"CINTA pertama?" Wonwoo mendengkus, hidungnya berkerut lucu sementara dua bibirnya yang penuh es krim saling bertaut, menahan senyum. "Kau yakin ingin mendengar ceritaku tentang 'cinta pertama'?"
Nara mengangguk mantap, mengabaikan nada sindir halus Wonwoo saat menekankan kata 'cinta pertama'. Entah ada apa antara Jeon Wonwoo dengan es krim rasa cokelat-mint, tapi begitu Nara mengusulkan untuk singgah ke kedai es krim di ujung jalan, pemuda itu langsung mengangguk antusias, matanya berbinar-binar menatap sekotak es krim warna hijau toska yang diselingi butiran chocochips. Nara memesan dua cup spesial, membayarnya di kasir, lalu memberikan satu pada Wonwoo. Keduanya kemudian kembali berjalan sampai ke sebuah taman kompleks, memilih untuk menghabiskan sisa es krim dengan duduk di atas bangku ayunan kayu. Soal ciuman Jeonghan, Nara mencoba untuk menjelaskan sedetil mungkin bahwa itu adalah kesalahpahaman.
Dan entah bagaimana, Wonwoo langsung percaya.
"Aku hanya ingin tahu," jawab Nara, menjilat sisa es krim yang menempel di telunjuknya. "Kau sudah pernah mendengar tentang tunanganku. Rasanya tidak adil kalau aku belum mendengar masa lalumu."
"Mantan tunangan," ralat Wonwoo, yang seketika mengundang tawa si gadis. Pemuda itu mengapit cup es krimnya di antara dua paha, sengaja melangkah mundur untuk menggoyangkan ayunannya. "Aku tidak ingat. Mungkin saat usiaku 16 atau 17 tahun? Entahlah."
"Serius tidak ingat?" balas Nara skeptis. "Biasanya cinta pertama itu paling berkesan."
"Tidak juga," sahut Wonwoo. "Cinta pertama sama saja dengan cinta-cinta lainnya. Hanya sering disebut 'istimewa', karena itu awal mula kita baru mengenal cinta."
Pernyataan tersebut seketika membuat si gadis termenung. Wonwoo benar. Cinta pertama nyatanya tidak se-spesial itu. Nara sendiri tidak terlalu ingat cinta pertamanya dulu―mungkin saat usianya 6 atau 7 tahun. Dan pada rentang usia tersebut, perasaan meletup-letup pada lawan jenis tidak bisa dikategorikan sebagai 'cinta'.
Lantas kalau begitu, apa yang dapat dikategorikan sebagai cinta? Apa syarat untuk membedakan apa itu cinta atau hanya kagum semata? Apa yang membedakan antara nafsu atau perasaan cinta? Saat Nara melemparkan pertanyaan tersebut pada Wonwoo, pemuda itu langsung menatapnya lekat-lekat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Nara, dua pipinya memanas. "Aku bertanya agar kau menjawab, bukan untuk―"
Kalimatnya terputus. Irisnya membulat. Wadah es krim di genggamannya nyaris jatuh kalau saja tangan Wonwoo yang lain tidak langsung menangkup tangannya. Bukan hanya sensasi panas yang kini merajarela dalam dadanya, tetapi juga malu, senang, berbunga-bunga. Seolah ribuan kupu-kupu tengah mengepak sayap dalam lambungnya. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat untuk kesekian kali, bibir Wonwoo mengunci bibirnya dalam sepertsekon yang terlampau cepat.
"Aku sedang mencari jawabannya sekarang." Wonwoo menyeringai. Wajahnya terlalu dekat, masih sangat dekat sehingga Nara bisa menghirup bau mint bekas es krim tadi. Pemuda itu terkekeh puas melihat rona merah di pipi gadisnya. "Tadinya aku cemburu saat melihat senior sialan itu menciummu. Tapi kalau diingat-ingat, wajahmu tidak semerah ini saat dicium olehnya. Jadi aku rasa, aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Ia jelas bukan sainganku."
Nara tak dapat menahan diri untuk tidak tertawa. "Ia jelas bukan sainganmu." Ia menyeka sisa-sisa es krim di bibir Wonwoo sebelum mencondongkan tubuh dan mempertemukan bibirnya pada bibir sang pemuda. Sekali lagi, pikirnya. Sekali lagi merasakan bibir Wonwoo.
Jeonghan bukan orang pertama yang mencurigai bahwa Nara telah jatuh cinta pada targetnya. Foniash pun―Jungwoo sahabat Wonwoo―dulu pernah mengatakan hal serupa. Selalu gadis itu sangkal, sebab ia sendiri tidak tahu apa debaran jantung dan sifat ciuman yang adiktif begini dapat disebut sebagai cinta. Namun seiring berjalannya waktu, ia sadar bahwa bukan hanya ciuman yang ia sukai, bukan hanya adegan plus-plus dengan sentuhan kulit dan gesekan ranjang yang ia tunggu dari Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atonal Euphonious [Jeon Wonwoo]
FanfictionHades ingin pemuda itu mati. Maka ia mengutus Eleft―sang perancang kematian―untuk datang ke bumi, merekam semua data kriminal Wonwoo, lalu menetapkan hari serta rencana yang pas hingga pemuda itu tewas. Namun salah besar bila Eleft pikir misi ini ak...