35. Ijin Pergi

3.2K 725 924
                                    

Jadwal konvoi Bangsat Boys mundur menjadi sore hari. Ini semua gara-gara para gadis yang katanya membutuhkan waktu lama untuk berkemas. Ririn akhirnya mau diajak konvoi gara-gara dipaksa Unaya. Padahal gadis itu masih malu gara-gara insiden nembak Victor kemarin. Sudah dibilang Ririn tidak suka dengan Victor, alhasil gadis itu berencana hendak menjauhi pemuda itu. Tapi sungguh sayang, niatnya mau menjauh eh malah bakal menghabiskan weekend bersama.

Dan pagi ini Jeka memutuskan berkunjung kerumah Unaya sekedar mengecek persiapan gadis itu sekaligus meminta ijin pada Irene untuk mengajak Unaya konvoi. Meski Unaya sudah melarangnya, namun rasanya Jeka seperti pemuda yang tidak bertanggung jawab jika nekat membawa anak gadis orang tanpa ijin terlebih dahulu. Sebelum masuk kedalam kompleks perumahan Unaya, Jeka mampir membeli bubur ayam. Bubur ayam petisi agar dikasih ijin hehe.

Sementara itu di rumah Unaya, Irene dan Jeni sedang sibuk didapur menyiapkan sarapan. Jeni memang yang paling rajin ketimbang kedua kakaknya, ia selalu bangun paling awal kemudian disusul Helena dan yang bangun terakhir siapa lagi kalau bukan Unaya? Jeni sibuk memotong sayur sementara Irene menatap anak sulungnya yang baru bangun dengan mata sembab.

"Habis nangis?". Tegur Irene. Helena tidak menjawab, gadis itu justru membuka kulkas dan meneguk air di dalam sana mengabaikan pertanyaan Mama-nya.

"Kemarin pulang langsung ngunci kamar, habis dari mana?". Tanya Irene lagi. Kemarin setelah bertemu dengan Sonia di Mall, Helena langsung mengunci diri di kamar dan baru keluar pagi ini. Irene sempat khawatir jika Helena mengalami depresi lantaran wanita itu pernah kedapatan menemukan obat penenang di laci meja belajar Helena.

"Ketemu Mama-nya Jeka". Sahut Helena pendek, hal itu sukses menghentikan gerakan tangan Jeni. Jadi Helena dekat dengan Sonia?

"Lagi? Len, kamu kok gak hargain perasaan Una sih? Una yang harusnya sering ketemu Mama-nya Jeka, dia pacarnya Jeka". Nasehat Irene dengan halus namun justru mendapatkan decakan tak suka dari Helena.

"Apaan sih Ma? Ngapain aku harus hargain perasaan dia? Dia aja gak hargain perasaan aku, asal Mama tahu aja dia sama Jeka bahkan pacaran kontrak buat bikin aku cemburu. Karena itu juga aku jadi hilang respect ke-dia. Udah deh Ma berhenti belain Unaya, anak kandung Mama sebenernya siapa sih?!". Perkataan Helena sukses membuat Irene shock, gadis itu bukan seperti Helena anaknya. Apa karena cinta bisa merubah seseorang sampai sejauh itu?

"Len, Mama gak pernah ya ngajarin kamu kayak gitu! Bagi Mama kalian bertiga itu sama, anak Mama! Gak ada  bedanya mau itu anak tiri atau anak kandung!". Bentak Irene. Helena mengibaskan tangannya sebelum menjawab.

"Halah! Mama aja yang gak bisa mikir realistis, kenyataannya emang Unaya sama Jeni itu cuma anak tiri Mama!". Helena berlalu begitu saja sampai-sampai membuat Irene geram bukan main, untung ada Jeni yang sigap menenangkan Mama-nya.

"Helen! Gak sopan kamu ya!".

"Ma, udah Ma sabar aja. Lagian biarin aja Kak Helen misahin Kak Una dari Kak Jeka....".

"Mereka gak seharusnya bersama. Kita semua saudara". Lanjut Jeni dalam hati.

"Kamu ngomong apaan sih? Jangan bikin Mama tambah marah ya?!". Tanya Irene sembari menatap Jeni yang hanya bisa menunduk dalam. Lagi-lagi gadis itu hanya bisa bungkam, tidak berani menceritakan fakta yang ia tahu pada orang lain.

Ting...nong...

Bel rumah berbunyi, Irene menghirup oksigen dalam-dalam kemudian ia hembuskan perlahan untuk meredam emosinya. Wanita itu menepuk pundak Jeni kemudian bergegas membuka pintu rumah.

"Pagi Tan". Sapa Jeka dengan senyum sumringah yang menular ke-Irene.

"Pagi juga, pagi-pagi ke sini mau ngapain?". Tanya Irene sembari melirik kantong plastik yang dibawa Jeka.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang