Pada Hari Sabtu

138 6 0
                                    

David membeku selama sepersekian detik, memastikan matanya tidak salah lihat.

Ia tidak percaya, bahwa kekasihnya saat ini benar-benar di depannya, di dalam rumahnya, dan tengah duduk tepat di hadapan ibunya.

“Weh sini! Malah meneng ae, onok pacarmu iki lho!” (Sini! Malah diem aja, ada pacarmu ini lho!)

Sesaat mendengar seruan ibunya, baru David mulai bergerak mendekati Kirana.

Tangannya meraih pergelangan tangan Kirana. Laki-laki itu berjongkok di depan  kekasihnya. Melihat itu ibu David beranjak dari depan mereka agar tidak mengganggu.

“Kamu kok sudah di sini??? Kan aku bilang aku bakal jemput kamu! Terus kok kamu tahu rumahku??”

“Aku mau kasih mas David surprise. Lagian aku nggak enak kalau ngerepotin mas David terus.”

David berdecak kecal. “Tck. Mesti gitu. Ngapain sih pake acara nggak enak itu? Kayak aku siapa aja. Kamu ngerepotin aku lho aku nggak pernah keberatan Kirana.”

Kirana menundukkan kepalanya. “Iya maaf.”

David mendesah singkat. Ia mengangkat dagu Kirana dan memberikan senyuman manisnya.
“Tapi makasih surprisenya. Aku bener-bener nggak nyangka kamu bakal di sini. Kamu tahu rumah aku dari mana?”

“Kan Mas David sendiri yang ngasih tahu aku.”

Kening David mengkerut. “Hah???Kapan??”

“Pas aku mbeliin Mas David jam.”

“Oh iyaa!!” david mendadak berdiri tegak, sempat membuat Kirana terkejut.

“Bentar Kirana!” David berlari ke lantai dua, meninggalkan Kirana sendirian.

Tidak lama kekasih Kirana itu kembali ke hadapannya, menyimpan sesuatu di tangannya.

“Ini jam yang kamu kasih. Jujur belum aku pakai. Jamnya bagus, jadi aku mau pakenya kalau ada acara formal aja. Bulan lalu aku pengen pake pas ke Jogja, nunjukkin ke kamu kalau aku pake jammu, tapi sayangnya ketinggalan.”

Kirana melihat benda yang berada di tangan kekasihnya. Sebuah kotak berisi jam yang ia belikan kepada David. Jam itu masih dalam keadaan bersih dan mengkilat.

“Nanti pas kita ke Malang bakal aku pake jam ini. Mau aku pamerin ke temen-temenku. Biar pada mereka.”

Kirana tertawa kecil. “Pamerin karena jam bermerk?”

“Nggak.”

Kirana mengalihkan pandangannya dari jam, menatap David dengan raut bingung.

David kembali tersenyum. “Pamerin karena jam ini hadiah dari cewek paling cantik sedunia.”

-

“Jadi David nggak tahu kamu ke sini??”

Ibu David sudah kembali ke ruang tamu, melayani kekasih dari putranya. Bedanya kini ada David yang menemani. Entah menemani kekasih atau ibunya.

“Iya tante. Mas David nggak tahu kalau saya mau ke sini.”

“Kenapa kok nggak beritahu David? David kalau nyetir nggak enak ta? Apa gara-gara mobilnya kemproh?”

“Mama!”

“Nggak kok tante. Saya ke sini biar bisa ketemu sama Tante. Kan saya belum pernah ketemu Tante, jadi mumpng di Surabaya, saya mau sekalian ketemu Tante.”

Ibu David tertawa. “Oh isok ae Kirana iki. Yaweslah, kalian sudah mau berangkat kan? Nggak pergi sekarang ta?”

“Oh nggak apa-apa kok tante. Kita nggak buru-buru kok.”

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang