"Naya perlu dirawat karna kekurangan banyak oksigen, Untungnya dia masih selamat."
Asahi berjongkok lemas setelah mendengar Heesung, Astaga dia bener-bener lega. Dia hampir aja bunuh Naya seandainya Heesung gak dateng saat itu.
Heesung menepuk bahu Asahi, "Jangan salahin diri lo, apalagi Nyonya Mora. Tuhan masih baik sama Naya, Boss." Ucap Heesung.
Asahi berdiri, menatap Heesung, "Ini semua salah lo!" Ucapnya.
Heesung terlihat bingung, Namun kemudian Asahi mendorongnya, "Seandainya lo jagain Naya, dia gak akan masuk kesana dan buat halusinasi gue kambuh!" Ucapnya lalu menghempas tubuh Heesung hingga membentur tembok.
Heesung menunduk, hanya itu yang bisa dia lakukan. Asahi menatap Heesung dengan muak, Llu lelaki itu menendang perut Heesung dengan lututnya, Cukup kencang sehingga Heesung mengeluarkan darah dari mulutnya.
Asahi tertawa kecil, "Ah, This isn't the time for you to die, I guess I still need a slave to serve me. Sekarang, urus administrasi Naya. Gue mau besok dia balik ke mansion." Ucapnya lalu segera masuk kedalam ruang rawat Naya.
Heesung menyeka darah dibibirnya, demi Tuhan rasanya mual saat Asahi menendang perutnya.
Heesung menarik nafas panjang, "Perlu lo tau, Semakin semut di injak semakin besar ambisi semut buat bunuh gajah." Ucapnya membeberkan analogi.
Heesung beranjak pergi, menuruti perintah Tuannya. Walaupun sebenernya jauh dilubuk hati Heesung dia pengen bunuh Asahi, tapi dia cukup tau diri kalo dia bukan saingannya.
Dia berhutang jasa besar pada Asahi, Seandainya Asahi gak kasih dia banyak darah saat itu, Heesung gak akan hidup sekarang ini.
Beralih dari Heesung, Kini, Asahi menatap Naya yang terbaring lemah dengan banyaknya alat pernafasan.
Asahi duduk di sisi bankar, dan menghela nafas berat, Sesekali lelaki itu mengusak rambutnya frustasi.
"Nay.."
Jelas gak akan ada jawaban, Asahi hanya menundukkan kepalanya dengan tangan yang menggenggam tangan Naya.
Asahi menaruh pipinya diatas tangan Naya uang dibalut selang infus, Sesekali Lelaki itu membenarkan rambut Naya.
Entah perasaan macam apa ini, Asahi baru pertama kali merasakannya didalam hidupnya.
Dia pun gak ngerti kenapa, Kenapa dirinya jadi kayak gini? seolah banyak perubahan besar semenjak dia membawa Naya menjadi miliknya.
Seperti Asahi bukan Asahi yang dulu, Sekarang Asahi bisa merasakan emosi. Bukan emosi berupa amarah, melainkan emosi iba.
Asahi jadi mulai merasa ragu atas tindakan tindakannya. Dan karena ucapan Naya, Asahi mulai berpikir, Apa benar ini adalah hukuman Tuhan?
Asahi gak pernah minta dilahirkan sebagai monster, dengan gen psikopat didalam darahnya. Asahi gak pernah minta dibesarkan dengan darah dan siksaan.
Apa ini semua masih salah Asahi?
Siapa yang minat buat terlahir dari keluarga kaya raya namun isinya penyiksaan? Dari kecil dia dididik dengan kekerasan.
Apa itu juga salah Asahi?
Tanpa sadar, Asahi meneteskan air matanya. Entah kapak terakhir kali dia nangis, dia bahkan gak inget.
Entah harus bersyukur atau menyesal dia kenal Naya, Walaupun gadis itu terlihat selalu membangkang dan keras kepala tapi disisi lain, Asahi seolah diberikan pandangan yang lebih luas.
Cara Naya bicara kadang membuatkan skakmat, dan kepikiran.
"Nay.. does a monster like me still deserve to cry??" Gumamnya sebari menyeka air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
• MINE • Hamada Asahi [COMPLETED]
Casuale"I'm Asahi, And you're mine now!" 🔞 ⚠️Kekerasan ⚠️Bahasa Non-Baku ⚠️Unsur Dewasa