44

8.4K 120 7
                                    

44

POV Bella

Rasanya begitu lega, setelah selesai menidurkan anak-anak. Aku baru bangun jam 9 pagi, tanpa Mas Rengga disisiku. Dia hanya meninggalkan sebuah memo, ucapan selamat pagi dengan tanda cium. Dia juga mengingatkanku untuk sarapan. Yang bahkan sudah tidak bisa disebut sarapan. Namun perlakuannya itu sangat manis. Membuatku terus tersenyum membayangkan wajah tampannya.

Saat ini aku sudah kembali ke kamar, setelah menyusui Amira sampai tertidur. Aku sedang mengoleskan krim pengencang payudara, yang dikirimkan oleh Dokter Ani. Aku sudah menggunakan ini, sejak pasca kelahiran Amira. Aku takut payudaraku kendor. Karena jarang beristirahat, untuk menyusui bahkan dipompa. Walau nyeri dan sakit saat disentuh, dengan perlahan aku oleskan krim tersebut.

Rumah sedang sepi, ketika anak-anak tidur siang. Mas Rengga yang hari ini ke kantor. Dia juga tidak bisa menyempatkan waktu, untuk makan siang dirumah. Sejujurnya aku senang, bisa beristirahat seperti ini. Meski hanya sebentar, sebelum anak-anak kembali bangun. Dan setelahnya melayani Mas Rengga.

Kemarin saat mereka kembali, aku bahkan tak bisa istirahat sebentar saja. Belum lagi Mas Rengga juga ikut mendominasiku. Kalau sudah berhubungan dengan suamiku itu. Aku tidak bisa menolak. Walau apa yang dilakukannya terasa menyakiti fisikku. Aku hanya pasrah, karena melayaninya adalah kewajibanku sebagai istri.

Meskipun penuh ketidaknyamanan serta kesusahan. Disebabkan perut besarku, aku berusaha terbiasa dengan perlakuannya. Setelah selesai merawat payudara dan kaki bengkakku. Aku perlahan bangkit menuju ranjang. Masih ada beberapa jam, sebelum anak-anak bangun. Aku bisa tidur siang sebentar.

Sebenarnya saat amira menghisap putingku akhir-akhir ini. Begitu terasa sakit, namun aku tahan. Karena kalau dia sudah menolak minum dari botol. Berarti dia ingin menyusu langsung dari putingku. Seperti saat di trimester pertama, walaupun berusaha terbiasa dengan sensasinya. Tapi tetap saja sakit, ketika harus menyusui mereka.

.

Aku terbangun, ketika merasakan kecupan diseluruh wajahku. Aku kerjabkan perlahan mataku. Berusaha menyesuaikan dengan cahaya dalam kamar.

"Mas Rengga sudah pulang?" tanyaku pelan seraya bersandar di kepala ranjang. Mas Rengga yang mengerti, segera menata bantal dibelakang punggungku. Dia menggenggam sebelah tanganku. Lalu mencium keningku lama.

"Kamu baik-baik saja dirumah sayang?" tanyanya perhatian.

"Baik Mas," jawabku ringan. Aku tersenyum lembut kearahnya.

Aku perhatikan dia masih memakai setelan kantor. Baru pulang rupanya, batinku. Dia kembali mendekatkan wajahnya, mencium bibirku pelan dan lembut. Aku membalas ciumannya penuh perasaan. Lalu Mas Rengga menjauhkan wajahnya.

"Bagaimana kalau mandi bersama sayang? Kebetulan anak-anak juga masih mandi ditemani babysitter mereka," ajaknya antusias. Wajahnya berbinar mengutarakan ajakannya itu.

"Mereka sudah bangun Mas," ucapku pelan. Mas Rengga mengangguk, lalu menyingkap selimutku. Perlahan menggendongku menuju kamar mandi. Aku bahkan belum mengiyakan ajakannya. Dasar, gerutuku dalam hati.

Dia mendudukanku di closet, lalu beralih menyiapkan air hangat dalam bath up. Mas Rengga membantuku melepas pakaian. Kemudian melepas pakaiannya sendiri. Dia masuk bath up terlebih dahulu lalu aku menyusul.

Kami sama-sama menikmati hangatnya berendam bersama. Sesekali Mas Rengga membelai pundak telanjangku. Lalu mencium belakang telingaku yang seketika membuatku meremang. Salah satu tangannya, mengusap bawah perut besarku. Sedangkan tangannya yang lain perlahan menggoda liangku.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang