52. Mengetahui

3K 691 485
                                    

"Teman siapa?". Tanya Unaya. Dan bersamaan dengan itulah Suryo keluar dari ruangan.

"Semua udah beres, Jeka jangan ulangi kesalahan kamu. Kebut-kebutan di jalan, punya SIM modal nembak lagi. Gak usah sok keren, malu sama umur. Mending kamu main kelereng aja sama anak kompleks, gak usah sok-sokan jadi pentolan sekolah". Omel Suryo.

"Iya Om, maaf udah ngerepotin. Tapi Om kalau boleh minta tolong, bebasin teman Jeka sekalian boleh gak?". Pinta Jeka dengan wajah memelas. Suryo mengembuskan nafas berat, kalau bukan karena permintaan Unaya, ia tidak akan mau membuang-buang waktu hanya untuk menyelesaikan masalah Jeka seperti ini. Anak-anaknya saja tidak pernah bermasalah, kenapa ia repot-repot mengurusi masalah anak orang? Begitulah batin Suryo.

"Ya sudah, siapa teman kamu?". Jeka tersenyum lega saat Suryo menyanggupi permintaannya. Setelah itu Suryo kembali berbicara pada Pak Polisi, dan Sobirin dibebaskan.

"Sobirin?". Pekik Unaya tak percaya begitu mengetahui jika teman yang Jeka maksud adalah Sobirin.

"Kak Una?". Sobirin menatap Unaya dengan tatapan bak puppy yang minta dipungut.

"Una, Papa tunggu di mobil. Kalau sudah selesai urusannya, segera susul Papa". Ujar Suryo pada Unaya.

"Makasih Om sudah bebaskan kami. Dan sekali lagi saya minta maaf karena membuat Om repot, saya gak tahu lagi mau balas kebaikan Om dengan apa". Kata Jeka dengan tulus. Benar-benar berterimakasih karena Suryo sudah peduli padanya, meski Jeka tahu jika lelaki itu tidak menyukainya.

"Simpel saja. Jangan pernah membuat anak saya sedih". Sahut Suryo kemudian berlalu pergi. Jeka menatap punggung Suryo yang mulai menjauh dengan perasaan yang berkecamuk. Tidak membuat Unaya bersedih ya?

"Maaf Om, tapi saya sudah melanggar itu". Batin Jeka dengan wajah sendu. Unaya tahu, Jeka merasa terbebani dengan perkataan Papa-nya. Terlihat sekali dari perubahan raut diwajah pemuda itu.

"Sobirin, kok kamu bisa ada di sini?". Tanya Unaya mencoba mencairkan suasana yang mendadak canggung.

"Iya Kak, huhu. Sobirin takut banget". Rengek Sobirin kemudian memeluk Unaya dengan manja. Sontak saja Jeka menatapnya tak terima, apalagi Unaya kelihatan tak keberatan dipeluk Sobirin seperti itu. Gadis itu justru mengusap kepala Sobirin dengan sayang.

"Ya ampun, cup! cup! Udah gak apa-apa, kan kamu udah bebas". Kata Unaya lembut.

"Iya Kak, huhu". Jeka memutar bola matanya jengah, dan dengan penuh amarah pemuda itu menarik tudung jaket Sobirin hingga pelukannya terlepas.

"Heh kutil, bisa bener ya loe modus-nya". Omel Jeka sembari menjitak kepala Sobirin dengan gemas.

"Aw! Modus apaan sih Bang. Kak Una ini udah kayak Kakak gue sendiri. Jeni teman gue...".

"Jeni?". Potong Jeka dan mencoba mengingat sesuatu. Sepertinya ia pernah bertemu Sobirin sebelumnya, tapi dimana ya?

Ah?! Beberapa minggu lalu, saat Jeni dan Sobirin diajak makan malam oleh Yeri di rumahnya.

"Loe temennya Yeri berarti? Loe pernah makan malam dirumah gue". Lanjut Jeka sambil menunjuk Sobirin dengan telunjuknya.

"Lah? Masa sih Bang? Emang Abang ini siapa-nya Yeri?". Tanya Sobirin yang memang lupa-lupa ingat. Sementara itu Unaya bingung, ia bagaikan keong yang Hah-Heh-Hoh tak paham apapun.

"Gue Abang-nya Yeri, ingat gak loe?!". Sobirin membulatkan matanya sembari menunjuk Jeka dengan shock-nya.

"Ya Allah Bang, ingat gue! Kalau loe Abang-nya Yeri, berarti...". Sobirin menunjuk Unaya dan Jeka bergantian. Setahu Sobirin, ibu tiri Yeri adalah ibu kandung Jeni dan Unaya. Berarti Unaya dan Jeka? Sobirin membekap mulutnya sendiri, kaget dengan dugaannya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang