62. Prahara

2K 539 1.7K
                                    

Unaya membulatkan matanya, hampir saja ia tertusuk cutter yang dibawa Helena namun seseorang menarik tubuhnya agar menjauh. Dan orang yang berhasil menyelamatkannya adalah; Jimi. Entah datang dari mana, tapi Jimi memang berniat mampir ke rumah Jeka hendak mengembalikan barang yang ia pinjam. Karena pintu rumah terbuka, alhasil pemuda itu masuk begitu saja. Alangkah kagetnya Jimi dari arah pandangnya ia melihat Helena hendak menusukan cutter nya ke pinggang Unaya.

Tanpa banyak berfikir, Jimi langsung menarik tangan Unaya hingga lengannya menjadi korban goresan cutter Helena. Jeka yang baru sampai ditengah tangga-pun ikut terkejut melihat lengan Jimi terluka. Jeka dan Yeri buru-buru mendekat untuk melihat keadaan Jimi.

"Jimi?". Panggil Unaya dengan suara bergetar. Gadis itu shock sekali dengan apa yang baru saja terjadi, kalau saja Jimi tidak menarik tangannya tadi, sudah pasti mata cutter tajam itu akan menggores atau bahkan menusuk pinggangnya. Unaya menatap Helena tak percaya, sementara Irene langsung merebut cutter yang dibawa Helena dan melemparnya jauh-jauh.

"Helen! Apa yang kamu lakukan?!". Teriak Irene histeris hingga membuat Helena gemetar ketakutan. Gadis itu kini sudah mirip seperti orang yang sakit jiwa. Helena menangis sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Helen loe mau bunuh Unaya? Sakit jiwa loe!". Bentak Jeka kalap yang langsung ditenangkan Yeri. Dikatai pembunuh oleh Jeka membuat Helena semakin histeris. Gadis itu menatap Jeka tidak suka namun tak berselang lama kembali ketakutan.

"Gue bukan pembunuh! Gue bukan pembunuh!". Teriak Helena membuat semuanya ketakutan.

"Jim, loe gak apa-apa? Tangan loe luka Jim". Kata Unaya sembari menyentuh lengan Jimi yang tergores cutter hingga berdarah. Untung saja yang dibawa Helena hanyalah cutter, bukan pisau. Meski berbahaya, namun luka dilengan Jimi tak sampai sobek.

"Gue gak apa-apa. Yang penting sekarang kita bawa Helen ke RSJ, bahaya banget dia". Sahut Jimi yang merasa prihatin melihat Helena dicekal tangannya oleh Yeri dan Irene.

"Ma, Helen bukan pembunuh Ma. Helen bukan pembunuh. Mama, gak ada polisi kan? Helen gak akan ditangkap polisi kan?". Kata Helena sambil menatap sekitar dengan cemas. Irene menangis melihat kondisi putrinya saat ini, kemungkinan pertama terjadi; Helena menjadi gila.

"Jeka kita harus bawa Kak Helen kerumah sakit sekarang!". Kata Unaya yang hendak membantu Yeri dan Irene namun langsung dicegah oleh Jeka.

"Kamu disini sama Jimi, obatin dia. Biar aku yang bawa dia ke RSJ". Unaya menggelengkan kepalanya tanda tak setuju, gadis itu ingin ikut ke RSJ.

"Gak! Aku mau ikut!". Sahut Unaya dengan keukeuh nya. Jeka menarik tangan Unaya dengan kasar kemudian menangkup pipi gadis itu. Menatap Unaya dengan tatapan tajam tak ingin dibantah.

"Gak usah bandel! Gak lihat dia bahkan hampir bunuh kamu! Masih mau deket-deket sama dia?! Kamu disini sama Jimi, aku yang pergi!". Kata Jeka tegas tanpa ingin dibantah. Unaya hanya bisa diam tak berani melawan. Gadis itu hanya bisa menatap Jeka yang menggendong Helena dengan paksa diikuti Yeri dan Irene dibelakang.

"Jim titip Unaya, kalau ada apa-apa hubungin gue". Pesan Jeka sebelum benar-benar pergi.

Unaya menatap kepergian mereka dengan sendu, bukan karena cemburu Helena digendong Jeka. Unaya mengkhawatirkan kondisi Helena, ia kasihan melihat reaksi gadis itu saat Jimi terkena cutter yang ia bawa. Sepertinya memang Helena tidak melakukannya dengan sengaja, ia pasti mendapatkan dorongan dan bisikan dari suara-suara aneh hingga tak sadar telah melakukan kejahatan.

"Dia emang pantas dapetin itu". Kata Jimi yang membuat Unaya baru ingat jika pemuda itu terluka karena menyelamatkannya.

"Ya ampun Jim, loe harusnya gak usah tolongin gue. Loe luka gini". Kata Unaya sembari mengangkat sedikit lengan baju Jimi ke atas. Gadis itu mengernyitkan keningnya membayangkan betapa sakitnya luka dilengan Jimi.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang