Maafkan Aku

150 4 0
                                    

Kirana membuka pintu kamar mandinya. Matanya langsung menyipit saat cahaya lampu terang kamar mandi yang baru ia nyalakan mengenai matanya.

Wanita itu menyalakan keran air dan langsung membasuh mukanya. Ketika ia melihat dirinya di kaca, ia bisa melihat jelas matanya yang tampak sedikit bengkak.

Kirana menarik kembali ingusnya, meninggalkan kamar mandi dan mematikan lampu.

Kirana benar-benar tidak bersemangat bekerja hari ini. Rasanya ia ingin terjun ke kasur dan kembali menangis di atas bantalnya yang sudah basah akibat terlalu banyak menampung air mata dan ingusnya.

Namun ia tahu ia tidak bisa. Ada banyak kegiatan penting yang harus ia lakukan hari ini. Mulai dari meeting dengan pegawai divisi keuangan sampai pertemuannya dengan pak Gio yang sempat tertunda hampir seminggu yang lalu.

Kirana kini menatap di cermin tinggi di kamarnya. Kirana memperhatikan gelang yang ia kenakan.

Ia tidak pernah melepas gelang ini, bahkan saat mandipun. Ia tidak tahu apakah gelangnya akan rusak atau tidak, namun ia tetap tidak mau melepaskannya sekalipun.

Kirana menaikkan lengan kaos panjangnya yang sedikit menutupi gelangnya dan memegang liontin itu.

Bergambar serigala, sangat indah dan detail. Pasti bakal lebih indah kalau liontinnya menyala.

Hati Kirana sakit. Napasnya mulai tidak beraturan. Lagi-lagi, Kirana menarik kembali ingusnya agar tetap di hidung sambil membasuh matanya yang mulai berair.

Semakin lama, keadaan batinnya semakin parah. Suasana hatinya benar-benar telah jatuh ke dalam dasar ngarai, dan satu-satunya orang yang cukup kuat untuk menariknya adalah David.

Namun kini entah di mana keberadaan pria itu. Hubungan mereka terasa semakin renggang dan renggang.

Kekasihnya terasa semakin jauh untuk Kirana genggam dan Kirana peluk agar menahannya untuk pergi lebih jauh.

Fase diam-diaman ini begitu mencekik Kirana, menghantui Kirana dengan semua prasangka buruk. Kirana takut. Ia tidak mau kehilangan pria itu. Siapapun tapi bukan David.

Tanpa sadar puluhan air mata telah turun dari mata Kirana. Ia mencoba menghapusnya, namun air matanya tidak bisa berhenti keluar.

Semua usaha tangannya sia-sia. Perlahan, kakinya terasa lemas, membuat Kirana terjatuh di lantai.

_____

Adam terus memerhatikan tingkah laku David yang aneh selama beberapa hari terakhir.

Pria itu seperti kehilangan jiwanya. Tubuhnya terasa kosong. Pria itu tidak bersemangat, bahkan setelah Adam mentraktirnya makan siang di toko soto favoritnya.

Saat ini, David tidak menyentuh makanannya, dan malah menatap ke luar toko, ke ladang sawah yang begitu luas sambil memasang wajah lesu.
Adam mengambil napas panjang.

Hadeh, gini banget punya temen baru pertama kali patah hati.

_____

Adam mengangkat alisnya. Seketika ia menaruh es kopinya di meja dan menoleh ke samping.

“Kamu bertengkar sama Kirana? Beneran?” tanya Adam panik yag dibalas anggukan lesu oleh pria di sebelahnya.

“Kapan? Perasaan di tempat adikmu kamu sama Kirana masih keliatan baik-baik saja.”

David tertawa hambar. “Kita bertengkarnya pas di tempat adikku. Habis kamu pulang itu aku bertengkar.”

Adam menatap mata David. Tatapan sendu David membuatnya tidak bisa meninggalkan pria itu sendirian.

“Gara-gara?”

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang