Tak semua luka selalu berakhir menjadi bekas yang kering yang hanya mungkin hanya akan membuat diri selalu mengingat bagaimana perihnya. Ada kalanya sebuah luka yang memang ditakdirkan tak pernah menemui sembuhnya meskipun ribuan kali mencoba mengobatinya.
Begitu pun sebuah duka yang tak selamanya menjadi duka yang mendalam. Ada kalanya duka memang ada untuk membuat manusia menghargai sebuah kebahagiaan meski hanya setitik asa yang menyapa. Berkali-kali menepis bahwa dunia hanya berisi dua hal yang saling mengikat, perihal kebahagiaan yang ada dibalik sebuah air mata. Selama ini Ryu Yerin menganggap bahwa mungkin saja derita adalah satu bagian dari apa yang ia sebut sebagai kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah semu, abu-abu, sebuah spektrum warna di antara hitam dan putih, di antara gelap dan terang. Di mana tak ada yang bisa mendeskripsikannya secara benar apa itu sebuah bahagia.
Bahagia adalah perasaan yang dominan terhadap diri, yang mana seseorang terkadang berlagak seolah mampu memaknai semuanya, padahal tidak sama sekali.
Bagi Ryu Yerin, menjadi dirinya sendiri dan menjalani hidup tanpa lagi berurusan dengan berbagai senjata api adalah hidup yang bahagia. Sebelumnya, Yerin tak pernah menyebut dirinya bahagia, kecuali pada satu masa di mana ia menemukan seorang pria yang tak sengaja bertemu tatap suatu restourant. Saling menatap tanpa sadar selama pebih dari 4 detik, padahal Yerin selalu membenci beradu tatap, namun pada hari itu ia berhasil melakukannya. Ia tak tahu bagaimana cara semesta membuat hidupnya begitu beragam, tapi yang pasti Yerin selalu mencoba memahami apa yang semesta inginkan untuknya.
Menjemput segenggam harapan pada senja yang melolong katanya akan pergi sebentar lagi, membawa sesak selama lebih dari 10 jam sang baskara menjadi penguasa hari yang seolah memiliki kisahnya sendiri. Ia pernah terluka sedalam sayatan pada nadi yang hampir terputus, ia pernah tersakiti hingga ia merasa hidup itu adalah sebuah hukuman, kutukan. Lalu, ia juga pernah merasakan sepinya diri yang ternyata kehilangan sebagain raganya tanpa disadari. Ryu Yerin seolah hanyalah kloningan semesta di mana ia adalah kelinci percobaannya, menjejalkam rasa-rasa yang tak seharusnya ia kecap sebegitu banyaknya. Tak masalah sebenarnya jika Yerin hanya diminta mencicip, namun nyatanya semesta selalu gemar membuatnya bukan hanya mencicip pada ujung lidah perasa, melainkan langsung menjejalkannya hingga ujung lidah bagian dalamnya. Tak jarang ia tersedak, hampir mati, tapi semesta belum membiarkan dirinya mati.
Bunga yang pernah layu tetapi menolak untuk mati, ia akan berusaha sekuat setengah mati untuk mempertahankan hidupnya sendiri. Ryu Yerin membenci kematian apa pun cara dan penyebabnya. Ia selalu berkata jika pun ia nanti tetap akan mati, ia ingin kematiannya dikenang dengan satu sebab yang elegan. Ia tidak menghendaki kematiannya dilakukan dengan cara-cara konyol dan kekanakan, tidak dewasa, dan sangat tidak terhormat. Yerin menginginkan kematiannya bisa seperti kemarin, penyebab kematiannya sangat elegan, ditembak oleh Ahn Boram saat akan mengungkap semua kejahatannya. Pun jika saat itu Yerin mati, ia sudah rela karena ia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Yaitu; mati dengan cara yang elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sinner ✓
Hayran Kurgu[COMPLETED!] Harusnya dari awal aku beritahu, bahwa seorang penyandang marga Ryu berumur 24 tahun ini adalah seorang yang berbahaya. Bukan berarti aku akan memakanmu, tetapi mungkin keberadaanku adalah ancaman untukmu. Namaku Ryu Yerin. Tidak biasan...