VIII - Lullaby

192 19 0
                                    

Pagi menjelang siang yang teriknya sudah mulai menggigit-gigit pucuk kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menjelang siang yang teriknya sudah mulai menggigit-gigit pucuk kepala. Han Jungkook sengaja berjalan kaki untuk sampai dirumah besarnya yang tak jauh dari apartemennya. Jaraknya hanya 15 menit jika berjalan kaki, ia malas menggunakan mobil karena macet jalanan yang malah membuatnya lebih lama menghabiskan waktunya tak berguna.

Berjalan menyusuri jalanan penuh dengan banner promosi setiap toko yang ia lewati. Sembari menenteng sebuah plastik putih berisi 5 eskrim rasa vanilla dan satu rasa lainnya yang selalu ia beli walau tanpa dimakan. Jungkook berkali-kali menyeringai dibalik masker hitamnya, mengingat setiap jengkalnya adalah kenangan yang manis. Ia hanya ingin hari itu kembali. Ia ingin berjalan bersama sambil tertawa. Membawa barang belanjaan sambil berbicara perihal apa yang ingin dimasak sore nanti. Bagi Jungkook semua itu indah, sampai ia memejam sejenak dan semuanya menghilang.

Darah, darah, aliran merah darah yang mengering pada pelipis. Ia membencinya dengan sangat. Ia membenci dirinya yang tak becus menjaganya hingga ia hampir kehilangannya. Pada akhirnya ia kembali tenggelam dalam kelam, tetapi ia harus tetap tersenyum untuk malaikat kecilnya yang sekarang masih tertidur dibalik selimut tebal berwarna ungu dan hitam yang selalu berganti setiap 3 hari sekali.

"Abel menunggumu hingga pukul 2 malam," ujar seorang wanita yang keluar dari kamar sebelahnya. Menggunakan sebuah gaun tidur satin berwarna putih yang terikat sempurna tali pinggangnya. Surainya lurus berwarna legam yang senada dengan manik matanya yang juga sehitam jelaga. Polesan pada bibir berupa pelembab yang membuat wajah itu segar kendati sebenarnya belum mandi sama sekali.

Wanita itu keluar bersama sebuah bathrobe yang tersampir dilengan kirinya, sudah menjadi kebiasaan saat Jungkook baru pulang pagi. Jungkook benar-benar tidak masalah untuk itu, kakaknya sangat perhatian padanya bahkan melebihi dirinya perhatian pada dirinya sendiri. Han Aira, mencintainya semenjak dirinya masih bayi memerah. Menjaganya seperti berlian dan membesarkannya dengan jutaan kasih sayang. Namun, yang ia berikan pada kakaknya tak lebih dari sebuah duri lembayung. Yang akan menusuk kedalam tanpa ampun, dan memberikan luka yang tidak akan mengering dengan mudah. Ia tahu hati Aira tidak terima dengan semua yang telah ia lakukan, kebaikan yang melimpah ruah itu ia balas dengan penderitaan yang ia juga tak tahu kapan akan berakhir.

"Aku menelfon maid tadi malam, dia tidak memberitahumu?" tanya Jungkook, pasalnya ia tidak tinggal diam saat malam tadi ia terlupa. Ia langsung menelfon maid dan menyuruhnya untuk membuat gadis kecilnya tertidur karena sudah larut.

Aira mengangguk pelan, maid itu mengatakannya tadi malam, bahkan sampai mengetuk pintu kamarnya saat ia ingin bersenang-senang dengan suaminya. Jimin hari ini badmood karena tidak mendapatkannya tadi malam, karena Aira harus menidurkan gadis manisnya Jungkook yang tidak akan pernah mau tertidur saat adiknya belum mengusap kepalanya sambil mengatakan 'tidur yang nyenyak, princess.'

"Dia keras kepala sepertimu, katanya dia akan menunggumu sambil berbaring sampai pagi."

Aira mengadu sambil menyerahkan bathrobe-nya pada Jungkook. Ia cukup sebal melihat banyak hickey dileher Jungkook. Paling tidak Jungkook harus menutupnya sedikit. Soal bathrobe yang Jungkook tetap terima walaupun sebenarnya ia sudah mandi. Ia tahu kakaknya sangat khawatir padanya karena tidak pulang semalaman.

Sweet Sinner ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang