"SIAPA kau sebenarnya?" Pertanyaan itu tersembur keluar dari mulutnya tanpa dapat dicegah. Irisnya menyipit waspada, giginya gemeretak menahan entah murka atau bingung di sana, jemarinya lantas membentuk kepalan defensif di samping badan. Bahkan pada kalimat selanjutnya, Nara nyaris mendengar suaranya bagai desisan tajam saat melanjutkan, "Jawab aku, Yoon Jeonghan. Kau tidak datang hanya untuk menjadi kekasih Chani, bukan?"
Di sisi berbeda, Jeonghan tampak begitu tenang, seolah ia telah menduga reaksi Nara barusan, seolah ia telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemurkaan lawan bicara sejak jauh-jauh hari. "Memang tidak," sahutnya, dengan mantap membalas pelototan lawan bicara. Kembali mendengkus pelan, pemuda itu melanjutkan, "Aku datang untuk memastikan pekerjaan teman-ku tidak mengalami hambatan. Supaya ia tidak mengalami kegagalan, seperti misi sahabat target dulu."
Misi sahabat target?
Seketika pikiran Nara buntu seolah baru dihantam gada. "Mozzakh?" pekiknya, tak percaya. "Kau benar-benar Mozzakh?"
Jeonghan melambai. "Sudah lama sekali ya, Eleft."
Sederet senyum dan jawaban tersebut seketika menjadi jawaban dari seluruh kegusaran Nara; inilah alasan mengapa Yoon Jeonghan merangsek masuk dan hadir begitu tiba-tiba dalam lingkaran internal Wonwoo, inilah alasan mengapa senior yang dikenal baik dan ramah itu juga diam-diam menyimpan kebencian dan skeptis yang tinggi pada Wonwoo, inilah pula alasan mengapa Jeonghan pernah berkata, "Pemuda seperti Wonwoo tidak layak untuk hidup."
"Tapi, kenapa ..." Nara menemukan dirinya berdiri gamang. Gadis itu segera mendudukkan diri di samping si pemuda, irisnya memelotot menuntut penjelasan. "Katakan, siapa yang menjadi targetmu sekarang?"
Jeonghan mengedikkan bahu. "Tidak ada."
"Tidak ada?" Nara mengernyit. Ini aneh sekali. Biasanya Hades tidak pernah mengutus dua pekerja di satu kota sekaligus, terlebih untuk menangani misi yang sama. Dewa itu memilih untuk merencanakan dengan hati-hati, detil, dan teliti. Kedatangan dua pekerja bermanifestasi sebagai manusia yang nantinya akan 'menghilang' setelah misi berakhir dapat membangkitkan kecurigaan manusia bumi. Namun, sekarang? Seluruh teori itu mendadak kabur dalam benak Nara. Setahunya, sejak kedatangannya ke Seoul bertemu Wonwoo, perkenalannya akan Hades berangsur-angsur sirna. Kalau bukan sebab sebuah misi, maka hanya satu alasan Mozzakh diutus ke bumi. "Apa dewa memintamu mengawasiku?"
Mendengar itu Jeonghan langsung menggeleng cepat. "Wo, wo, tahan dulu dugaanmu, Nona. Kau tahu sendiri siapa yang menjabat sebagai 'tangan kanan dewa' sekarang."
"Lalu, apa alasanmu kemari?"
"Karena titel itu, Eleft." Jeonghan menjeda, sejenak menggaruk tengkuk seolah sedang memilih kata yang tepat. "Kau tahu sendiri bahwa sebagai 'tangan kanan dewa', kau tidak seharusnya menunda misi hingga berbulan-bulan begini."
Nara memandang nanar. "Dewa meragukan kinerjaku."
"Well, aku tidak akan menyebutnya begitu." Jeonghan mengangkat kakinya di atas sofa. "Aku lebih menyebutnya sebagai tindakan pencegahan. Kau terlihat ... bingung."
Nara tertawa sinis. Entah mengapa tidak merasa tersinggung dengan kalimat Mozzakh barusan. "Semua kebenaran di sini abu-abu, Mozzakh. Seluruh data yang disajikan dewa tidak sesuai dengan apa yang aku lihat dari hidup Wonwoo."
"Dan kau percaya pada manusia itu?" Jeonghan membelalak. "Pada pemuda yang bahkan memiliki fantasi seksual padamu sejak pertemuan pertama? Serius?"
Tawa sarkas Jeonghan terdengar bagai dengung lebah menyakitkan di telinga Nara. Kalimat itu sama dengan kalimat yang Foniash katakan, hanya ketegasan dan nada meremehkan yang begitu kental dalam suara Jeonghan membuat pernyataan tersebut terdengar lebih jelas, lebih blak-blakan, dan lebih menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atonal Euphonious [Jeon Wonwoo]
FanfictionHades ingin pemuda itu mati. Maka ia mengutus Eleft―sang perancang kematian―untuk datang ke bumi, merekam semua data kriminal Wonwoo, lalu menetapkan hari serta rencana yang pas hingga pemuda itu tewas. Namun salah besar bila Eleft pikir misi ini ak...