50

8K 143 9
                                    

"Mama kawatir dengan kondisi Rengga pa. Bahkan dia tidak memperhatikan kondisinya sendiri," Kata mama Winda sedih

"Kita harus terus mendukungnya ma. Kita tahu, bahwa saat ini dia sangat membutuhkan kita," Balas papa berusaha menenangkan mama.

"Kata dokter Andre, kondisi Bella sudah stabil. Semoga dia segera sadar dari komanya pa," ujar mama Winda sendu. Papa Gilang segera mendekap istrinya, yang prihatin akan kondisi putranya.

Dari kejauhan, mereka mengawasi cucu-cucu mereka. Yang tengah bermain bersama dengan pengasuh mereka. Sedangkan ibu Bella, kini tengah memastikan kondisi cucu dan anaknya di pavilun melati.

"Rengga, segaralah sarapan. Biar Bella dan anak-anak ibu yang menjaganya," suruh Ibu.

"Rengga tidak lapar bu," seraya menatap wajah tenang Bella.

"Kamu harus tetap sehat, agar dapat menjaga mereka. Kamulah kekuatan mereka nak," Bujuk ibu dengan penuh pengertian. Membuat Rengga tersadar akan posisinya.

"Tolong jaga Bella ya bu," Ibu mengangguk seraya tersenyum. Ketika Rengga mencium kening Bella, lalu beranjak keluar. Kini tinggal ibu Rita, yang duduk disisi ranjang Bella yang semula ditempati oleh Rengga. Masih dengan seulas senyum, ibu Rita menggenggam telapak tangan Bella.

"Lihatlah suamimu, dia begitu mengkawatirkanmu. Hingga lupa dengan kondisinya sendiri. Kamu pasti lelah ya sayang, menghadapi Rengga yang seperti itu," ibu Rita tersenyum tipis. Kemudian menghela nafas, "Maafkan ibu ya, yang sudah memaksamu menikahinya," sambung Ibu Rita menyesal. Setetes air mata menetes tanpa isak. "Tapi melihatmu bahagia, tersenyum dan tertawa bersamanya. Membuat ibu lupa, dengan beratnya beban yang kamu bawa," Masih dengan air mata yang mengalir ibu Rita melanjutkan. "Ibu yakin, Rengga sudah berusaha berubah demi kamu. Dia pasti sudah berusaha nak. Walau begitu, dia sangat mencintaimu. Ibu mohon sadarlah. Anak-anak menunggumu, lihat mereka begitu lucu dan menggemaskan," tukas Ibu, kembali berusaha berbicara pada Bella.

Mama Rita beranjak ke salah satu box. Kemudian mengambil bayi perempuan untuk digendong. Membawanya mendekat ke ranjang Bella.

"Lihatlah Bel, dia begitu cantik sepertimu," kata Ibu seraya tersenyum. Mengagumi rupa bayi cantik dalam gendongannya. Seperti terusik, bayi tersebut perlahan menangis dalam gendongan ibu Rita.

"Uh sayang, nenek membanganmu ya," Seraya menimang pelan bayi tersebut. "Oh cucu nenek lapar ya. Sebentar biar nenek ambilkan susunya," Ibu Rita mencari, namun persediaan asi lain sudah kosong dan belum diisi lagi oleh suster. Karena mendengar suara tangisan, suster masuk ke ruangan.

"Ada apa bu dengan baby cantik?" Tanya suster kawatir

"Dia lapar sus, sedangkan asi dalam kulkas sudah habis," Kata Ibu Rita sedikit panik.

"Ah itu, masih dalam perjalanan dari rumah sakit bu," ucap suster. Membuat Ibu menatap bayi dalam gendongannya menyesal. Bayi cantik tersebut masih menagis kencang. Tapi untunglah saudaranya yang lain tidak terganggu. Ibu Rita membawanya mendekati ranjang.

"Bella bangunlah, anakmu membutuhkanmu." Ucapnya lebih seperti memohon. Dengan perlahan ibu Rita membawa bayi cantik itu tepat ke dada Bella. Suster hanya melihat tanpa dapat mencegah. Ibu Rita melihat bayi cantik itu menangis dengan tatapan berkaca-kaca. Bangunkan mamamu sayang batin ibu Rita berkata. Secara perlahan tubuh Bella mulai bereaksi, matanya bergerak-gerak perlahan membuka. Tangannya secara spontan mendekap bayi di dadanya. Terdengar pintu terbuka cepat, Rengga berdiri dengan nafas terengah-engah. Fokus matanya hanya pada Bella yang dibantu suster mulai menyusui bayinya.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang