15. Poni Ajaib

4.8K 975 1.5K
                                    

Unaya berjalan kearah meja guru sembari menunduk dalam. Gadis itu menahan tangisnya, pengawas yang tadi mengambil lembar jawaban Unaya nampak tak peduli. Beliau pura-pura tidak menyadari keberadaan Unaya. Sementara itu Yoga si biang kerok merutuki dirinya dalam hati, alamat kena omelan si Bos. Tapi secuil otaknya berpikir, kan si Bos juga ikutan nyontek jawabannya Unaya. Ya meskipun Jeka tidak tahu sih jika jawaban yang diberikan Yoga padanya itu hasil nyontek Unaya.

"Bu, tapi saya belum selesai". Cicit Unaya dengan suara seraknya. Ririn yang melihat jadi iba. Unaya belum pernah seperti ini, gadis itu terkenal teladan. Sudah pasti Unaya sedang terkena tekanan batin sekarang, poor Unaya.

"Terus kalau belum selesai, kenapa kasih contekan ke dia? Dia pacar kamu?". Tanya pengawas galak. Unaya langsung menggeleng cepat, gadis itu mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Pengawas kembali tidak peduli hingga mau tak mau Unaya mengambil tas-nya yang ia letakkan di depan papan tulis dan langsung keluar dari ruang ujian.

"Hiks... hiks...". Unaya menangis sesenggukan di depan kelas. Ia takut nilainya jelek gara-gara belum selesai mengerjakan. Ini semua gara-gara Yoga! Pokoknya nanti Unaya mau meminta Jeka untuk menghajar Yoga sampai jadi peyek.

Sementara itu, Jeka keluar dari ruang ujian sambil mengacak rambutnya frustrasi. Bagaimana caranya mengatakan pada Unaya jika ponsel gadis itu disita pengawas? Kalau Jeka bilang jujur, yang ada gadis itu bakalan marah untuk yang kesekian kalinya.

"Sial!". Umpat Jeka. Pemuda yang hendak turun kelantai bawah itu tertegun melihat Unaya menangis sendirian di depan ruang ujiannya. Tanpa basa-basi Jeka langsung mendekati gadis itu dan duduk disampingnya.

"Siapa yang bikin loe nangis?!". Bentak Jeka. Unaya berjengit kaget kemudian semakin meraung.

"Lembar jawaban UTS gue diambil pengawas gara-gara dicontek. Huweeeeeeeee". Jeka merangkul Unaya kemudian berseru 'cup-cup-cup'.

"Wah kurang ajar tuh orang! Siapa yang nyontek sampe bikin lembar jawaban loe diambil?! Biar gue gibeng tuh orang!!!!". Tanya Jeka dengan emosi menggebu. Kurang ajar banget beraninya bikin tuan putri nangis, dia aja sampai susah payah bikin Unaya senyum. Eh, senyumnya dicuri gitu aja. Begitulah batin Jeka.

"Yoga hiks...".

"Wah! Kurang ajar biar nanti....". Jeka mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Hah? Yoga? Tadi Yoga memberikannya jawaban lewat chat dan karena itu ponsel Unaya disita. Dan tak tahunya jawaban yang dikirim Yoga hasil nyontek dari Unaya. Jeka meneguk ludahnya susah payah. Secara tidak langsung ia terlibat dalam hal ini.

"Hah? Yoga ya?". Jeka nyengir bodoh. Unaya yang menyadari sesuatu-pun langsung melepaskan rangkulan Jeka.

"Kata Yoga, jawaban yang dia contek bakalan dikasih ke loe! Berarti lembar jawaban gue diambil juga gara-gara loe Jeka. Jahat! Jahat!". Unaya memukuli Jeka dengan papan kayu yang ia gunakan untuk alas saat ujian. Jeka menangkis pukulan Unaya berkali-kali dan mencoba menenangkan gadis itu.

"Eh? Iya-iya Maaf Unaya, maaf. Tenang dulu dong". Jeka menggenggam kedua tangan gadis itu lembut sebelum menjelaskan. Rumit ini rumit, belum lagi masalah soal ponsel yang disita.

"Gue gak pernah minta Yoga buat minta contekan ke-loe. Gue juga gak tahu kalo contekan yang dikasih Yoga itu hasil nyontek dari loe. Kalo gue tahu, udah pasti gue gak akan ngijinin Yoga nyontek loe. Percaya kan sama gue?". Jeka menjelaskan dengan terlampau halus membuat Unaya jadi luluh. Gadis itu mengangguk kecil, Jeka tersenyum kemudian mengacak rambut Unaya gemas.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang