"Sayang, aku ingin melanjutkan yang tadi, di dapur," ujar Yerin lalu tersenyum inosen seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar. Itu hal biasa, tapi untuk sekarang ternyata Jungkook perlu memprosesnya hingga pada akhirnya ia pun tersenyum sendiri. Tersipu, gemas sekali.
"Apa, sayang?" sahut Jungkook, berpura-pura saja tidak mengerti padahal Yerin pun sama sekali tidak percaya jika Jungkook belum mengerti maksudnya.
Seolah meladeni kepura-puraan sialan Jungkook, padahal Yerin paham betul bagaimana Jungkook, tak kurang setahun di satu apartemen bersama dan mengetahui sifat asli masing-masing tanpa ada yang disembunyikan di balik senyum tersirat. Sedangkan Jungkook memang sengaja, sembari mengulur waktu jemarinya bekerja menyelipkan beberapa helai rambut Yerin ke belakang telinga. Yerinnya cantik sekali, seperti pahatan sang dewi. Begitu indah sampai Jungkook lupa caranya memuja.
"Melakukannya, sambil duduk, kamu di bawah, aku di atas. Mau itu, ingin, ingin Jungkook," racau Yerin terkesan menggebu, dengan bagian dalamnya seolah dikuasai panas gairah yang minta diselesaikan, dilepaskan, dihentak sepuasnya, dihancurkan dalam artian kenikmatan. Dan Yerin membutuhkan Jungkook untuk membantunya melakukan semuanya. Yerin juga ingin puas, ingin dipuja, ingin selalu yang diinginkan oleh Jungkook, pun sebaliknya.
Sementara itu, Jungkook tahu ini hanyalah bentuk Yerin melampiaskan kesedihannya, dan Jungkook sama sekali tidak masalah. Apa pun, bagaimana pun, Jungkook akan melakukannya, asalkan kesayangannya tersenyum.
Bahagianya sederhana, melihat Yerin tersenyum saja sudah membuatnya seperti bisa menguasai dunia. Seolah kata kiasan kuno tentang Cinta yang mampu membuat bumi seperti milik berdua saja, sepertinya juga sekarang berlaku untuk Jungkook. Yang dulunya hanya mencibir, sekarang merasakannya sendiri. Memang, cinta itu tidak masuk akal, kadangkala. Ada masa hatinya menggebu ingin memiliki, di saat hati juga sedang menyembuhkan diri dari luka lama yang masih mencoba mengusik.
"Kenapa tidak aku saja yang di atas? tidak sambil duduk," tawar Jungkook, mengimbangi, tak ingin membuat Yerin malu dengan menolak ajakannya, Jungkook memang sebaik itu.
Sementara Jungkook mencintai Yerin begitu dalam, seolah Jungkook hanya ingin kehadirannya mampu melengkapi Yerin, kendati tidak akan bisa, setidaknya Jungkook sudah berusaha. Tak ada yang bisa melengkapi apap un, Jungkook tahu tanpa diberitahu sekali pun. Yerin ya Yerin, dan Tuhan selalu menciptakan sesuatu secara tidak sempurna agar suatu masa bisa menemukan kepingan lain yang bisa melengkapinya agar menjadi sebuah kesempurnaan yang tak akan pernah melebihi-Nya.
"Ingin yang duduk, kamu di bawah saja, mau kasih kamu enak juga..." bujuk Yerin lagi. Yerin memang pandai dalam segala hal, termasuk membujuk dan menggoda. Ralat; satu lagi, memancing Jungkook masuk ke dalam lolongan desahannya. Agar mendesah bersama dan puas bersama.
Jungkook tersenyum, Yerin memang bukan sembarang gadis dengan sirat manis pemalunya. Di balik raut wajah sok polosnya itu, sosoknya menyimpan jutaan sisi lainnya, termasuk sisi agresif yang tak pernah bisa disembunyikan saat Jungkook yang berada di hadapannya. Pemilik marga Ryu itu adalah gadis manis yang bisa menjelma menjadi apa saja. Bisa jadi dia adalah medusa tanpa mata ularnya, lalu medusa dengan raga Aphrodite, sekeras Ares, sebijaksana Athena, dan sepintar Hera. Dan jika dihiperbolakan, Yerin itu titisan Athena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sinner ✓
Fanfiction[COMPLETED!] Harusnya dari awal aku beritahu, bahwa seorang penyandang marga Ryu berumur 24 tahun ini adalah seorang yang berbahaya. Bukan berarti aku akan memakanmu, tetapi mungkin keberadaanku adalah ancaman untukmu. Namaku Ryu Yerin. Tidak biasan...