45. Gugur?

2.7K 697 673
                                    

Mario melajukan motornya dengan cepat, membelah jalanan yang sore ini sedikit macet. Unaya tak memprotes apapun, gadis itu membonceng dengan gelisah. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang yaitu; Jeka. Jantung gadis itu berdebar tak karuan, keringat dingin juga mengucur dipelipisnya. Unaya merapalkan doa di dalam hati, ia sudah hendak pergi ke Singapura namun kenapa malah seperti ini? Ia ingin fokus pada proses pengobatannya, tapi jika keadaannya seperti ini mana bisa?

Awalnya Unaya tidak menaruh curiga sama sekali pada Mario, namun ketika pemuda itu memilih jalan yang sepi jauh dari pemukiman warga, Unaya mulai cemas. Apalagi ketika Mario membawanya ke sebuah bangunan kosong yang temboknya sudah menghitam dimakan usia, disekitarnya juga dipenuhi rumput liar.

"Mario, loe bawa gue kemana sih? Katanya kita mau ke rumah sakit!". Unaya mulai membuka suara, gadis itu turun dari motor dan menatap Mario yang sama sekali tak menggubris pertanyaanya.

"Mario! Jawab dong! Gak punya mulut ya!". Teriak Unaya dengan berani. Mario menatap Unaya datar kemudian turun dari motornya dan tersenyum remeh.

"Goblok!". Unaya melotot tak terima saat Mario mengatainya goblok.

"Heh! Maksud loe apa?! Jangan macam-macam ya Mario!". Teriak Unaya lagi. Mario terbahak, tawanya amat menyeramkan. Unaya sempat mundur selangkah karena merasakan feeling yang tidak enak. Gadis itu menggigit bibir bawahnya cemas, jangan bilang ia dijadikan umpan untuk menjatuhkan Jeka. Unaya merutuki kebodohannya, harusnya ia tak mempercayai perkataan Mario tadi. Sial, ia telah dijebak!

"Haha. Loe itu goblok Unaya! Siapa juga yang sudi khawatirin Bajingan kayak Jeka?! Gue malah seneng kalau dia mati. Oh mungkin hari ini loe bakal lihat dia mati, bukan mungkin lagi sih. Pasti!". Kata Mario dingin, pemuda itu menarik paksa tangan Unaya dan membawanya masuk kedalam bangunan tua tersebut.

"Lepas! Loe tuh licik banget sih jadi orang! Cara loe banci tahu gak?!". Teriak Unaya berusaha berontak, cengkraman Mario kasar sekali. Unaya bahkan merasakan perih yang teramat sangat dipergelangan tangannya.

"Loe tuh banyakan bacot ya, sama persis kayak cowok loe! Loe diem! Nurut sama gue, atau gue bakal sakitin loe!". Ancam Mario. Unaya menatap Mario geram, tanpa aba-aba gadis itu menggigit tangan Mario hingga membuat si empunya memekik kesakitan.

"Akh! Anjing!". Umpatnya. Cengkraman di tangan Unaya terlepas, kesempatan bagi Unaya untuk lari. Tapi baru beberapa langkah ia berlari, antek-antek Mario sudah mengepungnya dengan senyum jahat. Menyebalkan sekali!

"Mau kemana? Pilihan loe itu cuma dua Unaya. Nurut sama gue atau digilir sama mereka".

Bangsat!

Tangan Unaya mengepal kuat, tak pernah ia sangka jika Mario adalah pemuda bejat yang menjadikan seorang gadis sebagai umpan demi membalaskan dendamnya. Unaya tidak akan menangis semudah itu, ia tidak takut dengan monyet-monyet macam Mario dan antek-anteknya.

"DASAR LOE COWOK BIADAP, CUIHH!!". Unaya meludah kearah Mario dan tepat mengenai wajah pemuda itu. Mario menatap Unaya garang, beraninya gadis itu meludahi wajahnya.

"CEWEK BANGSAT!!!".

PLAKKKKK!!!

Mario menampar pipi Unaya kasar sampai-sampai gadis itu terjatuh ketanah, air mata Unaya mengalir begitu saja. Pipinya amat sakit, bahkan kebas seketika. Rasa asin darah langsung menyambangi indra pengecap-nya. Gadis itu menatap Mario dengan tajam sembari menyentuh pipinya, cowok kasar! Bahkan Papa-nya sendiri tidak pernah menamparnya seperti ini.

"Udah dikasih tahu nurut sama gue! Ngeyel banget dibilangin! Seret dia kedalam!". Kata Mario memerintah. Antek-antek Mario langsung menyeret Unaya seperti perintah Bos mereka. Gadis itu diseret kasar, bahkan beberapa kali tersandung lantaran tidak bisa mengimbangi langkah mereka. Unaya pasrah, ia yakin Jeka tidak akan diam saja jika tahu ia ada ditangan Mario. Oh! Jangan sampai Jeka tahu, ia tidak mau pemuda itu mati ditangan Mario dengan mudahnya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang