Pulang

226 6 0
                                    

“Pulang yuk, sudah malem gini.” Kirana membuka handphonenya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

“Oh ya, besok kamu kerja ya. Ayo pulang deh kalau gitu.”

“Mas pulang ke mana?”

Pertanyaan normal Kirana berhasil membuat David seketika membeku. Ia menatap mata Kirana dengan matanya yang membesar.

“Aku lupa booking hotel.”

Kirana mengernyit. “Hah? Maksudnya?”

“Ya aku nggak bisa pulang ke mana-mana, aku belum booking hotel soalnya.”

“Lah kok bisa sih?! Mas lupa apa gimana?!” suara Kirana mulai mengerasy.

“Yah........” David sedikit ragu menjelaskan alasannya mengapa ia belum memesan kamar hotel.

“Tadi... Habis aku diberi tahu soal kantor cabang di Jogja itu, aku langsung mikir buat pesen kereta ke Jogja buat beritahu kamu. Aku bener-bener langsung–nggak pulang dulu, nggak bawa baju sama barang-barang lain, bahkan tasku itu isinya benda kerjaan–pergi ke Jogja. Makanya aku nggak ada persiapan sama sekali.”

Kirana mengambil napas panjang sambil memijat pelipisnya pelan. Melihat gerakan itu membuat David tidak nyaman, membuatnya takut. Ia takut kalau Kirana marah.

“Mas nggak boleh gitu lagi!! Mas itu ceroboh, nggak pernah mikir dua kali buat tindakannya Mas sendiri. Ini brarti nggak ada yang tahu Mas di Jogja?”

“Aku sudah beritahu keluargaku kok, kalau aku nggak bakal pulang hari ini.”

“Kalau kantor?”

“Adam tahu aku ke sini.”

Walau David selalu berhasil menjawab pertanyaan Kirana, wajah wanita itu masih menunjukkan gurat kemarahan.

Apa justru alasan Kirana marah itu karena ia yang selalu punya jawaban?

“Tapi tetep aja!! Kan bisa beritahu aku lewat chat. Nggak perlu repot-repot ke Jogja, ngabisin uang aja!”

“Kamu mau dilamar lewat chat?”

“Hah?”

“Niat aku ke sini kan karena mau ngelamar kamu. Memang aku salah, aku nggak mikir dua kali soal tindakanku ini, ke Jogja sendiri, tanpa persiapan apa-apa. Tapi aku nggak nyesel, karena setidaknya kamu sudah resmi jadi calon istriku.”

“Gausah gombal!! Aku lagi marah sama Mas ini!!” bentak Kirana yang berhasil membuat David terkesiap.

“Terus ini gimana? Mas tidur dimana?”

“Ya tinggal ke hotel aja. Terserah hotel apa, nanti aku pesen kamar terus tidur. Jangan dibawa stress dong sayang.”

Kirana terlihat menimang-nimang jawaban David sebelum membuka mulutnya.

“Mas tidur di apartemenku aja ya? Biar nggak habisin uang terlalu banyak. Toh Mas juga belum pesen tiket kereta buat pulang kan?”

David mengerjapkan matanya.

“Boleh?”

“Boleh aja sih. Mau gak?!” jawab Kirana asal.

David tidak langsung menjawab. Namun perlahan pipi David bersemu merah. Kirana yang melihatnya jadi ikut malu.

“Tapi tidurnya di sofa!! Nggak sekasur sama aku!!” ujar Kirana menyelesaikan kesalahpahaman sebelum makin parah.

Ia jadi salah tingkah sendiri akibat kata-katanya sendiri. Dan kini suasana jadi canggung di antara mereka berdua.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang