51

5.9K 121 5
                                    

POV Bella

Setelah Mas Rengga hilang dibalik pintu. Selanjutnya Dokter Ani muncul, dengan senyum mengembang diwajahnya. Auranya begitu cerah, yang secara tidak langsung menular padaku. Sebelum Dokter Ani mencapai ranjang, terdengar tangisan dari salah satu bayi dalam box. Secara spontan aku berusaha bangun, yang langsung diintrupsi oleh dokter Ani.

"Biar aku saja Bella, kamu tetaplah berbaring," Dengan nada perintah di akhir kalimatnya. Membuatku kembali bebaring pasrah.

Tubuhku rasanya masih lemas, setelah koma selama 7 hari. Dokter Ani kembali mendekat, bersama bayi dalam gendongannya. Lalu duduk tepat disisi kanan ranjangku.

"Oh..dia bayi yang tampan Bella. Hah, rasanya aku ingin memilikinya satu," katanya dengan sorot mata berharap, sembari tetap menyunggingkan senyum. Aku tersenyum maklum, mendengar dia berkata demikian. Karena ini sudah beberapa bulan pasca pernikahannya. Dan belum ada kabar baik darinya.

"Dokter Ani juga akan memilikinya sendiri nanti," balasku. Dia hanya mengembangkan senyum ceria. Kemudian memberikan bayi tersebut kedalam gendonganku.

"Sepertinya dia lapar Bella. Dia sudah tidak menangis, tapi terlihat gelisah," ucapnya memberitahu. Aku terima bayi tampan tersebut selembut mungkin.

"Benarkah, anak mama lapar ya," kataku secara mengulas senyum.

"Biar aku bantu," dengan cekatan Dokter Ani membantuku melepaskan beberapa kancing baju. Menyingkap salah satu payudaraku, hingga terpampang dihadapan bayiku. Seperti memiliki insting, tanpa aku pandu. Secara alami, dia mencari letak putingku. Aku tersenyum lembut, mengamati ekspresi menggemaskan ini.

"Ahhh.." aku sedikit meringis. Ketika dia menghisap putingku dengan begitu kuat. Padahal dia belum tumbuh gigi. Bagaimana jadinya kalau mereka sudah punya gigi. Terdengar dokter Ani tertawa, pelan memperhatikan bayiku.

"Dia akan jadi anak yang kuat," katanya. Masih tetap mempertahankan senyuman dibibirnya. Yang hanya aku tanggapi dengan senyuman pula. "Ah ya, Bella ada hal yang ingin aku sampaikan padamu. Mungkin Rengga belum menyampaikannya, melihat kamu yang baru sadar dari koma. Aku menawarkan beberapa baby sister, untuk ikut menjaga bayi-bayimu. Kamu pasti akan kerepotan bila mengurusnya sendirian. Mereka masih seumuran dengan Andin dan Kara. Mereka juga berasal dari almamater yang sama," jelas Dokter Ani yang aku simak dengan seksama.

"Maksut dokter Ani?"

"Jadi mereka dulu sama-sama menjadi peserta didikku. Pasca aku selesai dengan sekolah spesialisku. Aku sempat membimbing mereka, yang ingin mengikuti tes ujian masuk sekolah keperawatan. Kebetulan ada beberapa dari mereka yang mengambil cuti, sampai waktu yang tidak ditentukan. Atau memilih istirahat sejenak dari dunia perawat. Jadi, daripada mereka hanya melakukan holiday dan tidak ada kesibukan dirumah. Aku rekomendasikan mereka untuk menjadi baby sister sementara. Sampai bayi-bayi kalian cukup mampu untuk beraktivitas sendiri," sambung dokter Ani menjelaskan.

"Hem, sebuah tawaran yang bagus dok. Mungkin akan aku bicarakan dulu dengan Mas Rengga nanti," balasku tenang.

"Rengga mengatakan semuanya tergantung padamu Bella," ucap Dokter Ani seraya tersenyum menenangkan.

"Begitukah dokter?" yang hanya ditanggapi anggukan singkat. "Hem baiklah, aku terima. Tapi mereka berjumlah berapa dok?" tanyaku kembali.

"Ada 4 orang. Aku rasa sesuai dengan jumlah yang kalian butuhkan saat ini," jawabnya.

"Baiklah dok kalau begitu. Suruh mereka untuk datang besok, supaya kita dapat saling mengenal," ucapku tenang.

"Oke sudah diputuskan. Kamu tenang saja, mereka adalah baby sister yang baik. Dan yang paling penting, suka dengan anak-anak," ujarnya ringan. Aku hanya tersenyum melihatnya kembali mengembangkan senyum ceria.

For HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang