8. Gara-gara Menstruasi

4.7K 938 1.2K
                                    

Sonia mengurung diri seharian setelah pertemuannya dengan Jeni yang tak terduga tadi siang. Wanita itu menangis tersedu-sedu sembari menatap foto keluarga kecilnya dulu yang nampak kumal. Melihat wajah anak-anaknya membuat hati Sonia rasanya tercubit, wanita itu merasa sangat bersalah karena tidak melihat perkembangan Jeni dan Unaya.

Semua orang pasti bertanya-tanya mengapa gerangan ia memilih untuk meninggalkan keluarganya dulu? Sonia menatap foto mendiang Ayu; ibu kandung Jeka dan Yeri yang juga merupakan sahabatnya. Jika bukan karena permintaan Ayu dan balas budi, mungkin sampai saat ini keluarganya masih utuh.

Dulu keadaan ekonomi keluarganya tidaklah seperti sekarang. Suryo; mantan suaminya hanya berkerja sebagai buruh harian. Hidup mereka sangat sulit bahkan untuk makan sesuap nasi-pun mereka harus menunggu Suryo pulang kerja. Sonia selalu menceritakan apa yang menjadi kesulitannya pada Ayu, dan dalam kondisi yang sama Ayu juga tengah mengalami kesulitan.

Meski wanita itu hidup bergelimang harta, namun ada satu hal yang memang tidak bisa dibeli dengan uang. Yaitu; waktu. Waktu Ayu tidak banyak, saat itu ia tengah melawan penyakit mematikan yang seiring berjalannya waktu menggerogoti tubuhnya. Ayu tidak bisa pergi dengan tenang jika belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan dirinya untuk menjaga suami dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu hari kesepakatan itu terjadi. Ayu memberikan suntikan dana agar Suryo bisa membangun sebuah perusahaan, dan sebagai gantinya Sonia harus menjadi ibu bagi anak-anaknya. Mau tak mau Sonia menyetujuinya karena semua itu demi masa depan Unaya dan Jeni. Sonia akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai Suryo saat lelaki itu telah berhasil menjadi pengusaha sukses.

Biarlah semua orang menganggap jika wanita itu jahat disini. Yang paling penting ia bisa melihat anak-anaknya hidup dengan layak. Meski hanya Yeri dan Papa-nya yang menerima kehadirannya, setidaknya Sonia telah berusaha sekuat mungkin untuk bisa menjadi ibu yang baik untuk Jeka dan Yeri. Soal kesalahpahaman Jeka, pemuda itu menganggap jika Ayu sakit kemudian meninggal karena memergoki Papa-nya dan Sonia berselingkuh. Bahkan sampai saat ini-pun Jeka tidak akur dengan Papa-nya.

Kamar Yeri terletak disamping kamar Mama dan Papa-nya. Gadis itu tidak bisa tidur dan terus mengkhawatirkan kondisi Mama-nya. Yeri akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan berniat mencari sosok Kakak laki-lakinya.

"Bang? Udah tidur?". Tanya Yeri sembari mengintip sedikit kedalam kamar Kakak-nya. Jeka yang sedang bermain PS sendirian hanya menoleh sebentar kearah pintu.

"Kenapa? Gak bisa tidur loe? Mau minta dikelonin?". Ledek Jeka. Yeri berdecak dan menghentak-hentakan kakinya dilantai. Gadis itu duduk dipinggir ranjang sambil menatap kearah punggung telanjang kakak-nya.

"Tahu gak sih Bang, Mama hari ini aneh banget tahu gak". Cerita Yeri. Jeka selalu cuek jika itu menyangkut mama tirinya.

"Baru nyadar loe kalo doi aneh?". Sahut Jeka asal. Yeri menggeram sebal, gadis itu beringsut duduk disamping Kakak-nya dan sengaja menyenggol lengan Jeka hingga stick PS-nya jatuh.

"Shit! Yer!". Umpat Jeka. Ia kalah gara-gara Yeri. Yeri tidak peduli, gadis itu terus saja nyerocos panjang lebar hingga telinga Jeka dibuat berdengung.

"Masa ya Bang, dari siang sampe malam begini Mama nangis mulu. Apa Mama kangen sama Papa sampai nangis gitu?". Tanya Yeri lagi. Jeka berdecak malas, pemuda itu bahkan tidak peduli apa yang terjadi pada mama tirinya itu.

"Di putusin doi kali, makannya nangis". Sahut Jeka dan kembali melanjutkan permainannya yang tertunda.

"Ck! Gak lucu Bang. Kenapa sih loe gak bisa nerima Mama? Dia yang selalu jagain kita kalo Papa pergi keluar kota". Kata Yeri serius. Gadis itu ingin keluarganya akur seperti dulu. Jeka adalah satu-satunya orang yang tidak bisa membuat impiannya menjadi nyata. Pemuda itu selalu asyik dengan dunianya sendiri hingga jarang ikut acara kumpul keluarga.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang