Layaknya api yang kian membara kala sang angin mulai meniupnya hingga berakhir membakar seluruhnya. Sulit memadamkan api yang sudah terlanjur besar. Saat kecil, api adalah teman, namun saat api itu besar, ia hanya akan menjelma sebagai musuh.
Memang, Yerin juga tahu tidak ada hubungannya apa yang sekarang ia lakukan dengan apa yang ia pikirkan. Ia sibuk memikirkan teori api di saat sebentar lagi ia akan membuat keributan besar di bawah sana. Harusnya terowongan itu tidak pernah dibuka saja gerbangnya agar tidak ada yang memanfaatkannya. Namun, seperti inilah ternyata fungsi terowongan itu, sebagai tempat para pemeran kriminal melakukan kejahatannya. Entah itu transaksi illegal, atau pertempuran berdarah.
Menghela napas, tidak terlalu panjang dan tidak juga patah-patah. Hanya untuk mengisyaratkan bahwa ia masih hidup dan bernapas. Yerin masih diam bahkan saat Jungkook terus memanggil namanya dari balik telepon yang masih menempel ditelinganya. Taehyung yang memperhatikannya pun enggan mengusiknya. Karena ia tahu bahwa mengusik Yerin hanya akan membuat hidupnya bermasalah. Tentu bukan karena Yerin suka berteriak seperti Jungkook, tapi malah sebaliknya, Yerin hanya akan menatap tajam dengan bibirnya yang memilih bungkam seribu bahasa. Diamnya Yerin itu lebih mematikan daripada ledakan gunung Tambora.
Sudah hampir dua menit, Yerin tidak mengiyakan pun tidak pula mengelak apa yang Jungkook tanyakan padanya. Ia juga sendiri tak tahu apa yang akan dirinya lakukan saat Boram ada di bawah sana. Yerin sendiri sudah tak yakin akan mengalahkan Boram meskipun sirat yakin selalu ia tunjukkan di dalam matanya saat Taehyung mencoba mencari keyakinan dalam dirinya.
Ia tidak tahu, lebih tepatnya belum tahu, ia bisa saja mengaku sebagai Ryu Taera, tetapi nanti bukan hanya nyawanya saja yang terancam. Namun, jika identitasnya masih buram dari dua sisi, di samping ia menikmati saat Boram penasaran padanya, juga itu hanya akan membuat Yerin tidak leluasa. Ia ingin menghajar Boram bukan hanya dengan pukulan, tapi dengan jutaan kalimat fakta menyatire yang membekukannya.
Ya, Yerin cukup lihai bermain emosi, apalagi mempermainkan emosi orang lain. Merasuk ke dalam jiwanya sebagai bentuk kesedihan dan kesenangan yang nyata dalam waktu bersamaan, walau sebenarnya itu hanyalah ilusi. Namun, sekarang yang perlu Yerin lakukan hanyalah ia yang harus bisa mencampur adukkan adonan antara emosi penyesalan dan emosi hedonis milik Boram menyatu jadi adonan siap panggang. Tenang saja, Yerin sudah menyiapkan api dan pemanasnya untuk membuat adonan itu matang sempurna.
Menarik napas satu kali lagi sebagai pungkasan panggilannya, Yerin mungkin akan berubah pikiran jika terlalu lama mengingat Jungkook. Bagaimana pun juga ia sayang dengan Jungkook dan ingin hidup bersama, tapi jika pemikirannya seperti itu, maka misinya tidak akan pernah selesai. Lalu dengan menyerahnya dirinya pada cintanya, akan ada banyak orang lagi yang kembali tercurangi karena dana asuransi yang mengalir ke tangan orang yang salah.
"Jaga dirimu, Jungkook."
Setelah itu, Yerin benar-benar mengakhiri panggilannya dan menyerahkan ponselnya pada Taehyung karena itu memang milik Taehyung. Jika saja itu miliknya, pasti ia sudah mematikan dayanya dan melemparkannya keluar lewat jendela mobil yang terbuka sedikit. Benda itu mengganggu pikirannya, apalagi pemilik suara di baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sinner ✓
Fanfiction[COMPLETED!] Harusnya dari awal aku beritahu, bahwa seorang penyandang marga Ryu berumur 24 tahun ini adalah seorang yang berbahaya. Bukan berarti aku akan memakanmu, tetapi mungkin keberadaanku adalah ancaman untukmu. Namaku Ryu Yerin. Tidak biasan...