44. Sepuluh Boneka Kelinci

2.5K 658 749
                                    

"Hah!". Jeka menendang kaki lawannya yang sudah limbung tak berdaya. Pemuda itu menyentuh sudut bibirnya dan mengernyit lantaran perih menggelayar begitu saja akibat luka. Tiga puluh menit yang lalu pertempuran terjadi lagi, Jeka vs Mario siapa yang menang? Tentu saja Jeka.

Dan karena itulah Mario tidak terima dikalahkan untuk yang kesekian kalinya. Pembalasan akan lebih kejam, begitu batin Mario. Pemuda itu menatap Jeka dengan tatapan bengis, sementara Jeka membalasnya dengan senyum miring nan pongah-nya.

"Malu gak loe selalu berakhir bersimpuh dikaki gue tiap kali kita berantem?...". Jeka mencengkeram rahang Mario sebelum melontarkan kalimat peringatan pada pemuda itu.

"Sekali loe nyenggol gue atau temen-temen gue lagi, gue gak bakal biarin loe hidup tenang Mario!". Desis-nya sembari melepas cengkeraman tangannya dengan kasar hingga membuat kepala Mario terhuyung kesamping.

"Kalian semua juga! Mau-maunya diperintah sama orang cupu kayak dia, cihh!". Jeka meludah tepat disamping kaki Mario yang tentu saja membuat pemuda itu merasa terhina, dan sebelum Jeka melangkah pergi, Mario menghentikannya.

"Gue pastiin loe bakal bersimpuh di kaki gue Jeka. Coba kita lihat seberapa lama loe bisa bertahan dengan sikap pongah loe itu!". Jeka mengangkat sudut bibirnya keatas tersenyum remeh kemudian berbalik kembali untuk menatap Mario yang bonyok tak karuan.

"Oke gue tunggu, tapi sebelum itu terjadi. Gue pastiin loe udah ada di alam kubur. Cabut!". Kata Jeka kemudian berlalu diikuti antek-anteknya, pemuda itu melewati anak buah Mario yang terkapar dijalan bak tanpa dosa. Mereka semua terlihat seperti mayat-mayat yang gugur dimedan perang.

"ARGHHHH!!!". Teriak Mario sambil meninju-ninju aspal hingga punggung tangannya terluka. Pemuda itu dendam dan merasa harga dirinya jatuh diinjak-injak Jeka yang notabene adalah musuh bebuyutannya. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam, semua luka dan darah yang ia keluarkan harus ada bayarannya.

"Terpaksa gue harus pakai cara cupu lagi, Jeka". Desis Mario sembari tersenyum penuh arti.

Sementara itu Jeka menepikan motornya sejenak, sekedar merenggangkan otot-ototnya yang pegal gara-gara berkelahi tadi. Kepalanya juga pusing karena kena tonjok, sebenarnya berkelahi itu merepotkan. Tapi ya mau bagaimana lagi, emosinya mudah sekali tersulut. Sebenarnya hanya sekedar memberi peringatan agar tidak macam-macam lagi, namun diantara semua musuh-musuhnya hanya Mario saja yang bebal.

"Minum dulu Bos". Kata Bambang sembari mengulurkan botol air mineral pada Jeka. Jeka menggoyangkan tangannya tanda tidak membutuhkan air.

"Jam berapa?". Tanyanya yang masih terus memijit pelipisnya.

"Setengah sepuluh Bos". Sahut Haykal. Jeka langsung ingat Unaya, meski tadi gadis itu sudah tidak marah lagi tapi tetap saja kalau belum memastikan secara langsung rasanya masih ada yang mengganjal.

"Jam segini masih ada toko boneka yang buka gak ya?". Semuanya langsung saling pandang, Bos mereka agak soft semenjak punya pacar.

"Ya ada kali Bos, mau dicari sambil jalan?". Tawar Haykal. Dari semua antek-anteknya memang Haykal ini yang paling perhatian, kadang-kadang Jeka takut jika pemuda itu naksir padanya.

Dan akhirnya Jeka berserta antek-anteknya berkeliling mencari toko boneka demi siapa lagi kalau bukan Bu Bos yang hobi merengek. Daripada besok pagi gadis itu ngambek untuk yang ke? Keberapa ya? Saking seringnya Unaya ngambek sampai-sampai Jeka lupa jumlahnya. Juga boneka kelinci permintaan Unaya sebagai tanda maafnya untuk gadis itu.

"Cari boneka kelinci yang agak gedhe sepuluh, gue tunggu disini. Pusing pala gue". Kata Jeka sembari mengulurkan kartu ATM-nya. Pemuda itu duduk di depan toko, memijit lagi pelipisnya dan sesekali menggerakkan kepala agar pegal dilehernya hilang.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang