36. Roti Sobek Jeka

3.3K 760 1.3K
                                    

Jeka meminta antek-anteknya untuk menunggu di depan kompleks perumahan selagi ia menjemput tuan putri di rumahnya. Unaya sudah menunggu Jeka di depan rumah ditemani Irene dan Jeni, sementara Helena? Gadis itu bahkan mengurung diri kembali setelah pertengkarannya dengan Irene tadi pagi. Irene terus saja memberi wejangan-wejangan pada Unaya agar tidak bandel di sana, wanita itu bahkan sampai berbohong pada suaminya agar Unaya bisa ikut konvoi.

Jeni diam saja, gadis itu tidak berkomentar. Memang agak aneh karena akhir-akhir ini Jeni jadi pendiam. Ditambah gadis itu tiba-tiba minta pindah tempat bimbel agar bisa menghindari Yeri. Sudah cukup Jeni tahu mengenai kehidupan mama kandungnya, bahkan ia mendapatkan bonus yang tak terduga; fakta jika pacar Kakak-nya adalah anak tiri mama kandungnya. Jika mengingat hal itu, otak Jeni mendadak error.

"Awas ya kalau sampai pulang-pulang hamil!". Omel Irene frontal sekali hingga Unaya dibuat menganga. Gadis itu menepukkan kepalan tangannya di lutut kemudian di kepala beberapa kali, gerakan amit-amit.

"Amit-amit! Ihhh Mama kok ngawur banget sih ngomongnya?! Omongan bisa jadi doa lho!". Omel Unaya balik. Irene cekikikan, niatnya kan cuma bercanda eh dianggap serius juga.

"Haha. Bercanda kali, Mama percaya kalau kamu bisa jaga diri. Jangan lupa sering-sering kabarin Mama!". Peringat Irene sambil mencubit kedua pipi gembul Unaya.

"Una kan besok udah pulang, lagian Una udah gedhe Mama". Rengek Unaya sembari memajukan bibir bawahnya.

"Iya ngerti, tapi kamu kan sakit...".

"Iya-iya Mama, Una paham kok". Potong Unaya cepat-cepat, gadis itu memang tidak suka jika ada orang yang mengungkit tentang penyakitnya.

Beberapa detik kemudian Jeka sampai di depan rumah Unaya dengan penampilan khas anak motor. Memang dasarnya tampan rupawan, mau pakai baju apa saja juga tetap menawan. Pemuda itu turun dari motornya dan seperti biasa menyalami tangan Irene. Setelah itu ia mengacak rambut Unaya dengan gemas.

"Si cewek hobi merengek udah siap belum?". Ledek Jeka yang membuat Jeni dan Irene cekikikan sementara Unaya kembali memajukan bibir bawahnya. Gadis itu menghentakkan kakinya kemudian meninju lengan Jeka, membuat si empunya berakting sok kesakitan.

"Aw! Habis makan apa sih? Tenaganya gedhe banget".

"Hihhh! Dasar lebay! Ayo kita kemon!". Seru Unaya sembari menarik ujung jaket Jeka menuju pagar rumah.

"Heh! Gak sopan ini cewek, belum pamit sama Mama!". Tegur Jeka. Unaya meringis, gadis itu berlari kecil kemudian memeluk Jeni dan Irene bergantian.

"Ma, Una pergi ya. Janji kok bakal kabarin Mama terus". Pamit Unaya. Irene tersenyum kemudian memeluk Unaya sekali lagi.

"Beneran ya? Awas kalau sampai bikin Mama kepikiran di sini! Jeka inget ya janji kamu!". Kata Irene tegas sambil menatap tajam kearah Jeka. Jeka mengangguk dengan mantap sambil mengacungkan jempolnya.

"Siap Tan. Tanpa Tante suruh, Jeka pasti bakal jagain Unaya". Sahutnya.

"Hati-hati Kak!". Dan hanya sepatah kalimat itulah yang Jeni katakan sebelum Jeka dan Unaya meninggalkan area rumah. Setelah Unaya dan Jeka pergi, barulah Irene menatap Jeni dengan curiga. Gadis itu terlihat gugup sembari menunduk melihat jari-jari kakinya.

"Kenapa sih Jen? Kok kamu jadi kaku gitu sama Jeka? Mama liat dari kemarin kamu juga gak banyak interaksi sama Kakak. Ada masalah?".

"Eh?". Jeni kaget begitu Irene menanyakan hal yang memang sedang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"E-enggak kok Ma. Jeni tuh cuma lagi stress aja gara-gara udah kelas tiga, bentar lagi mau SMA hehe. Ya udah deh Ma, Jeni mau belajar lagi". Dan setelah itu Jeni masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, Irene mengernyitkan keningnya. Mencerna apa yang terjadi pada Jeni, wanita itu cemas dua anak gadisnya seperti tengah menyimpan masalah sendirian.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang