DAT3

279 9 2
                                    

“Kita sekarang lagi di tempat umum. Jadi nggak. Boleh. Cium. Cium!” perintah Kirana sambil memberikan telunjuknya pada David.

Sedangkan David hanya mengangguk-angguk saja.

“Eh ada burung.” Kata David sambil melihat burung yang terbang melintasinya.

“Pak David!!!” bentak Kirana.

David tersenyum jahil. Ia merasa begitu terhibur dengan reaksi Kirana yang menurutnya imut.

“Iya-iya, saya dengerin kata-katanya bu Kirana kok. Tapi kalau peluk boleh nggak?” tanya David dengan wajah imutnya sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar, berharap Kirana akan datang ke pelukan hangatnya.

“Nggak.”

Eh?

David memberikan tatapan kebingungannya pada Kirana.

“Nggak?”

“Nggak! Nggak mau. Nggak boleh!”

“Saya sayang bu Kirana.”

“Tetep nggak boleh!”

David, laki-laki berumur 32 tahun, belum menikah, yang kini sedang cemberut karena dilarang bemesraan dengan kekasihnya.

Laki-laki itu berjalan mendekati kekasihnya. Dengan tatapan melasnya, David menunjukkan ekspresi sedihnya.

“Tetep nggak boleh.” Kata Kirana dingin.

“Kenapa?”

“Pak David nggak malu apa?”

“Nggak, ngapain saya malu? Saya mau bilang ke semua orang di dunia ini betapa pentingnya bu Kirana bagi saya.” Ujar David mantap.

Kirana mengambil napas panjang. Ia mengambil kedua tangan David dan menggenggam tangannya. “Pak David nggak usah repot-repot bilang itu ke semua orang. Cukup tunjukkin ke saya, dan saya bisa jadi orang paling beruntung di dunia, ok?” tanya Kirana yang berhasil membuat jantung David berdegup kencang saking senangnya.

“Saya mau cium bu Kirana lagi. Boleh ya?”

“Nggak!”

-

Kirana dan David menghabiskan sisa waktu mereka di Surabaya North Quay dengan berfoto-foto ria tentang pemandangan matahari terbenam yang begitu indah.

Tidak lupa, mereka juga saling memfotokan satu sama lain untuk jadi simpanan. Terakhir, mereka menutup sesi foto mereka berdua dengan foto bersama.

“Ah yang ini sayanya jelek pak David. Saya hapus ya yang ini.” Keluh Kirana saat melihat penampilannya yang buram di salah satu foto yang mereka ambil.

“Jangan bu Kirana. Simpen aja semuanya.”

“Kenapa? Simpennya yang bagus-bagus aja. Yang jelek dibuang.”

“Nggak apa-apa, buat kenang-kenangan. Nanti kalau saya kangen bu Kirana saya bisa lihat foto-foto itu.”

“Gimana caranya pak David lihat saya kalau foto saya burem gini?”

“Mana, saya mau lihat.” David mendekatkan wajahnya ke bahu Kirana sementara wanita itu menunjukkan foto buram di handphonenya.

“Ini lho, wajah saya nggak kelihatan gini.” David kini menyenderkan kepalanya di atas bahu Kirana sambil menggeser-geser handphone Kirana untuk melihat foto-foto lainnya.

Sedangkan Kirana dengan nyamannya turut menyenderkan kepalanya di samping kepala David.

“Hmmm... Ya udah, yang burem hapus aja. Tapi foto bu Kirana yang lain kirim ke saya ya. Mau saya simpen.”

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang