38. Masih Mengejar Happy Ending

532 136 61
                                    

⚠️Jika sebuah tulisan bisa membuat kalian terbayang-bayang dan mempengaruhi mood. Maka hindari bagian ini. Bagian ini tentu tidak sesuai dengan ekspektasi kalian sebelumya (: Tapi tetap akhirnya happy ending kok.

***

Unaya menatap Guan dengan bengis, kendati tubuhnya sakit karena dipecut berkali-kali ia tidak menangis. Air matanya sudah kering, sudah mati rasa pula karena terlalu sering disiksa. Kini ya ada hanyalah kebencian yang semakin menumpah ruah. Orang yang selalu diam saja saat diperlakukan semena-mena justru ketika kesabarannya habis bisa menjadi begitu mengerikan, seperti Unaya contohnya. Gadis yang selalu memasang wajah lembut bak malaikat dan selalu memaafkan segala tindakan kurang ajar yang dilakukan Guan padanya itu kini menunjukkan taringnya.

Ketika Guan mencengkeram pipinya, Unaya langsung menggigit lengan pemuda itu kuat-kuat sampai berdarah. Hah, emang enak kena jurus gigitan maut kelinci. Begitulah batin Unaya. Meski apa yang dilakukan Unaya barusan hanyalah hal sepele, namun Guan tidak menyangka karena memberikan efek luar biasa pada tangannya. Gila, bahkan sampai tangannya ada bekas giginya.

"Berani kamu cewek bangsat! Sini aku kasih hukuman!". Teriak Guan sambil mengangkat pecutnya.

"Nih! Pecut lagi! Kalau perlu sampai bokong gue lepas dari tempatnya! Cepet pecut! Siksa gue lebih kejam biar pas Lo mati langsung masuk neraka!". Tantang Unaya. Ditantang seperti itu tentu saja Guan makin murka.

"Oh, kamu mau aku siksa lebih kejam? Sini aku kasih lihat siksaan yang sebenarnya". Guan menarik tangan Unaya kemudian ia banting diatas kasur. Bukan seperti ini maksud Unaya, ia tidak pernah berfikir jika Guan akan melakukan ini padanya. Nyali yang tadinya besar kini menciut, kalau soal hal intim seperti ini Unaya jelas takut.

"Lepas! Jangan sentuh gue!". Unaya memberontak dalam kukungan Guan. Ia tidak mau kehormatannya direnggut oleh seorang bajingan.

"Diam dan rasakan! Kesabaran ku udah habis Unaya. Kamu berniat pergi dari aku kan? Kalau begitu biarkan aku yang mengambil keperawanan kamu, maka aku akan menang dari Jeka".

"Bajingan! Lo kira gue piala bergilir hah?! Lo itu lebih rendah derajatnya dari babi sekalipun! Bangsat!". Teriak Unaya dengan air mata yang membasahi wajahnya. Wajahnya sudah lebam, tubuhnya sakit, kini hatinya sakit pula. Guan tertawa karena merasa akan menang kali ini. Ia robek baju Unaya dan memaksanya untuk mengangkang meskipun gadis itu memberontak terus menerus.

Sementara itu Jeka yang sedari tadi mendengar teriakan Unaya diearphonenya segera meminta petugas kepolisian untuk mendobrak pintu rumah Guan. Suryo yang ikutpun cemas, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jeka sengaja tidak memberi tahu karena tidak mau membuat Suryo stress saat tahu putrinya mengalami kekerasan seksual. Jeka pun sedari tadi sudah menahan marah selama perjalanan. Ini sudah keterlaluan, melakukan kekerasan pada perempuan tidak dibenarkan meski alasannya karena cinta sekalipun.

"Kamarnya ada dilantai atas pak". Kata Jeka dengan suara tercekat menahan tangis. Ia berusaha mengabaikan suara kesakitan Unaya dari earphone nya. Pemuda itu mengarahkan para polisi menuju lantai atas. Ajudan dan maid di rumah itu tidak berani bergerak karena para polisi mengacungkan pistol.

"LEPASIN! INI SAKIT!". Suara jeritan Unaya makin jelas terdengar dan semakin membuat hati Jeka sakit. Ia hendak membuka kenop pintu namun di kunci.

"Bangsat!". Umpat Jeka kemudian langsung mendobrak pintu. Karena memang emosinya sudah memuncak, maka pemuda itu berhasil mendobrak pintu hanya dalam sekali dorongan.

Percayalah, Jeka lemas seketika begitu melihat Unaya diperkosa didepan matanya oleh Guan. Apalagi Suryo yang langsung luruh dilantai. Dengan cepat Jeka menarik baju Guan dan memberikan pukulan membabi buta sambil menangis. Sementara itu Unaya menjerit-jerit karena ketakutan sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang