MINE • The Doctor

3.7K 499 101
                                    

Naya membuka matanya perlahan, Rasanya begitu berat. Ditambah tubuhnya ringsek, Terasa perih dimana mana.

Naya membuka matanya, Hal yang pertama dia lihat adalah dinding putih. Bisa Naya tebak, dia masih di ruang rawat.

Naya beralih, menatap seseorang yang kini tengan menggenggam tangannya dengan mata terpejam.

Disana, Asahi tidur bersandar pada sisi rangjang dengan tangan yang menggenggam tangan Naya.

Naya menatapnya dengan tatapan muak, kenapa dia masih saja hidup? Padahal usaha kemarin nyaris berhasil?

Naya melepaskan tangannya dari tangan Asahi, namun sulit karna Asahi menaruh kepalanya di atas tangan mereka, jadi berat untuk menarik tangannya.

Bisa Naya rasakan, tangannya basah karna terlalu lama Asahi genggam.

Naya berusaha gak natap Asahi, Naya hanya menatap dinding sebari membuang nafas penat.

Namun pandangannya malah teralih pada Asahi, Naya menatap wajah Asahi yang terlihat damai dalam tidurnya.

Kenapa Asahi yang tidur dengan Asahi yang bangun terlihat sangat berbeda? Naya lebih suka liat Asahi dengan mata tertutup, Wajahnya terlihat damai.

Asahi dengan mata tertutup lebih baik, Karna Naya gak suka ditatap dengan mata tajam ataupun sorotan kebencian di mata Asahi.

Naya menyentuh rambutnya Asahi dengan telunjuknya, Selama dia ketemu Asahi, Naya belum pernah menyentuh rambut Asahi, Bahkan wajahnya.

Naya mengalihkan rambut Asahi yang menutupi wajahnya dengan telunjuknya. Kini, Wajah Damai Asahi terpampang jelas.

Naya gak pernah tau, Asahi punya kulit putih pucat. Selama ini, Naya terlalu sibuk ketakutan untuk melihat Asahi secara detail.

Naya menatap plipis Asahi, disana darahnya mengering. Luka itu, akibat Naya yang melemparkan piring ke arah Asahi kemarin.

Naya terpikir, Bahkan Asahi aja gak minat untuk merawat lukanya sendiri. Gak heran, dia selalu nyakitin orang.

Naya mengusap luka itu, Entah kenapa Naya merasa bersalah setelah melemparkan piring ke Asahi.

Pasalnya, Naya itu paling gak bisa ngelukain orang lain, Jangankan orang, membunuh lalat pun Naya gak tega.

Namun saat Naya mengusapnya, Tangan Asahi yang satunya memegang tangan Naya hingga mengarahkannya ke pipi Asahi.

"I'm yours" Ucap Asahi masih dengan mata tertutup.

Setelahnya Asahi membuka matanya, Dan kini Tangan kanan Naya berada dipipi kanan Asahi dengan tangan kanan Asahi yang berada diatasnya. Lalu, tangan kiri mereka tergenggam di pipi kiri.

Untuk beberapa saat, Mata Naya terkunci pada manik mata Asahi. Namun setelahnya gadis itu menarik tangannya kembali dari pipi Asahi.

Asahi terkekeh, "Good Morning, Baby girl." Ucapnya sebari menatap Naya.

Naya membuang pandangannya, merasa jijik mendengar panggilan itu lagi.

Asahi duduk tegak, dan melepas genggaman tangannya dari Naya. Naya menarik tangan kirinya, namun tertahan karna borgol mengikatnya disana.

Astaga, Naya baru ingat kalo Asahi memasangkan borgol pada tangan kirinya.

"Gue gak mau lo tinggalin gue, Lo cuma boleh pergi kalo gue mau. Sekalipun mati caranya." Ucap Asahi sebari mengelus paha Naya yang dibalut selimut.

Naya menatap Asahi muak, Entah harus gimana lagi Naya merespon lelaki gila dihadapannya ini, Naya udah gak tau lagi.

Asahi mengelus rambut Naya, lembut. Kali ini gak ada perlawanan apapun dari Naya. Gadis itu gak punya cukup tenaga untuk melawan.

 • MINE • Hamada Asahi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang