59. Skorsing

2.1K 581 2K
                                    

"JEKA, IKUT KERUANGAN SAYA SEKARANG!!!".

"Shit!". Umpat Jeka lirih. Pemuda itu menurunkan tangannya dan mengepalkannya erat-erat. Dipandangi-nya sekali lagi rubah busuk di depannya yang ia yakini sedang bersorak dalam hati. Entah Jeka yang sedang apes atau memang setan yang sedang berpihak pada Helena hingga kepala sekolah memergoki dirinya, pemuda itu juga tidak tahu.

Unaya dan Ririn tentu saja dibuat panik, pasti Jeka bakal kena masalah. Kedua gadis itu mengejar kepala sekolah yang sudah lebih dulu berjalan keluar kelas dan menghadang langkahnya.

"Pak tolong jangan hukum Jeka". Mohon Unaya tiba-tiba yang membuat kepala sekolah terkejut. Beliau baru menyadari rambut dan seragam Unaya yang basah.

"Unaya? Kok kamu basah begitu?".

"Ini gak penting Pak. Pokoknya Bapak jangan hukum Jeka". Kata Unaya sekali lagi. Kepala sekolah menghembuskan nafas lelah dan menatap gadis itu lurus-lurus.

"Unaya, saya tahu kalau kamu pacarnya Jeka. Tapi bukan berarti kamu membenarkan perbuatan buruk yang dilakukan Jeka, Bapak tetap akan menghukum orang yang bersalah". Sahut Kepala sekolah dengan tegas.

"Kalau gitu kita bakal jadi saksi buat Jeka. Dia gak salah Pak". Sela Ririn dengan menggebu. Unaya mengangguk menyetujui usulan Ririn.

"Kalian tidak perlu repot-repot membela Jeka. Fokus saja belajar, ngerti?". Kata kepala sekolah yang mulai jengkel, beliau pergi begitu saja.

"Pak...".

"Jangan dikejar". Ujar Jeka menghentikan Unaya yang hendak mengejar kepala sekolah. Gadis itu mendongak menatap Jeka yang tersenyum lembut.

"Tapi Jeka, kamu gak salah. Aku harus jelasin semuanya ke kepala sekolah". Sahut Unaya dengan suara bergetar. Satu tarikan mampu membuat gadis itu jatuh kedalam pelukan Jeka. Jeka mengusap kepala Unaya, menenangkan gadis itu.

"Aku gak apa-apa Unaya. Aku udah sering ngapelin Pak Kepsek". Canda Jeka yang membuat Unaya dan Ririn terkekeh. Unaya mengurai pelukan mereka kemudian menggenggam tangan Jeka.

"Pokoknya kalau butuh pembelaan, aku sama Ririn bakal siap buat kamu. Jangan bikin Pak Kepsek jengkel!". Kata Unaya mewanti-wanti. Jeka kan hobinya bikin ulah, bahkan tidak takut dengan kepala sekolah. Unaya khawatir Jeka bakal bikin Pak Kepsek darah tinggi dan berujung menghukum pemuda itu.

"Haha. Iya bawel, nanti aku bawa timun sebelum ketemu Pak Kepsek". Kata Jeka sembari menarik hidung Unaya gemas.

"Timun? Buat apa?". Tanya Unaya keheranan.

"Katanya timun bisa nurunin darah tinggi. Pak Kepsek tuh kalau ketemu sama aku bawaannya emosi mulu, kan aku takut dia mendadak kena stroke gitu". Sahut Jeka asal. Unaya dan Ririn memutar bola mata malas, Jeka tetaplah Jeka leader Bangsat Boys dengan segala kelakuan minus-nya.

"Terserah apa kata loe deh Jek...". Ririn menarik tangan Unaya kemudian merangkul bahu gadis itu.

"Buruan gih apelin Pak Kepsek, nanti doi ngambek loh karena kelamaan nunggu. Sisanya biar gue yang urus". Lanjut Ririn sembari menatap Helena dengan mata memicing tajam. Helena yang ditatap seperti itu semakin mengembangkan senyuman liciknya kemudian membalik acungan jempolnya kebawah sambil berujar;

"Loser". Tanpa suara. Ririn berdecih melihatnya, oke biarkan Helena berada diatas angin saat ini. Tapi ingat, Ririn tidak akan diam saja. Bagaimana pun caranya ia harus mendapatkan rekaman CCTV itu.

Jeka ikut menatap kearah Helena dengan tatapan datar seperti biasa, pemuda itu menyimpan dendam pada gadis rubah itu tentu saja "Titip Unaya, kalau ada apa-apa minta bantuan antek-antek gue". Pesan Jeka sebelum melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah. Unaya menatap punggung Jeka dengan sendu, ia khawatir pada pemuda itu. Jeka kena masalah gara-gara membela dirinya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang