29. Perkara Cendol

3.9K 868 1.2K
                                    

Tiga puluh menit sudah Yeri berdiri di depan sekolah Mario sembari menunggu pemuda itu keluar dari sekolah. Mata Yeri bolak-balik menatap foto Mario yang ada diponsel-nya kemudian menatap sekitar agar bisa menemukan wujud pemuda itu. Padahal sekolah sudah mulai sepi, Yeri terlihat murung. Padahal gadis itu sudah membawa kue tart sebagai tanda terimakasihnya pada Mario.

"Apa besok aja ya? Jangan-jangan Kak Mario gak masuk sekolah, tapi kue nya?". Gumam Yeri sembari menatap kue tart yang ia bawa. Wajah gadis itu terangkat saat mendengar suara deru motor bersahut-sahutan, matanya memicing saat menangkap sosok yang terlihat familiar.

"Itu dia Kak Mario, gak sia-sia nunggu lama disini". Kata gadis itu sambil jejingkrakan tanpa sadar. Mario yang hendak masuk ke dalam gedung sekolah melirik kearah Yeri yang tersenyum kearahnya. Pemuda itu rasanya pernah melihat Yeri sebelumnya tapi lupa dimana. Karena melihat gadis berseragam SMP yang mengingatkannya dengan mendiang adiknya, Mario memutuskan untuk menghampiri Yeri dengan motornya.

"Ngapain disini sendiri Dek?". Tegur Mario yang masih duduk diatas motor, Yeri menahan senyum-nya sembari meremat ujung rok seragamnya. Mario terlihat sangat tampan saat pemuda itu melepas helm dan mengacak rambutnya. Namun Yeri mendadak khawatir saat melihat wajah Mario yang bonyok tak karuan.

"Kakak inget sama aku? Aku Yeri cewek yang Kakak tolongin pas lagi digangguin preman pasar". Kata Yeri penuh harap, semoga Mario mengingatnya. Mario terlihat berfikir kemudian menatap Yeri lekat-lekat.

"Oh, loe cewek yang gue pesenin Go-Car itu?". Tebak Mario. Yeri mengangguk dengan antusias kemudian mengulurkan kue tart yang ia bawa kearah Mario.

"Iya Kak bener, kenalin aku Yeri. Ini kue buat Kakak, makasih ya Kak udah nolongin aku waktu itu". Kata Yeri dengan tulus dan terlihat sangat menggemaskan. Mario terkekeh dibuatnya dan menerima kue yang diulurkan oleh Yeri. Sementara itu Yeri tengah menahan diri agar tidak menjerit lantaran Mario terlihat sangat manis saat sedang tertawa seperti itu. Mario baik kok, tidak seperti apa kata Jimi yang berbahaya. Berbahaya apanya, orang lembut gitu. Begitulah batin Yeri.

"Santai aja, makasih kue-nya. Gue Mario". Sahut Mario. Pemuda itu tak henti mengulas senyum karena seakan melihat adiknya didalam diri Yeri. Cerianya, menggemaskannya, dan juga manisnya.

"Sama-sama Kak, muka Kakak kok bonyok gitu? Habis berantem ya?". Tebak Yeri sembari menunjuk wajah Mario.

"Biasa, gak pernah bonyok bukan laki namanya". Sahut Mario enteng yang membuat Yeri berdecak tidak suka. Persis sekali seperti Abang-nya, jika ditanya kenapa bonyok pasti jawabannya seperti itu. Yeri buru-buru mengambil plester luka di dalam tas-nya, Mario terus mengamati gerak-gerik gadis itu tanpa kedip.

"Luka itu gak boleh dibiarin Kak, nanti infeksi". Dan dengan berani Yeri berjinjit untuk menempelkan plester luka di dahi Mario. Mingyu terdiam, Yeri benar-benar mirip dengan mendiang adiknya. Bahkan parfum yang gadis itu pakai-pun sama dengan harum parfum adiknya. Mario sama sekali tidak tahu siapa sosok gadis yang ada didepannya saat ini, yang jelas ia ingin mengenal lebih dekat gadis bernama Yeri tersebut. Bukan cinta atau suka, hanya sekedar karena gadis itu mengingatkannya dengan mendiang Chaca.

--Bangsat Boys--

Jam sudah menunjukan pukul empat sore namun Unaya, Ririn, Jeka, dan antek-antek pemuda itu masih nongkrong di kantin sekolah. Karena hari ini Pak Bos dan Bu Bos resmi jadian, maka mereka semua tidak ingin ketinggalan meminta PJ alias Pajak Jadian. Alhasil Jeka mentraktir mereka jajan di Kantin, ya meskipun mereka tetap akan menagih traktiran yang mahal sih. Tapi untuk saat ini mereka menurut saja karena sedang melakukan misi penting.

"Shit! Man! Ini heart gue kemana woy!". Umpat Victor sembari mengutak-atik ponselnya entah kenapa.

"Loe kesambet apaan sih Vi?! Dari kemarin gue perhatiin loe fokus ke hape mulu. Juling baru tahu rasa!". Sahut Jimi. Victor mendengus malas kemudian meletakkan ponselnya dengan kasar ke atas meja kantin. Pemuda itu sebal karena tidak mempunyai teman nge-games. Ia sedang hobi memainkan games kearifan lokal yang judulnya cendol.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang