43. Kencan?

2.6K 681 784
                                    

"Jeka, kita mau nonton film apa?". Tanya Unaya seraya mendongak untuk menatap wajah tampan Jeka. Tangan gadis itu bergelanyut manja di lengan sang pemuda. Kalau dipikir-pikir ini adalah kali pertama ia dan Jeka nonton di Bioskop, lebih tepatnya ekhem! Pergi kencan.

"Kamu-nya mau nonton apa? Kan kamu yang ngajakin". Sahut Jeka. Nadanya halus berusaha tidak membuat Unaya tersinggung.

"Terserah!". Unaya mulai nyolot. Nah kan salah lagi.

"Terserah judul film baru ya? Siapa yang main?". Sahut Jeka pura-pura bego. Lebih memilih jalur aman saja, kalau ditawarin film satu-satu ujungnya juga bakal jawab; terserah.

Unaya melirik kearah Jeka dengan tatapan tidak suka, bego atau apa sih?! Begitu batin Unaya.

"Hiiihhhhh! Ngomong sama kamu tuh cuma bikin emosi jiwa raga ya! Biar aku aja yang milih!". Kata Unaya sembari menarik tangan Jeka menuju lantai atas dimana bioskop berada.

"Nah gitu dong inisiatif, jangan jawab terserah aja". Kata Jeka pada Unaya yang tengah mengamati poster-poster film. Jeka merangkul bahu Unaya dan ikut mengamatinya.

"Romance ya?". Tawar Unaya. Sudah Jeka duga, gadis feminim seperti pacarnya satu ini pasti selera film-nya romance. Jauh beda dengan Jeka yang lebih suka film horor, Action atau Comedy.

"Gak seru, tapi terserah kamu sih. Paling nanti di dalam aku tinggal tidur". Sahut Jeka dengan santainya. Unaya merengut kemudian meninju-ninju lengan Jeka, jahat banget sih!

"Itu namanya kamu gak nemenin aku, masa ditinggal tidur!".

"Loh ya nemenin dong, kan aku ikut masuk ke dalem. Kalau cuma kamu yang masuk terus aku disini, itu baru namanya gak nemenin". Sumpah demi Aziz yang sembuh dari gagap-nya, Jeka memang minta ditiup ubun-ubunnya biar gak nyebelin lagi.

"Hah! Iya-in aja biar cepet! Aku mau nonton film yang ini, kamu beli tiketnya! Aku mau pipis dulu". Kata Unaya kemudian melepas rangkulan Jeka dan berlari kearah toilet. Jeka menggedikan bahunya cuek, pemuda itu mengamati poster film yang ingin Unaya tonton.

"Cinta dalam Sepiring Cilok? Idiiiihhhh cheesy banget. Bacanya aja geli gue...". Komentar Jeka kemudian berjalan kearah deretan poster film horor.

"Nah! Mending ini aja nih film horor, keren". Kata Jeka dengan mata berbinar kemudian segera membeli dua tiket film horor tanpa memberi tahu Unaya terlebih dulu.

Bersamaan dengan selesainya Jeka membayar tiket film, Unaya berlari dengan girang kearah Jeka. Gadis itu sempat hampir jatuh karena tali sepatunya lepas, untung saja dengan sigap Jeka menangkap tubuh limbung Unaya.

"Gak usah lari-lari makannya, bikin deg-degan aja". Omel Jeka.

"Hehe. Kan gak tahu kalau tali sepatunya lepas". Ujar Unaya yang hendak berjongkok untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Paham jika Unaya mengenakan rok sekolah dan jika gadis itu berjongkok secara otomatis dalamannya pasti terlihat, maka Jeka tidak akan membiarkan itu terjadi.

Tanpa berkata-kata Jeka langsung berjongkok dan mengikat tali sepatu Unaya yang lepas. Unaya diam mematung, tubuhnya berasa lemas seperti jelly. Pemuda itu tanpa malu mengikatkan tali sepatunya padahal ditatap aneh oleh orang-orang yang lewat. Dan setelah Jeka kembali berdiri Unaya-pun masih bungkam sembari menatap Jeka-nya tanpa kedip.

"Kenapa?". Tanya Jeka cuek.

"I-itu...".

"Liat deh tuh cowok ganteng banget kok bisa segitu bucin-nya sama pacarnya. Padahal cewek-nya b aja". Bisik-bisik mulai terdengar, Unaya tentu saja sebal namun tidak untuk Jeka. Pemuda itu hanya menarik ujung bibirnya keatas, tersenyum miring.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang