4. Cobaan

581 123 58
                                    

"Pftttt...". Jeka menahan tawa kemudian mundur selangkah setidaknya memberi ruang bagi Unaya untuk bernafas. Wajah Unaya sudah merah layaknya kepiting rebus, membuat Jeka geli.

"Bercanda kali, serius banget sih lo nanggepinnya". Dan Jeka terbahak karenanya. Wajah Unaya semakin memerah bukan karena tersipu lagi melainkan marah pada Jeka yang secara tidak langsung sudah mempermainkannya.

"Brengsek!". Umpat Unaya sembari memukul dada Jeka dengan kepalan tangan.

"Gue udah mau melayang barusan". Lanjutnya dalam hati. Kesal sekali pokoknya dengan pemuda bermulut racun didepannya ini. Melihat Unaya yang benar-benar kesal akan sikap jahilnya barusan membuat tawa Jeka sirna seketika. Mungkin bercandaan pemuda itu kelewatan, tapi percayalah sejujurnya Jeka hendak mengakrabkan diri dengan Unaya (lagi) setelah sekian lama tak saling berhubungan. Dulu Jeka mendekati Unaya dengan cara yang sama kan? Sukanya membuat Unaya darah tinggi dengan segudang tingkah jahilnya.

"Eh? Sorry kalau bercandaan gue kelewatan. Gue gak ada maksud apa-apa". Ujar Jeka tulus. Unaya berdecih kemudian menatap pemuda didepannya ini tepat dimata.

"Jangan main-main sama perasaan gue. Hati gue masih labil kalau boleh kasih tahu". Perkataan Unaya telak tanpa basa-basi membuat Jeka mematung seketika. Oke Jeka menangkap sinyal Unaya belum move on darinya. Heum, sama-sama gagal move on ternyata.

Setelahnya Unaya berjalan melewati Jeka dengan wajah masih ditekuk. Gadis itu menghampiri koper dan mengeluarkan baju-bajunya hendak ditata. Jeka urung untuk keluar dari kamar dan memilih menatap objek yang indah didepannya ini tanpa kedip. Sadar sedari tadi ditatap, Unaya menghentikan gerakan tangannya sebelum berujar.

"Lupa sama perkataan lo tahun lalu? Ayo saling melupakan, kembali ketitik awal dimana kita gak saling kenal". Jeka meneguk ludahnya kasar begitu Unaya mengungkit kejadian setahun lalu diacara pertunangan gadis itu. Jeka akui ia telah mengingkari perkataanya waktu itu.

Jeka berjalan menghampiri Unaya dan ikut berjongkok disamping gadis itu. Pemuda itu menatap Unaya lamat-lamat meskipun objek yang ia amati pura-pura sibuk dengan kegiatannya.

"Lo bisa ngelakuin hal yang gue minta setahun yang lalu?". Tanya Jeka balik namun sama sekali tidak mendapatkan respon dari Unaya. Unaya masih kesal atas sikap Jeka barusan, gadis itu tak keberatan dengan bercandaan Jeka. Pengecualian jika bercandaan itu sudah masuk ke dalam tahap membuat baper. Dan bercandaan Jeka barusan sukses membuat Unaya baper, jelas ia tak suka itu. Bayangkan bagaimana rasanya dibawa terbang tinggi tapi kemudian dihempas begitu saja?

"Ck! Lo paham definisi interaksi sosial gak sih Na? Kalau ada orang yang ngajak bicara tuh direspon, lihat gue". Ujar Jeka tegas sembari menahan pergerakan tangan Unaya. Unaya sontak mengalihkan atensinya kearah Jeka sepenuhnya, membiarkan tangan besar dan hangat milik pemuda itu merangkum penuh jemarinya.

"Terus mau lo apa?!".

"Gue tanya sekali lagi. Apa lo bisa lakuin permintaan gue setahun lalu?". Tanya Jeka sekali lagi yang tidak membiarkan Unaya lolos begitu saja. Mata pemuda itu seakan mengunci pergerakan Unaya. Unaya terkesiap, gadis itu terlihat gelisah. Kalau mau jawab gak bisa, gengsi dong. Tapi kalau jawab bisa, ia sudah membohongi perasaannya sendiri.

"Penting gitu buat lo tahu?!". Tantang Unaya menutupi kegugupannya. Jeka berdecak karena Unaya terlalu bertele-tele, pemuda itu tahu Unaya ingin menjawab; gak bisa. Tapi gengsi, Duh gengsi teroooosss!

"Jelas! Karena gue...".

"Gue gak bisa! Gak pernah bisa!". Potong Unaya cepat-cepat karena tidak mau mendengar perkataan Jeka lebih lanjut yang pastinya bakal merenggut semua sisi kewarasannya. Jeka itu bahaya, semua yang keluar dari mulut pemuda itu racun. Racun yang bikin candu!

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang