28. Diserang

3.9K 903 1.7K
                                    

Setelah Jeka pergi dengan wajah marahnya, Helena tertawa sinis. Gadis itu merapikan rambutnya dan menghembuskan nafas mencoba menenangkan diri. Apa-apaan itu! Jeka menolaknya? Helena tentu saja tak terima, ia bukanlah tipe gadis yang pantang menyerah. Gadis itu harus mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk Jeka.

"It's oke, masih ada satu kelinci bodoh yang bisa dengan mudahnya masuk keperangkap gue". Batin Helena sembari tersenyum licik. Awalnya ia sama sekali tidak ingin menyentuh Unaya untuk mengejar ambisinya, namun sikap Jeka yang angkuh tadi membuat Helena geram. Lihat saja, apa yang bisa Jeka lakukan jika ia menggunakan Unaya sebagai senjata?

Sementara itu Unaya jadi kepikiran soal Jeka dan Helena di toilet tadi. Hubungan kontraknya dengan Jeka sudah terbongkar, apakah tandanya ia sudah tidak bisa menjalani hari-hari yang manis bersama Jeka lagi? Unaya menghembuskan nafas berat kemudian duduk di bangku panjang depan kelas sepuluh. Gadis itu menunduk sembari memainkan kuku jarinya.

"Harusnya dari awal gue terima aja Jeka jadi pacar gue . Ya gak salah sih kalau dia diem aja pas Kak Helen mau cium. Kalau kayak gini mau marah gak berhak kan?! Bego! Bego!". Gerutu Unaya sembari memukul-mukul kepalanya sendiri. Biarin aja jadi amnesia, biar lupa sekalian kalau pernah dekat sama pentolan sekolah ganteng. Begitulah batin Unaya.

"Gak berhak apa?". Unaya menganga ditempatnya, genggaman hangat ditangannya ini dan suara serak basah itu? Unaya diam, bahkan untuk menoleh kearah sumber suara-pun tidak berani.

"Mulut itu diciptain buat ngomong, eh? Apa diciptain buat gue kecup ya? Hehe". Kata Jeka sambil cengengesan kemudian mengambil duduk disamping Unaya. Jika biasanya Unaya akan mengomel panjang kali lebar kali tinggi seperti rumus balok, maka kali ini tidak. Gadis itu diam seribu bahasa hingga membuat Jeka bingung.

"Gue ada salah ya sampai loe diemin kayak gitu? Apa loe lagi sariawan? Tapi tadi pagi masih ngomong". Tanya Jeka yang dibuat mikir keras. Unaya mendengus kemudian menatap Jeka dengan bibir manyun.

"Gue sebel!". Sahut Unaya. Jeka langsung menghadap kearah Unaya dan meletakkan sebelah kakinya ke atas bangku.

"Sebel kenapa? Sini cerita sama gue. Siapa yang bikin loe sebel? Biar gue hajar sekalian!". Kata Jeka sambil meninju-ninju udara, beraninya bikin tuan putri sebel!

"Gue mau marah sama orang yang hampir dicium tapi diem aja, tapi sayangnya gue gak berhak karena bukan siapa-siapanya". Cerita Unaya sembari menunduk dalam. Malu campur sedih itulah yang ia rasakan, tapi kalau dipendam terus yang ada ia bakal tersiksa sendiri. Jujur Unaya merasa cemburu jika Jeka dekat dengan gadis lain, apalagi Helena yang notabene mantan terindah pemuda itu.

"Na? Loe...". Kata Jeka menggantung, pemuda itu menatap Unaya lekat-lekat. Jeka peka kok, ia paham arah pembicaraan Unaya. Dan hal yang membuatnya speechless adalah saat menyadari jika Unaya cemburu padanya. Unaya menghembuskan nafas sekali sebelum memberanikan diri untuk membalas tatapan Jeka.

"Gue suka sama loe Jeka". Kata gadis itu dalam sekali hembusan nafas. Jantung Jeka langsung berdebar tak karuan, gadis yang ia incar dan yang ia sukai memiliki perasaan yang sama dengannya?

"Loe gak lagi...".

"Sttttttt!!!!...". Unaya meletakkan jari telunjuknya dibibir Jeka sebelum melanjutkan perkataannya.

"Gak usah nanya lagi karena gak ada siaran ulang. Intinya perasaan loe gak bertepuk sebelah tangan".

Chu~

Dengan kurang ajarnya Unaya mengecup pipi Jeka kemudian lari ngibrit karena malu. Jeka mematung ditempatnya, pemuda itu menyentuh pipinya yang baru saja dicium Unaya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang