Poetry

171 4 0
                                    

“Hmmm!!”

Mata Kirana terlihat membesar saat memakan sepotong sayap ayam yang berusan tiba di meja mereka.

Menu chicken wings ini sebenarnya menu yang David pesan, namun dengan baik hatinya ia membagi sayap ayam itu dengan Kirana. Dari raut Kirana yang terlihat menikmati makanan ini, David senang tawarannya tidak sia-sia.

“Enak ya?” tanya David sembari terus tersenyum lebar melihat kekasihnya yang tampak lahap memakan potongan ayam itu.

“Woah!! Enak banget ini!!”

“Baguslah kalau gitu. Kamu mau semuanya ta?” David menyodorkan piring berisi 12 potong sayap ayamnya ke arah Kirana.

“Heh nggak usah mas!! Nanti aku pesen sendiri aja.”

“Nggak apa-apa kok, makan aja.”

“NGGAK!! Mas makan sayap ayamnya atau aku ngambek lho!!” ancam Kirana.

David cekikikan melihat ekspresi Kirana yang lucu.

“Iya-iya aku makan sayang.”

-

“Mas tahu nggak? Kemaren aku dikirimi kakakku gambar isinya malu-maluin banget astaga!!”

“Malu-maluin gimana?”

“Jadi kakakku itu nemu bukuku pas kecil yang di halaman belakangnya itu ada puisi aneh banget aslii aakkhh ngingetnya aja malu astaga!!”

Kirana menutupi mukanya yang mendadak sudah memerah saja karena malu.

David yang melihatnya hanya bisa berkata “Imut” dalam hati.

“Gimana puisinya?”

“Nggak, nggak!”

“Iihh!!”

“Nggak mau! Telinganya mas David pasti panas kalau dengerin puisinya!!”

“Nggak bakal. Telingaku ada freezernya jadi nggak mungkin panas.”

“Tetep gak mau! Nanti aku diketawain lagi.”

“Iih gak bakal sayang. Gimana puisinya?”

Kirana menatap kekasihnya dengan tatapan kesal. Namun setelah mengambil napas panjang, ia mulai bercerita.

“Jadi aku nulisnya pas SD. Aku inget banget dulu suka banget sama sinetron-sinetron romantis gitu. Terus gara-gara ada adegan surat-suratan cinta di sinetron itu, aku dengan “kejeniusanku” jadi sok-sokan mau bikin kayak gitu juga. Puisi romantis gitu. Tapi hasilnya ancur, berantakan, aneh, ngawur dahlah!”

“Terus-terus? Isi puisinya apa?”

Kirana menatap David sesaat, lalu tertawa sambil mengalihkan pandangannya. Wanita itu menggeleng.

“Nggak ah! Malu aku mas beneran deh! Isinya malu-maluin banget.”

“Iihh sudah cerita panjang lebar juga, sampe tuntas dong ceritanya sayang! Nanggung banget ini!”

Kirana memajukan mulutnya tanda merajuk.

“Isinya itu, er.......
Walau guru mengamuk, aku tetap bisa tersenyum.
Walau setan jahat masuk, aku tetap bisa tersenyum.
Walau perasaan campur aduk, aku akan tetap tersenyum.
Tersenyumlah bersamaku, wahai cintaku.”

Kirana menutupi kedua matanya sesaat mencapai bait terakhir dari puisi ultra memalukannya, tidak berani menatapi kekasihnya.

Beberapa saat kemudian ia membuka mata kanannya perlahan, dan pemandangan di depannya sangat tidak mengenakkan.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang