"Mencoba membohongiku hanya akan membuatmu terlihat lebih dungu daripada seekor kerbau, tuan Ahn."
Yerin menyeringai saat kalimat itu mengudara tanpa hambatan. Bibirnya seolah fasih sekali menguarkan kalimat-kalimat pedas, sarkas dan selalu mengandung unsur satire. Bibirnya memang diprogram untuk menyudutkan orang lain, menenggelamkan pongahnya kebohongan dalam fakta telak yang ia bawa dalam genggaman. Ia mencintai kebenaran dan bersumpah untuk tidak membiarkan kebohongan mengambil tempat yang lebih tinggi dari kebenaran itu sendiri.
Ryu Yerin memang pelupa, tapi ia tidak bodoh. Buktinya ia masih mengingat apa yang Jimin katakan dan tidak masuk akal sama sekali. Jimin mengatakan gadis manis itu adalah putrinya.
Persetan kebohongan lagi! Putrinya dari siapa karena Yerin masih ingat tanggal dan hari pernikahan Jimin. 3 tahun yang lalu yang begitu menyesakkan dadanya. Membuat limbung kepalanya sampai berdenyut dan memutuskan pergi dari Seoul. Ia mungkin akan berakhir tertekan jika terus-terusan ada disana.
Yerin memang sekuat baja tanpa karat, namun tetap ia bukan batu yang tak mempan dengan tekanan. Ia bisa saja gila jika ia terus ditekan oleh rasanya sendiri. Ia memang tak akan menaruh acuh dan tidak akan memikirkan perkataan orang karena ia memiliki persepsi yang berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya. Jika orang lain akan gila saat mendengar omongan orang lain, maka Yerin hanya akan tertawa saat penilaian orang lain terhadap dirinya terdengar oleh telinganya sendiri.
Yerin pernah hancur, jelas, ia manusia. Dia pernah memutuskan menyelamatkan mentalnya dengan pergi dari Korea, iya, Yerin tidak menyangkalnya. Ia pernah percaya cinta dan ia kembali terluka karenanya.
Manusia tidak ada yang sempurna dalam kesempurnaan yang diagungkan. Setiap manusia yang pernah bernyawa memiliki kisahnya sendiri, bedanya Yerin tidak mengingat seperti apa kisah hidupnya sebelum 5 tahunnya yang teringat. Ia hanya mengingat kala ia terbangun dari tidurnya, melihat Jimin ada disampingnya sambil memegang tangannya. Tersenyum kearahnya lalu memeluknya saat matanya berkedip dua kali. Itu adalah hal pertama yang ia ingat saat pertama kali terbangun. Yang hingga sekarang hanya memori manis itulah yang ia ingat dari seorang yang sedang memandangi cangkir didepannya tanpa minat.
Jimin mengajaknya untuk duduk disebuah kafe terbuka dengan Yerin yang memutuskan untuk memesan dua cangkir coklat panas yang sama sekali tidak Jimin sukai. Yerin tahu ia memesan sesuatu yang Jimin benci, bukan tanpa tujuan Yerin melakukannya. Ia hanya ingin melihat bagaimana Jimin menilai begitu banyak perubahan dalam dirinya. Setelah hari itu, ciuman altar Jimin dan Aira adalah hari paling membuatnya hancur menjadi debu jalanan. Bahkan sehancur kepingan bintang yang hilang menembus atmosfer pun, Yerin lebih hancur daripada itu.
Namun, daripada itu, masih ada kehancuran lain yang tak pernah bisa Yerin lupakan, yaitu saat memorinya memutar kaset yang menunjukkan betapa napas terengah yang ia dengar adalah suara terburuk yang pernah masuk kedalam telinganya. Ia melebur bersama air matanya setelah menyaksikan adegan ranjang didalam apartemennya. Rasanya yang sekarang Yerin lakukan jelas tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang pernah melukai hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sinner ✓
Fanfic[COMPLETED!] Harusnya dari awal aku beritahu, bahwa seorang penyandang marga Ryu berumur 24 tahun ini adalah seorang yang berbahaya. Bukan berarti aku akan memakanmu, tetapi mungkin keberadaanku adalah ancaman untukmu. Namaku Ryu Yerin. Tidak biasan...