12; Enchanted & Delighted

441 88 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"REKAMAN dalam ponsel Han Su sudah terhapus. Tapi sialnya, Si Sok Pintar Jung telah mengkopi video itu dan menyebarkannya dalam group chat." Lee Seokmin mendesah panjang, mengacak rambut setengah frustrasi sebelum mengempaskan pantat pada salah satu kursi. "Kalau begini sudah dapat dipastikan Wonwoo tak akan luput dari hukuman serius."

Nara dapat mencetak gurat lelah bercampur rasa panik tergambar penuh pada raut wajah si pemudaーjelas kontras dengan ekspresinya tadi pagi kala menemukan presensi sahabatnya di lorong kampus. Peluh menetesi kening. Surainya yang berminyak disugar asal. Selama dua jam terakhir, Seokmin tak henti melacak beberapa mahasiswa yang seingatnya sempat merekam tadi siang, mendatangi mereka satu per satu dan memohonーatau memaksa, kalau diperlukanーuntuk menghapus rekaman pertengkaran Wonwoo.

Ia bahkan tak segan melayangkan tinju bila mahasiswa lain bersikukuh menyimpan video itu.

"Memang dua pemuda bodoh! Untuk apa mencari masalah di saat-saat bahagia begini, hah?!" Seokmin berdecak keras-keras, merutuk samar sebelum memijat pelipis sendiri. Kepalanya sakit bukan kepalang. Tubuhnya gerah oleh rasa resah. Ia tidak menyangka Jihoon akan nekad berbuat sejauh itu, bahkan sampai menyebut nama Jungwoo di depan banyak orangーdi depan Nara.

Chani menyodorkan sekaleng soda dingin tepat menyentuh permukaan pipi Seokmin, sempat membuat si pemuda bergidik dan menoleh dengan tatapan waspada. "Minumlah." Gadis itu tersenyum hangat. "Nara yang membelikan."

"Ah ..." Seokmin melirik Nara yang duduk beberapa senti darinya, sejenak berusaha menetralkan ekspresi dan mengulas senyum kikuk. "Aku jadi merasa tidak enak. Seharusnya hari ini bisa menjadi perayaan kecil sebab Wonwoo kembali, tapi malah ada kejadian tidak mengenakkan seperti ini."

Nara merapatkan bibir dan tersenyum tipis. "Itu bukan kesalahanmu. Lagipula tak ada yang dapat menduga Wonwoo akan mengamuk tadi."

Kini, lorong lantai satu kampus sepi, berbeda jauh dengan keadaan beberapa jam silamーdimana banyak mahasiswa rela berdesakkan hanya untuk menyaksikan pertunjukan tinju dadakan antar Wonwoo dan Jihoon. Beberapa di antaranya bahkan menyoraki dan tersenyum seraya memegang ponsel mereka di depan wajahーyang lantas membuat Seokmin naik pitam.

Sampai sekarang pun, manusia masih suka menganggap hal buruk yang menimpa orang lain adalah hiburan. Asal mereka tidak mengalami hal serupa. Asal orang lain yang menderita.

Teorinya sesederhana itu.

Chani mendesah pendek. Ia memejamkan mata sebentar, berharap akan ada satu notifikasi tertera pada layar ponsel kala matanya terbuka. Sejak dua jam terakhir, ia terus berupaya menghubungi Jihoon, mengirim belasan pesan yang sayangnya diabaikan, pula menyempatkan diri berkunjung ke berbagai destinasi favorit sahabatnya; kafe dekat kampus, perpustakaan, bahkan ruang belajar yang sering mereka datangi bersama.

Tetapi, nihil. Lee Jihoon seolah lenyap disedot ke inti bumi.

"Apa Jihoon selalu begitu?" Nara mengerjap, membasahi bibir dan menjeda untuk memilah kata dalam kepala. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan sebenarnya, tetapi melihat kondisi Seokmin dan Chani, si gadis berusaha untuk tetap menahan diri. "Maksudku ... kau tahu, kukira mereka dekat."

Atonal Euphonious [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang