7. Sekardus Mogu-mogu

4.7K 930 1K
                                    

Mario menatap nanar gundukan didepannya, pemuda itu mengusap batu nisan yang bertuliskan Chaca Anisa dengan mata berkaca-kaca. Mario mengepalkan telapak tangannya erat-erat, pemuda itu berjanji akan membalaskan kematian adiknya empat tahun yang lalu. Kematian Chaca ada hubungannya dengan Jeka, dan karena itulah sampai saat ini Mario sangat membenci pemuda itu. Ingat prinsip Mario? Luka dibalas luka, nyawa dibalas nyawa.

Singkat cerita, dulu Jeka merupakan pemuda yang kerap mematahkan hati-hati wanita. Dan sayangnya Chaca salah satu korban Jeka. Chaca yang saat itu masih duduk di bangku kelas satu SMP dan baru pertama kali merasakan jatuh cinta, merasa frustrasi saat Jeka meninggalkannya. Gadis itu semakin merasa terpukul saat mengetahui kenyataan jika Jeka tidak pernah tulus mencintainya. Dan pada puncaknya, Chaca memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Semenjak saat itu, Jeka berhenti menjadi pemain wanita. Pemuda itu sering merasa bersalah pada Chaca yang memutuskan untuk bunuh diri karena dirinya. Namun secuil egonya mengatakan jika semua itu bukan murni kesalahannya, toh waktu itu mereka masih SMP dan perasaan suka masih mudah berpindah. Jeka memutuskan untuk berdamai dengan masa lalu, namun tidak untuk Mario.

"Dek, kamu lihatin aja. Kakak bakal balas orang yang udah nyakitin kamu. Kamu percaya kan sama Kakak?". Kata Mario dengan lirih sembari mengecup batu nisan Chaca.

--Bangsat Boys--

"Ma, Jeni mana sih? Kok daritadi gak keluar kamar?". Tanya Unaya pada Mama tirinya; Irene. Irene menatap kearah pintu kamar Jeni yang terletak di lantai atas. Sejak pulang dari tempat bimbel, Jeni memang terlihat aneh. Gadis itu langsung masuk kedalam kamar dan mendadak jadi pendiam. Irene ingin bertanya tapi wanita itu takut membuat Jeni tambah badmood.

"Kayaknya Jeni lagi ada masalah. Dia jadi pendiem, Mama kok khawatir ya Na? Coba deh kamu tengokin". Kata Irene sambil mengusap pundak Unaya.

"Oh iya Ma, eummm Papa pulang dari luar kota kapan?". Tanya Unaya sebelum melihat keadaan Jeni seperti perintah Mama-nya.

"Kayaknya tiga bulan lagi deh, proyek Papa agak lama kali ini". Sahut Irene sambil mengaduk masakannya.

"Bagus deh". Gumam Unaya. Setidaknya waktu tiga bulan cukup untuk membalaskan dendam Jeka ke-Helena. Unaya tahu Papa-nya pasti tidak akan mengijinkan ia bergaul dengan Jeka. Selain itu ada hal yang lebih penting, Unaya tidak mau terbawa perasaan. Mumpung hati Unaya masih labil dan belum sepenuhnya terjatuh dalam pesona Jeka, gadis itu memutuskan untuk menyelesaikan kontrak pacaran pura-pura itu secepat mungkin.

"Ya udah deh Ma, Una ke kamar Jeni dulu ya". Unaya bergegas naik kelantai atas untuk melihat keadaan Jeni. Gadis itu mengetuk pintu kamar Jeni beberapa kali namun tidak ada sahutan dari sana. Unaya terlihat gusar, gadis itu akhirnya membuka pintu kamar Jeni yang ternyata tidak dikunci.

"Dek?". Panggil Unaya dengan lembut. Terlihat Jeni yang tengah tidur memunggungi pintu dengan bahu bergetar.

"Dek, kamu gak apa-apa?". Tanya Unaya sekali lagi. Terdengar isakan kecil dari mulut Jeni, gadis itu berbalik dan langsung memeluk Kakak-nya erat-erat.

"Kak... hiks...hiks...". Unaya panik saat Jeni menangis terisak-isak dipelukannya. Gadis itu mengusap punggung adiknya beberapa kali untuk menenangkan.

"Dek? Kamu kenapa? Bilang sama Kakak? Ada yang jahatin kamu?". Tanya Unaya dengan lembut. Jeni mengurai pelukannya dan menatap Unaya lamat-lamat.

"Kak, aku ketemu Mama". Hati Unaya rasanya seperti dihantam batu besar saat Jeni menyebut satu kata yaitu; Mama. Rasa rindu dan kecewa bercampur jadi satu, mama kandungnya pergi tanpa alasan yang jelas. Wanita itu memilih untuk meninggalkan keluarga kecilnya dulu karena mengaku tidak bahagia.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang