22

19K 255 0
                                    

POV Bella

Aku rasakan banyak cairan yang keluar dari selangkanganku. Ketika usai menuntaskan aktivitas panasku dengan Mas rengga. Namun aku tak dapat membedakan, itu sperma yang mengalir atau malah air ketubanku yang pecah. Karena setelahnya kontraksiku datang kian hebat dan panjang. Aku sudah tak dapat fokus. Ketika Mas Rengga mengingatkanku tentang makan siang. Karena sakit yang kian menjadi.

Aku merasa kepala bayi yang sudah mendekati liangku, terasah perih dan panas. Ketika Mas Rengga memeriksa, aku hanya dapat mengerang sakit. Lalu dengan mudah dia memindahkanku ke ruang pemeriksaan.

"Mas jangan tinggalkan aku," ujarku pelan. Tak mampu mengeluarkan suara. Dia diam, hanya terus menggenggam tanganku. Dan menatap mataku dalam. Mengusap rambutku yang sudah berantakan.

Fokusku beralih kepada Dokter Ani. Yang kemudian melebarkan kakiku dan mengarahkan untuk mengejan.

"Enggggghhhhh, huh, huh," ejanku dengan nafas terengah-engah. Aku rasakan kepala bayiku kian melebarkan vaginaku. "Aw, aw, aw enghhhhhhh ahkkk", aku berteriak menahan perih dan panas, yang kurasakan ketika kepala bayiku sudah keluar.

"Ayo Bella lebih kuat ya," ucap Dokter Ani.

Ketika aku rasakan dorongan itu datang, aku mengejan dengan sekuat tenaga. Namun bahu dan badan bayi yang besar akan sulit melewati lubangku.

"Enghhhhh, hah, hah, ahhkkkkkkk, huh, huh, huh," aku mengejan sekuat tenaga agar badan bayiku dapat melewati lubangku.

"Awwwsss, perih sekali," kataku terisak.

Mas Rengga disampingku, terus berbisik menyemangatiku. Setelah tiga kali mengejan, akhirnya terdengar suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Aku terisak mendengar tangisan bayi pertamaku. Namun tak berlangsung lama, karena dorongan selanjutnya memaksaku untuk mengejan.

"Enggghhhhh, ahkkkkk, hah, hah, hah," napasku terengah. Aku sudah merasa tenagaku sudah hampir habis.

"Ayo Bella tinggal sedikit lagi, kepalanya sudah terlihat," kata Dokter Ani memberitahu. Aku hanya menggeleng pelan.

"Kamu ingin melihat mereka kan sayang," kata Mas Rengga pelan, tepat disisi kepalaku.

"Sakit Mas," jawabku lirih. Dengar air mata yang menetes. Namun dorongan susul menyusul tak terhindarkan, "Ahkkkkkkk, enghhhhhhh, huh, huh, huh, aw, aw, aw, enggggghhh," Aku mengejan sebisaku.

"Sedikit lagi Bella,"

Kemudian dorongan kembali datang. Sepertinya bayi keduaku ini sudah tidak sabar ingin keluar.

"Ah, ahkkkkk, enghhhhhhhhh, hah, hah, hah perih engggghhhhh," ejanku dengan tenaga yang tersisa.

aku rasakan bahu dan badan melewati lubangku. Kemudian terdengar lagi tangisan. Bayiku yang pertama ikut menangis, ketika mendengar tangisan adiknya. Lalu aku rasakan Dokter Ani sedikit menekan perut bawahku, untuk mengeluarkan plasenta. Setelahnya kesadaranku, hilang bersama tangisan kedua bayiku.

POV Rengga

Aku tidak tega, namun ini keinginanku melihatnya kesakitan melahirkan kedua buah hati kami. Tangisku pecah, ketika setelah melihat bayi kembarku sudah terlahir dengan selamat. Aku temukan Bella sudah hilang kesadaran. Aku cemas dan takut mengetahui dia mengalami koma pasca melahirkan.

Sudah aku hubungi orang tua kami. Kalau Bella telah melahirkan cucu mereka. Mereka tentu begitu bahagia. Tapi ketika mendengar kabar, bahwa Bella masih belum sadarkan diri dari koma. Mereka nampak sedih namun juga menguatkanku.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang