9. Cuddle

996 132 71
                                    

⚠️WARNING!!!
Part ini mengandung muatan dewasa(17+) bagi pembaca yang tidak nyaman dengan konten dewasa diharapkan menghindari part ini. Harap bijak!

***

Yeri dan Jeni sedang asyik menghias kuku jari mereka dengan kuteks. Yeri memang pecinta nail art, gadis itu memiliki banyak koleksi kuteks lengkap dengan aksesoris kuku. Mulai dari yang mahal sampai yang murah sekalipun, Tak heran jika gadis itu memiliki tempat tersendiri untuk menyimpan koleksinya. Yeri rajin membeli kuteks setiap seminggu sekali, namun akhir-akhir ini gadis itu jarang melakukannya lantaran uangnya habis untuk Mario.

Jeni yang merasa aneh dengan sikap Yeri akhir-akhir ini mulai penasaran. Tumben Yeri selesai bimbel langsung pulang, biasanya shopping dulu sama geng-nya. Ditambah Yeri jauh lebih kurusan, pipi gadis itu kini menirus seperti orang habis sakit.

"Yer, gue perhatiin lo sekarang kurusan ya". Ujar Jeni disela kegiatan mengkuteks-nya. Yeri tersenyum kecil mendengar pertanyaan Jeni, gadis itu fokus mengecat kukunya dengan hati-hati.

"Ya bagus dong berarti program diet gue berhasil". Bohong Yeri.

"Hah? Lo diet? Kalo Mama tahu pasti lo diomelin". Komentar Jeni. Pasalnya Sonia tidak suka anak-anaknya diet, wanita itu sedih kalau anak-anaknya kurus. Pokoknya harus semok kalau kata Mama Sonia, ya padahal si Mama saja sudah seperti tulang berjalan :')

"Ya gak apa-apa Jen, pingin lihat aja gitu muka gue kalau kurusan". Sahut Yeri cuek. Kemarin akhirnya Yeri kalah lagi dari Mario, gadis itu mentransfer jatah uang jajannya pada sang kekasih. Semuanya hingga tak ada sisa.

"Jelek sumpah, lo tuh bagusan kalau tembam. Terus juga akhir-akhir ini gue lihat lo jarang hangout sama geng lo. Lo lagi hemat ya?". Tanya Jeni lagi. Entah kenapa dada Yeri mendadak sesak. Gadis itu rasanya mau menangis karena sudah tidak bisa bersenang-senang dengan geng-nya seperti dulu. Bagi Yeri hangout dengan teman-teman adalah obat mujarab kala ia sedang stress gara-gara kebanyakan belajar.

Tapi semenjak Mario menguras seluruh saldo ATM-nya, Yeri tidak bisa melakukannya. Otaknya serasa mampet dan pusing, tak heran mood-nya jadi tidak jelas. Seperti saat ini, Yeri tiba-tiba menangis.

"Hiks...". Mendengar suara isakan dari gadis disebelahnya, Jeni sontak mendongak. Jeni kaget melihat Yeri tiba-tiba meraung dan membanting kuteks-nya kelantai.

"Loh Yer, lo kenapa nangis?". Jeni buru-buru menutup botol kuteks-nya dan beringsut merangkul bahu Yeri.

"Gue capek Jen, hiks... gue capek pingin jalan-jalan tapi gak bisa, hiks... gue pusing banget sampai kepala rasanya mau pecah, hiks...". Yeri terus mengeluarkan unek-uneknya dihadapan Jeni meski gadis itu tidak paham maksud omongannya.

Setelah puas mengeluarkan semuanya, Yeri sudah tidak sehisteris tadi. Jeni menepuk punggung Yeri coba menenangkan gadis itu. Jeni paham saudaranya ini pasti sedang ada masalah tapi dipendam sendiri, Yeri memang cenderung tertutup dan sungkan jika hedak curhat dengan orang lain.

"Lo tenangin diri dulu Yer. Gak apa-apa nangis, kalo lo mau cerita gue siap dengerin". Bujuk Jeni. Yeri yang sesenggukan menatap Jeni dengan wajah basahnya. Apa Jeni bisa dipercaya untuk menyimpan rahasianya? Gadis itu gak akan ember ke Jeka kan?

"Gue gak maksa Yeri, cuma kasihan aja liat lo nangis sampai segitunya. Masalah lo pasti berat banget kan?". Lanjut Jeni yang paham jika Yeri ragu untuk bercerita padanya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang