39. Complicated

3.2K 688 975
                                    

Percaya atau tidak namun kali ini Unaya yang mendominasi. Entah Jeka harus bersyukur atau malah merutuki dirinya sendiri karena telah membuat Unaya menjadi senakal ini. Jeka hendak melepas ciuman mereka namun dengan cepat Unaya menekan tengkuk pemuda itu dan memperdalam ciuman. Rasanya sulit sekali menahan hasrat jika sudah begini, Jeka menunggu Unaya menghentikan aksi bejatnya.

Namun bahkan saat tangan Jeka menelusup masuk ke dalam baju Unaya-pun gadis itu seakan memberi akses. Jeka menghentikan gerakan tangannya, ini tidak benar. Unaya dititipkan padanya bukan untuk dirusak. Dengan paksa Jeka melepas ciuman mereka dengan nafas memburu. Unaya dengan bibir bengkak dan sedikit terbuka menatap Jeka dengan tatapan sayu seakan bertanya; kenapa?

"Kok loe gak berhentiin gue?". Tanya Jeka dengan suara serak. Tak usah ditanya segugup apa pemuda itu, yang jelas ia bahkan sudah merasakan aneh dibeberapa titik tertentu hanya karena sentuhan Unaya.

"Gue gak masalah kok, asal sama loe". Jeka sontak membulatkan matanya. Apa gadis yang ada dibawahnya ini adalah Unaya? Gadis polos yang beberapa bulan lalu ia ajak pacaran kontrak? Jeka menyentuh dahi Unaya sebelum menjawab.

"Pasti loe masih pusing makannya linglung gini". Ujar Jeka yang hendak bangkit namun lagi-lagi Unaya menghentikannya. Apa Unaya itu tidak tahu jika Jeka mati-matian menahan diri untuk tidak menyerangnya saat ini juga? Kenapa gadis itu berani sekali bermain-main dengan hormon seorang lelaki?

"Please...". Rengek Unaya sembari menggapai tangan Jeka dan hendak ia arahkan ke dadanya, untung saja Jeka masih waras. Pemuda itu langsung menarik tangannya menjauh dan menatap Unaya tidak suka.

"Astaga apa yang ada dipikiran loe Na?! Gue itu sayang banget sama loe, dan gue gak mau ngerusak loe. Gue tulus sayangnya, bukan nafsu. Paham?". Dan karena perkataan Jeka, Unaya jadi malu sendiri. Astaga sepertinya ia linglung sekali sampai-sampai meminta hal gila pada Jeka seperti tadi. Alhasil gadis itu hanya bisa diam, tidak tahu harus melakukan apa.

"Jangan diulangi lagi, gue mau ngecek luar dulu". Kata Jeka dengan lembut sembari mencium dahi Unaya kemudian keluar dari kamar-- otw kamar mandi. Sementara Unaya, gadis itu langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Malu, malu buuuuangeeeeetttt!!!

Meski mencoba untuk melupakan kejadian semalam, toh Unaya tetap saja tidak bisa. Gadis itu bungkam seribu bahasa setelahnya, bahkan saat Jeka telah menghentikan motornya tepat di depan rumahnya. Jeka tahu Unaya-nya malu, dan karena itulah pemuda itu bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Lagian ia juga merasa malu karena telah hampir melecehkan Unaya, ya meskipun gadis itu tidak keberatan sih.

"Kalau Bapak-nya tahu, bisa digampar gue". Batin Jeka yang mencoba untuk menguasai diri. Pemuda itu membuka helm-nya dan menatap Unaya serius.

"Na, maaf ya soal kejadian tadi malam. Gue kurang ajar sama loe". Kata Jeka sungguh-sungguh. Unaya sedikit kaget saat Jeka meminta maaf, bukankah seharusnya ia yang meminta maaf karena menyerang duluan?

"Eh? Loe gak salah kok. Gue yang harusnya minta maaf, gue...". Saking malunya, Unaya bahkan sampai tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Jeka terkekeh kemudian mengacak-acak rambut Unaya dengan gemas.

"Haha. Gemesin banget sih, sampai pipinya merah gitu". Ledek Jeka sambil menunjuk-nunjuk pipi Unaya yang bersemu merah.

"Ihhh. Jeka apaan sih? Gak lucu tahu!". Sahut Unaya dengan salting-nya sambil menangkup pipi-nya sendiri.

"Una?". Jeka dan Unaya reflek menoleh setelah mendengar nama Unaya dipanggil. Unaya membulatkan matanya karena kaget melihat Papa-nya sudah pulang kerumah. Jeka langsung turun dari motornya dan menatap Papa Unaya dengan kaku. Suryo menatap Jeka dan Unaya dengan tatapan datar. Lelaki itu marah sekali lantaran Unaya pergi tanpa ijin dengan seorang pemuda. Irene yang ada dibelakang suaminya hanya bisa diam menunduk karena sudah pasti setelah ini dua muda-mudi itu akan kena marah.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang