MALAM pekat pukul empat tepat, langit mulai menangis.
Gesekan biola lagu Der Leiermann memenuhi tiap sudut apartemennya yang dingin. Berkali-kali lagu itu mencapai akhir, tapi diputar lagi, diperdengarkan kembali, diulang tanpa hentiーsemata-mata hanya untuk mengkaver gemuruh petir dan hujan di luar.
Perlahan Nara mendongak, mengamati lamat remang cahaya kuning yang terpantul pada kaca jendela. Pemandangan malam di luar mendadak berubah kabur, tertutup oleh titik-titik air yang turun kian brutal. Cakrawala ditelan gelap, awan hitam menggumpal menutupi bulan, suara guntur saling bersahutan walau satu-satunya hal yang berdengung dalam kepala ialah alunan musik suram. Kini tiap nada yang masuk ke telinga bagai menelan mentah-mentah permukaan beling kasar. Tenggorokannya perih, kepalanya meradang, pelipisnya berkedut hebat. Dalam tiap getir yang dikecap lidah, mulailah imajinasinya berkelakar, mencoba menerka-nerka apa yang sedang terjadi di dunia dewa hingga Zeus marah dan menurunkan hujan di penghujung musim semi.
Membuat beberapa kuntum bunga basah kuyup, layu, menguncup.
Dan akhirnya jatuh. Keindahannya pun gugur.
Sejak kehidupannya yang pertama, Nara tidak benar-benar membenci hujan. Ia mengagumi tiap detil peristiwa alam itu, terutama aroma petrikor yang menyeruak dalam indra penciuman. Kemudian, entah bagaimana, ia akan berlari keluar dan menari di tengah hujan. Membayangkan diri sebagai karakter utama dalam novel roman yang telah mencapai akhir bahagia dari sebuah kisah.
Kalau memang akhir bahagia itu memang ada.
Kehidupannya dulu sederhana: berlapis keluguan, belumurkan kenaifan. Ia genap berusia 25 tahun saat bertemu dengan lelaki itu. Pria sukses dengan selera pakaian nyentrik, tapi punya kecerdasan tinggi dan selera humor yang baik. Tutur katanya sopan, sikapnya walau kadang tampak canggung namun tetap mampu membuat si gadis terkagum-kagum. Pria itu tahu bagaimana cara memperlakukan wanita sebagaimana seharusnya: tahu kapan harus diam, kapan harus berbicara dan melempar godaan. Tahu kapan ia harus berlutut dan memasangkan cincin di jari manis sang gadis.
Dalam hitungan waktu yang kelewat singkatーlagi-lagi tanpa diduga-dugaーNara menemukan hatinya terpikat. Jatuh cinta nyatanya sederhana. Tahu-tahu, ia merasa jantungnya berdebar dua kali lebih cepat, adrenalin terpacu, letupan bahagia sekaligus gugup melilit lambung tiap kali bertemu pria itu.
Hatinya telah direngkuh orang lain. Dan itu menyisakan dua pilihan: antara digenggam penuh kehangatan; dielus, dibelai, dipuaskan dengan afeksi atau sebaliknya, diremukkan: dihancurkan, diinjak-injak, disayat dengan brutal.
Seba terkadang, tidak semua rasa mendapat balasan yang sepadan.
Helaan napas melongos kasar dari mulutnya. Si gadis terpaku, menatap gamang semangkuk darah segar di hadapannya. Aroma besi karat memenuhi ruangan sejak dua jam lalu. Lengkap dengan dua belas batang lilin yang telah disusun melingkar. Tinggal menunggu masa, si gadis akan memantik api, menunggu kedatangan Foniash, dan semua akan selesai.
Malam ini, ia akan menyelesaikan semuanya.
Memori tersebut masih merekah panas dalam kepala: perdebatan di ujung gang kemarin, pembunuhan tepat di depan mata, tangisan dan penyesalan Seungcheol.
Nara tertawa pahit.
Kejahatan akhirnya terbongkar, bangkai mulai tercium baunya. Foniash benar, seharusnya tak perlu ada afeksi antara dirinya dengan target. Perasaan tersebut dapat mengelabui akal, menutup logika, mengkaver seluruh kejahatan sebagai bentuk cinta.
Persetan.
Jam berdenting, tepat mengetuk kembali kesadaran si gadis. Pukul setengah lima pagi, waktu yang tepat untuk mengadakan rapat dengan dunia bawah. Selepas menyalakan dua belas lilin, Nara menemukan telapak tangannya berkeringat, kesepuluh jemarinya bergerak-gerak gelisah di atas paha. Ia tidak tahu apa ini efek menenggak dua gelas kopi sekaligus, atau sebab ia tidak tidur semalam suntuk. Atau justru, sebab ia akan kembali mengurus ajal seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atonal Euphonious [Jeon Wonwoo]
Fiksi PenggemarHades ingin pemuda itu mati. Maka ia mengutus Eleft―sang perancang kematian―untuk datang ke bumi, merekam semua data kriminal Wonwoo, lalu menetapkan hari serta rencana yang pas hingga pemuda itu tewas. Namun salah besar bila Eleft pikir misi ini ak...