huh." Perut besarnya yang menggantung semakin turun seiring pembukaan yang dia alami. "Aw, shhh"

"Pelan sayang", aku usap punggungnya seraya tetap menuntunnya perlahan. Sampai dikamar mandi kududukan dia dicloset lalu melepas handuk yang melilit tubuhnya juga bajuku sendiri.

"Mas ikut mandi juga", tanyanya lembut disisi telingaku kala membantunya berdiri.

"Iya sayang mas ingin terus berada didekatmu", sambil mencium pipinya. Aku tahu dia sudah lemas karena ativitas kami sebelumnya namun aku sudah bergairah lagi sejak dia memompa asi untuk Amira dan semakin ingin dipuaskan ketika melihatnya kesusahan hanya untuk berdiri dan berjalan. Aku masuk lebih dulu kemudian disusul olehnya. Kejantananku langsung aku arahkan ke lubangnya seketika dia meringis dan mendesah secara bersamaan.

"Ssssshhh, ahhhh kamu mau lagi mas", seraya dia menyamankan diri bersandar didadaku.

"Arrrggh iyah sayang", aku lebarkan kakinya hingga keluar dari bath up

"Massshh, arggghh, ssstt sakit emmmm"

"Tahan sayang, seraya kukecup pelipisnya."

"Arggghh masshh", aku semakit cepat menggerakkan pinggulku hingga aku mencapai klimaks. Aku melakukannya hingga beberapa kali keluar memenuhi bath up ini dengan cairan kami. "Hah, mashhh"

"Bilas ya sayang", dia sudah tak mampu merespon hanya pasrah kutuntun pelan sampai dibawah shower. Kami berhadapan dengan kedua tanganya mengalung keleherku serta kepala menunduk dalam sedangkan kedua tanganku meraih pinggangnya agar rapat padaku. Walau perut besarnya membuat jarak namun sebisa mungkin aku menjaga tubuhnya agar tidak luruh dan jatuh karena kondisinya yang sudah lemas akibat aku masuki berulang-ulang. Selasai membilas tubuh aku dudukan dia di kloset sementara aku meraih handuk untuk kami. Setelah selesai menutup tubuh masing-masing aku menggendongnya, dengan perlahan aku letakkan dia disofa yang sudah dibersihkan bibi karena asi diatas meja sudah dibereskan.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang