26. Just Wanna be With You

484 124 80
                                    

Jeka mengkomandoi Jimi dan Victor untuk mengemasi barang-barang mereka sekaligus barang miliknya. Mereka memutuskan untuk pulang lebih dulu karena butuh perawatan medis. Jeka juga meminta agar para peserta ospek dipulangkan besok pagi, ia tidak mau ambil resiko kalau seandainya Guan mengirim kelompok bersenjata lagi. Villa sudah tidak aman. Bahkan jika memungkinkan, mereka akan dipulangkan sekarang. Tapi tidak mungkin kan meminta sopir Bus datang tengah malam begini?

Sementara itu Jeka melangkah ke dapur untuk membuat jus yang Unaya minta. Meski kesakitan tapi Jeka semangat melakukannya, ia bahkan sudah tidak sabar untuk menemui Unaya. Namun ketika ia memotong buah apel, setetes darah mengenai apel itu. Semakin lama semakin banyak hingga Jeka harus mendongakkan kepalanya agar darah di dahinya tidak menetes kebawah. Kalau seperti ini, bagaimana bisa membuatkan jus untuk Unaya? Masa jus apel campur darah, itu mengerikan.

"Sini biar aku yang buatin". Juwi mengambil alih pisau dari tangan Jeka kemudian memotong setengah buah apel yang masih bersih itu. Jeka tertegun namun sedetik kemudian mengulas senyum manis. Untung ada Juwi, gadis itu selalu datang tepat waktu disaat ia membutuhkan.

"Gak usah pakai gula, Unaya lagi diet". Kata Jeka. Sebagai manager, Jeka memang bertanggung jawab penuh atas Unaya. Bahkan sampai menjaga pola makan serta pantangan yang harus dilakukan gadis itu.

Juwi tidak menyahuti namun melakukan perintah Jeka. Diam-diam gadis itu menangis karena khawatir Jeka kenapa-napa. Mereka sudah berteman baik sejak jadi maba, sudah pasti Juwi menganggap Jeka seperti keluarganya sendiri. Kalau saja Jeka tadi tumbang, sudah pasti ia akan merasa sangat kehilangan.

"Hiks... hikss". Isakan Juwi membuat Jeka menarik sebelah alisnya keatas. Padahal Juwi sudah sengaja menyalakan blender agar suara tangisnya tidak terdengar.

"Aku gak apa-apa Wi. Aku gak akan mati secepat itu kalau belum dapetin apa yang aku pingin. Tinggal selangkah lagi aku bakal hidup bahagia sama Unaya". Ujar Jeka yang sukses membuat Juwi terenyuh. Juwi mematikan blender kemudian berbalik sambil membawa kain. Tanpa bicara apapun, gadis itu mengikatkan kain itu ke kepala Jeka agar darah di dahi pemuda itu tertahan. Jeka juga tidak banyak berkomentar, pemuda itu hanya bisa menatap wajah cantik Juwi dari bawah. Andai Unaya tidak memenuhi seluruh ruang dihatinya, ia pasti akan jatuh cinta pada gadis didepannya ini. Tapi sayangnya hatinya sudah ada yang punya. Juwi hanyalah sosok penjaganya saat Unaya tidak ada.

"Biar gak mengenaskan kalau ketemu Unaya". Juwi beralih mengusap wajah penuh darah Jeka dengan lap basah. Perhatian gadis itu tolong jangan dianggap berlebihan. Juwi murni melakukan ini karena peduli pada sesama manusia. Kalau ada orang lain yang terluka, ia juga pasti akan dengan senang hati menolongnya kok. Julukannya di kampus aja malaikat tak bersayap :')

Jeka menghentikan gerakan tangan Juwi hingga mata mereka bersiborok. Pemuda itu tersenyum lembut kemudian mengambil alih lap basah dari tangan Juwi.

"Thanks ya Wi. Kamu cewek baik, andai aku ketemu kamu jauh lebih dulu dari Unaya. Mungkin posisi kita sekarang beda. Tapi sayang, aku udah terlanjur jatuh cinta gak ada obat ke dia". Canda Jeka yang membuat Juwi terkekeh. Gadis itu geleng-geleng kepala kemudian menuangkan jus apel yang tadi ia buat kedalam gelas.

"Jangan kepedean! Kamu bukan tipe aku kaliiiiii. Buruan samperin tuh Tuan putrinya yang daritadi udah nungguin pangeran pulang dari medan perang". Juwi mengulurkan segelas jus apel kearah Jeka yang diterima dengan senang hati. Memang tidak ada yang namanya pertemanan diantara laki-laki dan perempuan, tapi semua itu tergantung dari bagaimana kita memberikan sebuah batasan. Juwi dan Jeka memang dekat, namun Jeka memberikan batasan setinggi mungkin diantara mereka. Seperti tembok tak kasat mata, karena pada dasarnya Jeka sudah menemukan kepemilikannya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang