Berteman sebuah cahaya semesta yang entah kenapa menjadi lebih terang dari biasanya. Dengan hangatnya cahaya itu berjalan menuju ke arahnya, terlihat seorang wanita dengan pakaian panjang menjuntai hingga alas berwarna putih itu mengerjap beberapa kali. Sirat wajahnya berseri seperti seorang peri. Manis, segar dan sangat cantik. Surai legamnya yang tergerai sebawah bahu sangat indah saat ada angin yang mencoba memainkan gelombangnya. Langkah demi langkahnya sekarang tubuh itu begitu anggun ditemani beberapa cicit burung yang seperti sedang bersenandung.
Sebuah cahaya dari sebuah kehangatan yang dirindukan oleh raga yang sehampa padang pasir yang gersang. Tak ingin mengatakan bahwa ia menanti seseorang, tapi hatinya selalu berisik katanya menunggu kehangatan lama yang menghilang.
Ryu Yerin tidak tahu dirinya sedang di mana, hanya saja ia tak buta dengan sekelilingnya adalah sebuah ladang bunga. Jutaan bunga yang dapat ia lihat, dengan kedua netra yang membingkai segala keindahan yang tak pernah ia lihat sebelumnya, ia menjadi bingung sebenarnya sekarang ia sedang di mana.
Kakinya mulai mengayun kembali, berpijak pada sebuah angan yang ia yakini sebagai sebuah pijakan nyata. Yerin berjalan, perlahan, tidak ada tujuan pasti, tidak pula menghampiri presensi apa pun karena ia hanya seorang diri. Ia takut sendirian, ia takut kegelapan, ia takut terjatuh dan ia sangat takut ada suara dalam kegelapan. Dan semua ini adalah jawaban, Yerin tak lagi kesepian dengan jutaan bunga dan sayap kupu-kupu yang begitu indah membentang cakrawala, dengan cahaya yang melebihi terang mana pun, begitu tenang tanpa ia mengingat kapan terakhir kali lututnya terluka karena terjatuh.
Ryu Yerin tidak akan membuat dirinya sendiri menyedihkan, itu adalah prinsip yang semula ia pegang, hanya saja semuanya berubah setelah kehadiran satu pria yang dulu begitu memujanya layaknya dewi bulan. Semua itu runtuh redam, ia bahkan rela lututnya terluka ratusan kali untuk membuat dirinya tetap bersama sang pria yang selalu sigap merengkuhnya kala ia terjatuh juga karenanya. Dan tetap saja, sekuat lututnya hancur dan hatinya teguh, semesta berhasil memisahkannya. Dan kali ini Yerin juga meyakininya sebagai cara semesta membuat hatinya kembali sekosong toples kaca tanpa isian.
Ingatannya kembali mencuat satu persatu, bagaimana hidupnya tujuh tahun setelah kecelakaan yang semula hilang dalam ingatan, sekarang sudah kembali menginvasi kepalanya. Ia mengingat dengan jelas bahwa 7 tahunnya begitu mengerikan sekaligus indah.
Im Yoongi, seorang pria yang katanya begitu menyayanginya dan begitu mencintainya hingga berujung rela melakukan hal yang teramat menyedihkan sekali pun demi agar Yerin tidak lagi mengingat masa lalunya yang kelewat mengerikan.
Jemarinya sempat meraba tengkuk belakangnya sendiri, di sana Yerin pernah merasakan keberadaan satu benda kecil yang tertanam di sana. Lalu saat Yerin mengingat bahwa setiap malam ia mengonsumsi pil yang ternyata adalah sebuah obat untuk membuatnya mati perlahan, Yerin nyatanya harus menelan pahit rasa kecewanya kembali.
Kekecewaan itu merebak dalam benaknya, ia tak pernah sekali pun membayangkan bahwa Yoongi bisa segila itu. Namun, kendati begitu Yerin masih memiliki sedikitnya kepercayaan yang membuat dirinya tidak membenci Yoongi. Yerin hanya ingin mengucapkan sesuatu, untuk pria yang menyayanginya itu; "terimakasih oppa, berkatmu aku bisa hidup meskipun bersama rasa sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sinner ✓
Fanfiction[COMPLETED!] Harusnya dari awal aku beritahu, bahwa seorang penyandang marga Ryu berumur 24 tahun ini adalah seorang yang berbahaya. Bukan berarti aku akan memakanmu, tetapi mungkin keberadaanku adalah ancaman untukmu. Namaku Ryu Yerin. Tidak biasan...