65

7.9K 129 11
                                    

POV Bella

Aku sekarang sedang berkebun digreen house. Setelah selesai dengan urusan anak-anak. Kini mereka sedang asik bermain ditaman bersama Mas Rengga dan baby sysiternya. Aku sudah menyiapkan banyak asi dalam botol. Jika mereka tiba-tiba merengek.

Aku sedang memindahkan semua benih bunga. Yang sudah tumbuh ini kedalam pot. Mereka akan jadi bunga yang cantik. Sebagian benih aku biarkan tetap tumbuh ditanah. Agar menambahkan warna digreen house ini. Yang sudah dipenuhi warna merah dari mawar yang aku sukai. Sebagian lagi aku pindahkan, agar dapat ditanam ditaman belakang rumah. Banyak benih yang aku semai, hingga kini memenuhi sekeliling kakiku. Dan belum sempat aku pindahkan.

Mas Rengga melarang tukang kebun membantuku. Karena tidak mau aku dekat-dekat dengan para pekerjanya. Hah, aku tertawa ketika mendengarnya berucap seperti itu. Tapi aku maklumi, dia rajanya cemburu memang.

Sudah aku pisahkan, mana benih untuk ditanam ditaman belakang. Halaman depan dan yang dibiarkan tumbuh liar didalam green house. Aku tinggal menyelesaikan beberapa benih dalam pot ini. Untuk dapat menghijauhkan suasana dalam rumah. Lengan dan bagian bawah dressku sudah kotor oleh noda tanah.

Terlalu fokus dengan aktivitasku. Aku tidak sadar, kalau Mas Rengga sudah berada disebelahku. Aku tersenyum, memandangnya menjulang tinggi. Dengan kedua tangan dipinggang sudah seperti bos saja. Tanpa bertanya, dia mengambil kotak-kotak benih yang sudah aku pilah, untuk dibawa keluar. Aku lihat dia sudah membawa semua keluar, tinggal yang dalam pot saja. Aku dengar pintu terbuka, kemudian tertutup. Aku lihat dia kembali, lalu mengambil tempat disebelahku.

"Ini sudah siang sayang. Biarkan bungamu dibereskan tukang kebun ya," ujarnya sambil melirik benih-benih bungaku.

"Tinggal sedikit lagi mas," kataku. Masih fokus pada pot dihadapanku.

Posisiku kini tengah bersimpuh. Dengan perut besar diantara kedua kakiku yang terlipat. Punggungku sedikit tertarik kedepan, karena perut besarku. Tangan besar Mas Rengga sekarang mengusapnya lembut disertai pijatan pelan. Yang membuat rasa nyeri akibat menahan bobot perut ini, sedikit berkurang.

"Sudah waktunya makan siang sayang," katanya disertai ciuman singkat dipelipisku.

Tidak lama setelah itu, bibi datang membawa makan siang untuk kami. Dengan ketidakrelaan, akhirnya aku cukupkan aktivitasku. Dan bangkit dengan bantuannya. Kepergian bibi setelah mengantar makan siang. Disusul oleh kedatangan pelayan yang membawa baju ganti untukku.

Setelah mencuci tangan, aku amati menampilanku. Lengan sudah kotor oleh tanah dan pupuk. Begitupun dengan bawah dressku, yang hanya sepanjang paha.

Bajuku diletakkan dikursi, tempat kami akan menghabiskan makan siang. Dalam green house, terdapat perpurstakan. Yang didalamkan juga terdapat kamar bagi kami. Aku heran dengan adanya kedua ruangan tersebut. Ketika aku bertanya, Mas Rengga menjawab, itu adalah tempat pelarian setelah penat dengan berbagai pekerjaan kantor. Aku mengerti, seorang anak tunggal sepertinya. Pasti akan tersiksa dengan semua tanggung jawab perusahaan yang dibebankan padanya.

Aku berjalan terlebih dahulu, masuk kedalam kamar. Sedangkan Mas Rengga masih memerintahkan tukang kebun membereskan bunga-bungaku. Aku baru akan masuk kekamar mandi. Setelah sedikit memperhatikan kamar hangat ini. Ketika Mas Rengga masuk dengan membawa handuk ditangannya.

"Bagaimana Mas?" tanyaku padanya yang meletakkan handuk diatas ranjang.

"Masih diberaskan tukang kebun. Nanti kamu bisa menyuruh mereka menatanya sesukamu." Jawabnya seraya menghampiriku yang sudah berada diambang pintu kamar mandi. Dia menggiringku masuk kamar mandi bersamanya.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang