53

5.2K 120 6
                                    


POV Bella.

Sudah hampir 2 minggu aku melakukan pemulihan, dengan tetap memperhatikan anjuran Dokter Andre. Setiap kali aku ingin melakukan sesuatu. Sebisa mungkin dilakukan diranjang, tanpa harus berpindah tempat. Kecuali untuk panggilan alam.

Mas Rengga selalu mengingatkan, agar menyusui bayi sambil rebahan saja. Sehingga kedua tanganku tak perlu menyangga tubuh mereka. Aku sangat bosan, hanya berada dikamar ini.

Merasa tubuhku sudah lebih baik daripada hari-hari yang lalu. Setelah meminum obat yang diresepkan Dokter Andre. Walau memang masih agak lemas, tiap kali melangkahkan kaki. Selama itu pula, Mas Rengga selalu menemaniku. Terkadang anak-anak juga ikut tidur dikamar ini bersamaku.

Walaupun Mas Rengga bilang, dia mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Tapi aku tahu, kalau dia hanya fokus merawatku. Bahkan dia jarang sekali terlihat memegang tablet dan ponselnya. Yang biasa menemani aktivitas kerjanya.

Para orang tua sudah kembali ke rumah masing-masing. Setelah yakin kondisiku sudah lebih baik. Mereka sering menjenguk untuk mengetahui perkembangan kesehatanku.

Hah, aku ingin mengabari teman-teman kantor, untuk kabar bahagiaku. Namun Mas Rengga bahkan menjauhkanku dari jangkauan ponsel. Pasti mereka akan heboh, kalau tahu aku sudah melahirkan bayi-bayi yang lucu. Mas Rengga berdalih, agar aku fokus pada kesehatanku dan anak-anak saja untuk saat ini. Tapi tak tahukah dia, disamping itu aku butuh hiburan dan pengalihan. Semua itu hanya mampu terucap dalam hati. Aku tidak mau berdebat dengannya, apalagi didepan anak-anak.

Aldo dan Ares sudah masuk ke kelompok belajar. Karena umurnya sudah akan menginjak 4 tahun . Sedangkan Amira yang sudah terbiasa dengan kehadiran kedua kakaknya. Merengek ingin ikut, yang aku setujui. Agar dapat bersosialisasi dan bermain bersama anak-anak yang lain.

Selama disekolah, mereka tetap ditunggui Kara dan Andin agar lebih aman. Walau sudah seharian berlajar dan bermain di sekolah. Mereka seperti tidak pernah lelah. Mereka masih suka bermain dikamar ini, menggambar dan mewarnai.

Satu waktu, mereka memperlihatkan hasil gambaran mereka yang membuatku bangga. Aku tahu Aldo dan Ares punya bakat dalam hal itu. Sedangkan Amira, juga tak kalah antusiasnya untuk menunjukkan hasil gambarnya.

Karena mereka sudah masuk kelompok belajar. Maka Mas Rengga juga mengurangi jadwal kelas gambar dan mewarnai. Yang awalnya kedua kelas tersebut dilakukan dengan waktu yang terpisah. Dengan persetujuanku, kedua kelas tersebut digabung dengan jangka waktu yang lebih sedikit. Untuk kelas berenang, tetap dilakukan pada waktu hari libur.

Sudah beberapa hari ini, Dokter Andre berkunjung 2 hari sekali. Karena kondisiku yang sudah membaik. Beliau menyarankan, setelah tubuhku sudah kuat untuk berjalan. Agar cek up ke rumah sakit, tempat dia melakukan praktek.

Setelah aku tanya lebih lanjut, tujuannya adalah untuk memastikan kondisi organ dalamku dalam keadaan yang baik. Untuk sementara ini, Dokter Andre hanya dapat memberikan penanganan dari diagnosanya. Namun perlu melakukan pengecekan secara keseluruhan pada tubuhku. Beliau menenangkanku, kalau semua akan baik-baik saja. Mas Rengga juga turut mendampingiku.

Aku sesekali tersenyum sendiri, tatkala sedang menyusui Arlan. Mengingat kata-kata manisnya yang terkesan berlebihan untuk menenangkanku. Aku baru melihat dia bisa berlaku berlebihan seperti itu.

"Uh jagoannya mama lapar ya hem." Aku amati Arlan yang menghisap dengan kuatnya. Bayiku yang lain masih dimandikan, sebelum bergantian aku susui.

Baby sister yang direkomendasikan Dokter Ani, sudah mulai melakukan tugas sehari setelah kunjungannya, begitu aku sadar. Mereka memang sepantaran dengan Andin dan Kara. Jadi aku tidak kawatir, terdapat ketidakcocokan antara mereka.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang