Say Yes

544 17 0
                                    

David menatap lekat ke arah Kirana.  Tatapan itu layaknya rantai, membuat Kirana seakan terkekang, tidak dapat kabur dari tatapan tersebut.

Tangan David mengusap pelan pergelangan tangan Kirana, lalu membawa tangan tersebut ke letak jantungnya berada.

“Bu Kirana kerasa nggak? Jantung saya sudah kayak habis saya bawa lari marathon 500 m. Saya sudah kayak gini sudah dari pas saya denger suara bu Kirana di telepon tadi. Aneh kan?
Jujur, saya pikir, karena saya sudah ditolak bu Kirana, saya sudah nggak suka sama bu Kirana. Tapi, pas saya sadar kalau saya langsung seneng banget waktu bu Kirana bilang bu Kirana lagi di Surabaya, saya cuma bisa, “Aduh, bahaya ini.” Karena saya tahu saya masih belum bisa move on sama bu Kirana.”

Kirana menatap ke arah tempat pergelangan tangannya berada. Kirana dapat merasakan detak jantung David yang memang terasa seperti jantungnya orang yang baru saja lari marathon 500m.

Kirana lalu menatap kembali ke arah David. Menatap ke arah laki-laki tampan yang sudah menjadi rekan kerja terbaiknya, laki-laki ramah nan memyenangkan yang membuat Kirana nyaman, laki-laki yang menyatakan cintanya pada Kirana,
laki-laki tampan.........

Yang Kirana cintai.

Kirana menatap ke arah David, tatapan laki-laki itu layaknya matahari pagi yang membuat Kirana merasa hangat nan nyaman. Membuat Kirana tegar dan berani, membuat Kirana mampu membulatkan keputusannya.

David menutup matanya dan merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia sudah melakukan segala cara, namun perilaku wanita di depannya tidak menunjukkan kabar baik apapun.

David bingung, apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia putus asa.

Ia tidak mau mengakuinya, namun ini tetaplah kebenarannya, ia mengaku kalah.

Ketika David menutup matanya, tiba-tiba terasa sentuhan hangat di pipinya. Spontan David membuka matanya, dan melihat wajah Kirana yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Semua kesedihan dan kegelapan yang menguasai wajahnya, kini sirna, dan David dapat melihat senyuman lebar dari seorang Kirana Arunika.

“Pak David, saya suka sama pak David.”

David membelakkan matanya tidak percaya. Sesaat ia bertanya apakah ini mimpi atau bukan.

Tapi, fakta bahwa ia dapat melihat senyuman dari seseorang yang ia sukai saja adalah sebuah keajaiban yang jadi kenyataan, ia bisa pastikan bahwa ini bukanlah mimpi.

David tersenyum lebar. Ia menggenggam tangan Kirana di pipinya, lalu menaruh tangan itu di atas pundaknya, begitu pula tangan Kirana satunya. Lalu, perlahan, David memegang pinggang Kirana.

Ia menunggu beberapa saat untuk memastikan Kirana tidak masalah dengan ini. Ia memberi waktu bagi Kirana untuk melepas tangannya dari pundak David bila ia tidak menyukainya.

Namun, dibandingkan melepas tangannya, Kirana malah menarik pundak David dan memajukan badannya.

Badan mereka perlahan mendekat, dan perlahan, David dapat merasakan napas Kirana, begitu pula sebaliknya. Bibir mereka semakin dekat.

Mereka berpelukan. Pelukan yang hangat dari dinginnya angin malam. Pelukan yang sunyi dari bisingnya jalan raya.

Pelukan mereka begitu erat, seperti tidak mau dipisahkan. Kirana kini mengalungkan tangannya di pundak David dan menanamkan wajahnya di jas David.

Kini, tidak untuk memangis, tapi untuk mendapatkan kehangatan dari badan laki-laki di depannya.

David mengeratkan pelukannya, mengungkapkan bagaimana senangnya ia saat ini, sampai tidak mampu berbicara.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang