05; Love and Lust

691 103 13
                                    

KALI pertama saat jiwanya kembali diutus ke bumi dalam wujud seorang gadis blasteran berusia tujuh belas tahun di New York, Eleft tak pernah menyangka bahwa ini akan menjadi awal dari kesehariannya menjadi pekerja dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KALI pertama saat jiwanya kembali diutus ke bumi dalam wujud seorang gadis blasteran berusia tujuh belas tahun di New York, Eleft tak pernah menyangka bahwa ini akan menjadi awal dari kesehariannya menjadi pekerja dewa.

Kali pertama pula Hades memasangkannya dengan target seorang pecandu narkoba berkedok siswa yang hobinya membuntingi anak gadis orang, Eleftーyang saat itu pergi ke Amerika dan mengganti namanya menjadi Ashley Chamberーhanya dapat mengelus dada dan tetap tunduk di bawah otoritas dewa. Walau harus diakui, misi itu sama sekali tidak mudah.

Merancang kematian manusia itu tak pernah mudah. Tidak seperti bermain game tembak-tembakan dimana kau bisa menentukan mangsa dengan bebas. Untuk merancang kematian seseorang, kau harus punya koneksi yang lekat; alasan dan bukti kriminalitas yang kuat (kendati Hades punya biodata target besera seluruh catatan kriminalnya, Eleft tetap harus mengumpulkan bukti nyata di bumi); lalu perencanaan matang hingga kematiannya tak perlu melibatkan korban jiwa lain.

Maka, kali pertama saat misinya berhasil dan manusia incarannya mati sebab rancangan dan idenya sendiri (targetnya saat itu mati tertembak polisi saat ketahuan menggunakan narkoba), Eleft perlahan paham, bahwa Hades akan terus memakainya sebagai bidak untuk memberi konsekuensi bagi para manusia bejat; kematian. Dengan persentase kegagalan nol persen, maka populasi orang-orang jahat akan berkurang, maka bumi akan menjadi lebih tenteram dan kedamaian yang timbul berlimpah ruah.

"Strateginya mudah, Eleft." Hades pernah berkata, begitu tenang dengan ketegasan dan kewibawaan yang dijinjing dalam tiap irisnya. Seraya mengelus dwisula, dewa itu melanjutkan, "dekati para manusia itu, beri mereka satu hal yang tak pernah dunia beri pada mereka."

"Apa itu, tuan?"

"Cinta."

Ah, cinta, ya? Eleft yang saat itu berdiri tenang menghadap atasannya perlahan mulai menatap dasar-dasar ruangan; gumpalan awan berkapas, lembut, empuk, halus. Benar-benar timpang siur dengan perawakan Hades dan reputasinya yang kejam. Kendati demikian, ruangan ini menjadi tempat kerja favorit Hades, tempat dimana dewa menyambut kedatangan para ruh sebelum membawanya ke alam peristirahatan yang lainーkalau ruh tersebut layak untuk beristirahat tenang, tentu saja.

"Seluruh manusia pada dasarnya mendambakan cinta. Tak peduli lapisan sosial manapun itu, tampilan fisik seperti apapun, atau berbagai macam prestasi yang direngkuhーsemua akan menjadi tak berarti tanpa adanya kasih dari orang lain." Eleft ingat kalimat tersebut terus berdenging dalam telinganya, menjadi lantunan pengantar lelap, menjadi pengiring mimpi dalam hari-harinya di bumi.

"Jadi, jangan pernah kendur memberi mereka kasih. Kemudian, saat mereka lengahーsaat manusia mulai serakah atas kelimpahan yang diberi, saat itulah kau masuk dan ambil jiwa mereka dengan paksa." Hades menjeda, sepasang netranya mengkilat tajam, rahangnya mengeras. "Kau paham, Eleft?"

Eleft tidak pernahーdan mungkin tidak akan pernahーmempertanyakan titah dewa. Persis seperti anak anjing penurut yang selalu menunduk kala majikannya memerintah, Eleft melakukan hal serupa, dan mengakhiri pertemuan itu dengan jawaban tegas, "Paham, tuan."

Atonal Euphonious [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang